Malaysia Lacak Ribuan Warganya yang Berpotensi Terpapar Virus Korona Jenis Baru
Melacak mereka yang pernah kontak dengan pasien positif Covid-19 menjadi langkah penting untuk mencegah penyakit ini menyebar lebih luas.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
KUALA LUMPUR, RABU — Otoritas Malaysia kini melacak sekitar 5.000 warganya yang diyakini berpotensi terpapar virus korona tipe baru saat menghadiri acara keagamaan di pinggiran Kuala Lumpur.
Pelacakan ini dilakukan menyusul Brunei Darussalam yang melaporkan adanya kasus pertama coronavirus disease 2019 (Covid-19), Selasa (10/3/2020). Kasus ini adalah seorang laki-laki berusia 53 tahun yang menghadiri acara keagamaan yang sama di Malaysia antara 27 Februari 2020 dan 1 Maret 2020.
”Berdasarkan informasi awal, acara keagamaan itu diperkirakan dihadiri oleh 10.000 orang dari sejumlah negara,” kata Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan Malaysia Noor Hisham Abdullah.
”Kementerian Kesehatan meminta semua orang yang hadir di acara itu bekerja sama dengan petugas kesehatan untuk memastikan Covid-19 tidak menyebar di lingkungan mereka.”
Rabu kemarin, Malaysia melaporkan 20 kasus baru Covid-19 sehingga total kasus positif menjadi 149 kasus.
Kabinet baru di bawah kepemimpinan Perdana Menteri Muhyiddin Yassin memberlakukan larangan masuk bagi warga Iran, Italia, dan Korea Selatan menyusul tingginya jumlah kasus Covid-19 di ketiga negara itu.
Menteri Kesehatan Adham Baba menyatakan, warga Malaysia yang kembali dari Iran, Italia, dan Korea Selatan akan dikarantina selama 14 hari.
Di Korea Selatan, klaster penularan Covid-19 baru di bagian call center sebuah perusahaan asuransi di Distrik Guro, Kota Seoul, menjadi peringatan bagi otoritas dan warga setempat.
Wali Kota Seoul Park Won-soon menyebutkan, sejauh ini sebanyak 93 orang di bagian call center itu terbukti positif Covid-19. Jumlah itu bisa bertambah karena pemeriksaan masih berjalan.
Terdapat lebih kurang 7.700 kasus Covid-19 di Korea Selatan dengan 54 korban meninggal.
Episenter Eropa
Italia mempertimbangkan untuk memperketat isolasi yang telah diberlakukan secara nasional sejak Selasa (10/3/2020) untuk menekan penyebaran Covid-19.
Akan tetapi, Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte mengatakan bahwa langkah itu tidak boleh mengorbankan kebebasan sipil.
Hingga Rabu kemarin ada 10.149 kasus Covid-19 di Italia dengan jumlah korban mencapai 631 orang yang mayoritas adalah kelompok warga lansia. Angka ini menempatkan Italia sebagai negara kedua dengan kasus Covid-19 terbanyak setelah China.
”Saat ini, pusat penyebaran covid-19 adalah Eropa,” ujar Direktur Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC) Amerika Serikat Robert Redfield.
Sementara itu, Iran, negara dengan 9.000 kasus Covid-19, khawatir atas nasib warganya yang ditahan di AS. Kekhawatiran ini muncul sehari setelah Washington mendesak Teheran untuk membebaskan warga AS yang ditahan di Iran.
Baru-baru ini Iran membebaskan sementara lebih kurang 70.000 tahanan dari penjara yang penuh untuk mencegah penyebaran Covid-19.
”AS akan meminta Iran bertanggung jawab untuk setiap warga AS yang meninggal,” kata Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo di laman resmi Kementerian Luar Negeri AS.
Kementerian Luar Negeri Iran menyatakan, Teheran memiliki kekhawatiran yang sama terhadap warga Iran yang ditahan AS, mayoritas karena melanggar sanksi.
Di Inggris, Menteri Kesehatan Inggris Nadine Dorries dilaporkan positif Covid-19 dan kini menjalani isolasi di rumahnya. Seorang anggota parlemen oposisi yang kontak dengan Dorries dalam sebuah acara dengan perdana menteri juga disarankan untuk mengisolasi diri. (REUTERS/AP)