Raja Belanda Meminta Maaf atas Kekerasan Setelah Proklamasi Indonesia
Raja Belanda Willem-Alexander menyampaikan permintaan maaf atas kekerasan yang dilakukan Belanda setelah Proklamasi 17 Agustus 1945. Raja Belanda juga berziarah ke Taman Makam Pahlawan Kalibata dan Menteng Pulo.
Oleh
Nina Susilo
·6 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kunjungan kenegaraan Raja Belanda Willem-Alexander dan Ratu Maxima tak hanya menyiapkan kerja sama lebih kuat antara Indonesia dan Belanda. Namun, Raja Belanda juga mengakui dan menyampaikan penyesalan sekaligus permintaan maaf atas kekerasan yang terjadi tak lama setelah Proklamasi Kemerdekaan RI.
Pemerintah Belanda secara politis dan moral mengakui Proklamasi Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945 pada tahun 2005 melalui menteri luar negerinya saat itu, Bernard Bot. Bot juga tercatat sebagai pejabat tinggi Belanda pertama yang hadir dalam perayaan Proklamasi Kemerdekaan RI di Istana Merdeka, Jakarta. Sebelumnya, Belanda mengakui penyerahan kedaulatan Indonesia pada 27 Desember 1949.
Raja Willem-Alexander dalam pernyataan pers bersama Presiden Joko Widodo di Istana Bogor, Selasa (10/3/2020), juga menegaskan kembali pengakuan ini. Dia juga mengucapkan selamat kepada bangsa Indonesia yang segera merayakan 75 tahun Proklamasi Kemerdekaan RI pada 17 Agustus 2020.
Kendati masa lalu tetap harus dihadapi, dia mengakui bahwa masa lalu tidak bisa dihapus dan akan harus diakui oleh setiap generasi pada masanya. Apalagi untuk tahun-tahun setelah Proklamasi, Raja Willem-Alexander menyebut ada perpisahan yang menyakitkan dan mengakibatkan banyak nyawa melayang. Saat itu, memang terjadi agresi militer dan pertempuran demi pertempuran di sejumlah wilayah Indonesia.
”Sejalan dengan pernyataan pemerintah saya sebelum ini, saya ingin menyampaikan penyesalan dan meminta maaf atas kekerasan berlebihan dari pihak Belanda pada tahun-tahun tersebut. Saya melakukan ini karena menyadari penderitaan dan kepedihan yang dirasakan keluarga-keluarga sampai hari ini,” tutur Raja Willem-Alexander.
Presiden Joko Widodo dalam pernyataan pers bersamanya menyampaikan, sejarah tidak bisa dihapus. Kendati demikian, kita bisa belajar dari masa lalu. ”Kita jadikan pelajaran tersebut untuk meneguhkan komitmen kita untuk membangun sebuah hubungan yang setara, yang saling menghormati dan saling menguntungkan,” ujarnya.
Raja Willem-Alexander menyampaikan kegembiraannya karena Indonesia dan Belanda yang sebelumnya berhadapan kini menjadi mitra yang semakin erat hubungannya, saling menghargai, percaya, dan bersahabat.
Di Belanda pun, kata Raja Willem-Alexander, banyak yang merasakan hal sama dan banyak yang merasakan ikatan kuat dengan Indonesia. Hal ini disebutnya membahagiakan. Apalagi banyak juga generasi muda Indonesia yang menunjukkan minat untuk mengenal Belanda dan belajar di Belanda. Kerja sama Indonesia-Belanda juga sudah terjalin baik di bidang pengetahuan, ekonomi, pengelolaan air, serta perlindungan alam dan iklim.
Dalam kunjungan kenegaraan ini, menurut Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, sudah ditandatangani beberapa kerja sama. Pertama, letter of intent (LoI) untuk kerja sama terkait perempuan, perdamaian, dan keamanan. Kedua, kerja sama pelatihan diplomat yang sudah berlangsung 15 tahun.
Selain itu, ada juga kerja sama bidang pengelolaan air dan kerja sama di bidang pengendalian penyakit menular, termasuk resistensi antimikroba antara Rumah Sakit Penyakit Infeksi Sulianti Saroso dan Erasmus University Medical Center. Kerja sama lainnya terkait program profesional perawat kesehatan, kerja sama perubahan iklim dan pengelolaan sampah, serta kerja sama di bidang perhubungan.
Dalam pernyataan bersama, Presiden Jokowi juga menyampaikan ada kerja sama terkait sawit berkelanjutan. Hal ini, menurut Retno, berkaitan dengan pemberdayaan petani-petani kecil sawit Indonesia. Soal sertifikasi juga didiskusikan. Indonesia mengusulkan supaya sertifikasi yang diberlakukan di Indonesia bisa disejajarkan dengan sertifikasi yang ada di Eropa kendati, misalnya, ada kriteria yang perlu ditambahkan.
