Membuka Peluang Peningkatan Hubungan Indonesia-Belanda
Raja Belanda Willem-Alexander memulai lawatan di Indonesia hari Senin (9/3/2020). Peningkatan kerja sama ekonomi, diplomatik, kebudayaan, pendidikan, dan infrastruktur menjadi misi utama dalam muhibah ini.
Oleh
Kris Mada
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS—Raja Belanda Willem-Alexander memulai lawatan di Indonesia hari Senin (9/3/2020). Peningkatan kerja sama ekonomi, diplomatik, kebudayaan, pendidikan, dan infrastruktur menjadi misi utama dalam muhibah ini.
Rombongan utama muhibah tiba pada Senin sore di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta. Rombongan pendamping, yang terdiri atas ratusan pengusaha sudah tiba lebih awal.
Presiden Joko Widodo akan menerima Raja Willem-Alexander di Istana Bogor, Selasa siang. Isu ekonomi dan peningkatan sumber daya manusia akan menjadi pembahasan dalam pertemuan kedua kepala negara tersebut.
Selain di Bogor, Raja Willem-Alexander juga berkegiatan di Jakarta, Kalimantan Tengah, dan Sumatera Utara. Di Jakarra, ia berziarah ke Taman Makam Pahlawan Kalibata dan Menteng Pulo. Di Kalibata raja menziarahi pejuang kemerdekaan Indonesia, sedangkan di Menteng raja akan menziarahi prajurit Belanda di masa penjajahan Jepang dan perang kemerdekaan Indonesia.
Dalam pernyataan resmi Kementerian Luar Negeri RI disebutkan, lawatan Raja Willem-Alexander untuk mendorong peningkatan hubungan Jakarta-Amsterdam. Selama ini, Belanda telah menjadi salah satu mitra penting Indonesia.
Ke depan, kemitraan itu akan ditingkatkan antara lain dengan pelatihan para diplomat Indonesia. Jakarta-Amsterdam juga akan meningkatkan kerja sama pada isu perempuan, perdamaian, dan keamanan. Dokumen kerja sama itu ditandatangani Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi dan Menlu Belanda Stephanus Abraham Blok pada Senin malam di Jakarta.
Kunjungan lanjutan
Lawatan kali ini ke Indonesia bukan yang pertama bagi Raja Willem-Alexander. Pada saat masih berstatus putra mahkota, ia mendampingi ibunya, Ratu Beatrix, melawat ke Indonesia pada 1995. Seperti dalam lawatan kala itu, sekarang pun ia akan bertandang ke Yogyakarta dan akan dijamu Sultan Hamengku Buwono X di Keraton Yogyakarta.
Raja juga akan mengikuti jejak kakeknya, Pangeran Bernhard, yang melawat ke tempat konservasi orangutan di Kalimantan. Dalam lawatan pada 1974 itu, Pangeran Bernhard memeluk salah satu orangutan di Kalimantan tersebut.
Lewat lawatan ke Kalimantan, Raja Willem-Alexander akan menunjukkan dukungan pada sawit berkelanjutan. Belanda memang mengambil sikap berbeda dengan Uni Eropa (UE) soal sawit. UE melarang impor minyak sawit dan Belanda secara terbuka tidak mendukung larangan itu. Amsterdam bahkan memilih untuk mendorong produksi minyak sawit yang berkelanjutan dari Indonesia.
Lawatan kali ini juga melanjutkan tradisi yang telah dilakukan nenek dan ibunya. Ratu Juliana dan Ratu Beatrix juga pernah melawat ke Indonesia. Ratu Wilhemina, nenek buyut Raja Willem-Alexander, belum pernah ke Indonesia yang dulu bernama Hindia Belanda, walau hari ulang tahunnya hampir selalu dirayakan secara meriah di Hindia Belanda.
Air dan pendidikan
Lewat muhibah ini, Belanda juga ingin meningkatkan kerja sama di sektor perairan. Negara yang 55 persen daratannya di bawah permukaan laut itu memang teruji pada teknologi perairan. Pentingnya sektor perairan antara lain akan ditunjukkan lewat kunjungan ke Danau Toba, Sumatera Utara, yang kini terancam pendangkalan.
Kunjungan ke Toba akan diikuti dengan lawatan ke Institut Teknologi Del. Kunjungan ke Del bagian dari peningkatan kerja sama dalam pengembangan sumber daya manusia dan pendidikan. Kerja sama pendidikan, demikian pula budaya, juga menjadi agenda lawatannya di Yogyakarta.