Selain itu, diusulkan pula supaya data-data saintifik yang dimiliki Indonesia disandingkan dengan data yang digunakan di Eropa agar sawit Indonesia mendapatkan perlakuan lebih adil.
Kerja sama antarpengusaha juga dijalin sepanjang kunjungan kenegaraan Raja Belanda ini. Sebab, hadir pula sekitar 185 pengusaha Belanda di sejumlah kota di Indonesia untuk menjajaki kerja sama dengan pengusaha di Indonesia. Nilai kerja sama bisnis itu diperkirakan mencapai sekitar 1 miliar dollar AS.
Kerja sama itu antara lain terkait pengembangan investasi terminal Vopak di Tanjung Priok, pengembangan pabrik susu Frieslandcampina, dan investasi Shell di sektor hilir migas.
Belanda juga menunjukkan minat memperkuat kerja sama dengan Indonesia. Raja Willem-Alexander mengatakan, Belanda memerlukan Indonesia. Indonesia juga dipujinya berperan besar menjaga stabilitas dan keamanan di Asia Tenggara. Apalagi, selain anggota G-20 dan pemimpin ASEAN, Indonesia juga menjadi anggota Dewan Keamanan dan Dewan Hak Asasi Manusia PBB.
Setelah 25 tahun
Kunjungan kenegaraan Raja Belanda Willem-Alexander dan Ratu Maxima disambut dengan upacara kenegaraan di Istana Bogor, Selasa pagi. Ini adalah kunjungan pertama kepala negara Belanda ke Indonesia setelah 25 tahun. Willem-Alexander turut mendampingi ibunya, Ratu Beatrix, dalam lawatan ke Indonesia pada tahun 1995.
Presiden Joko Widodo didampingi Nyonya Iriana menyambut di halaman istana. Siswa-siswi sekolah dasar yang mengenakan pakaian tradisional dari sejumlah wilayah di Indonesia juga memeriahkan penyambutan.
Cucu kedua Presiden Jokowi dan Ny Iriana, yakni Sedah Mirah Nasution, yang berkebaya putih dipadu kain tenun hijau, ikut menyambut di teras istana. Setangkai mawar merah dia serahkan kepada Ratu Maxima yang menunduk menerimanya.
Dalam upacara kenegaraan, lagu kebangsaan kedua negara, yakni ”Wilhelmus” dan ”Indonesia Raya”, dikumandangkan. Tembakan salvo sebanyak 21 kali mengiringi sebagai penghormatan.
Seusai upacara, Raja Willem-Alexander dan Ratu Maxima mengisi buku tamu dan berfoto bersama Presiden Jokowi dan Nyonya Iriana serta Sedah Mirah Nasution di Ruang Teratai Istana Bogor. Sedah Mirah ikut hadir dalam sesi foto bersama ini.
Kedua pasangan kepala negara ini berbincang santai di beranda belakang sebelum menanam pohon cendana (Santalum album L) bersama di halaman Istana Bogor. Kegiatan dilanjutkan dengan pertemuan bilateral dan pernyataan pers bersama.
Sepanjang acara, sebilah keris peninggalan Pangeran Diponegoro ditampilkan dalam kotak kaca di Ruang Teratai Istana Bogor. Keris ini sebelumnya diserahkan Raja Willem-Alexander melalui Duta Besar RI untuk Belanda I Gusti Agung Wesaka Puja. Presiden Jokowi, Nyonya Iriana, Raja Willem-Alexander, dan Ratu Maxima berfoto dengan keris tersebut.
Keris bernama Kiai Nogo Siluman ini sebelumnya ditemukan di Museum Volkenkunde, Leiden, Belanda. Belanda mendapatkan keris ini saat menangkap Pangeran Diponegoro setelah perang besar 1825-1830. Dalam akun media sosialnya, Sekretaris Kabinet Pramono Anung menyebutkan, keris dipamerkan sepanjang kunjungan kenegaraan Raja Willem-Alexander.
Pada akhir kunjungan, Presiden Jokowi menggelar jamuan santap siang kenegaraan. Dalam acara ini, beberapa menteri Kabinet Indonesia Maju turut hadir, seperti Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Pandjaitan, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, serta Menteri Sekretaris Negara Pratikno.
Raja Willem-Alexander dan Ratu Maxima tiba di Jakarta pada Senin (9/3/2020) sore. Kunjungan Kepala Negara Belanda ke Indonesia akan berlangsung hingga 13 Maret. Mereka juga dijadwalkan akan menyambangi Yogyakarta, Palangkaraya (Kalimantan Tengah), dan Medan (Sumatera Utara).
Selasa pagi, sebelum bertolak ke Istana Bogor, Raja Willem-Alexander dan Ratu Maxima berziarah ke Taman Makam Pahlawan Kalibata dan Menteng Pulo.