Otoritas Israel memperketat perbatasan untuk mencegah wabah Covid-19. Otoritas Palestina juga menutup sejumlah tempat ziarah. WHO mendorong negara-negara untuk lebih serius.
Oleh
·3 menit baca
Otoritas Israel memperketat perbatasan untuk mencegah wabah Covid-19. Otoritas Palestina juga menutup sejumlah tempat ziarah. WHO mendorong negara-negara untuk lebih serius.
GENEVA, JUMAT —Sejumlah otoritas mengambil langkah-langkah tegas untuk menahan laju wabah Covid-19. Setelah Pemerintah Arab Saudi mengosongkan Masjidil Haram di Mekkah, otoritas Palestina menutup sejumlah tempat ziarah umat Kristen di Jerusalem.
Salah satu tempat ziarah yang ditutup adalah Gereja Kelahiran Yesus yang dibangun di lokasi yang diyakini sebagai tempat kelahiran Yesus. Gereja itu ditutup sejak Kamis sore. ”Kami telah memutuskan untuk mencegah masuknya wisatawan untuk jangka waktu 14 hari dan meminta hotel di semua kota agar tidak menerima orang asing,” kata Menteri Pariwisata Rula Maayah, Jumat (6/3/2020).
Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan, ada tujuh kasus telah terkonfirmasi di daerah Betlehem di selatan Jerusalem. ”Mereka sekarang dirawat di karantina,” kata Menteri Kesehatan Palestina Mai al-Kaila.
Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan, kasus-kasus itu pertama kali terdeteksi di sebuah hotel di daerah Betlehem. Kepala Direktorat Kesehatan setempat, Imad Shahadeh, mengatakan bahwa sekelompok wisatawan Yunani telah mengunjungi hotel pada akhir Februari 2020. Dua orang di antaranya kemudian didiagnosis mengidap Covid-19.
Sekolah, universitas, dan masjid di Bethlehem juga ditutup pada Kamis kemarin. Marathon Palestina yang dijadwalkan 27 Maret 2020 terpaksa ditunda.
Seorang peziarah asal Indonesia, Didik Dwinarmiadi, mengatakan, meskipun ada pengetatan, sejauh ini situasi tampak seperti biasa. ”Hanya ketika di pintu perbatasan, ada pemberitahuan mereka yang bepergian dari negara-negara terdampak, termasuk Australia, diminta lapor secara khusus,” tulis Didik melalui pesan singkat. ”Peziarah yang mau ke Jericho dan Bethlehem pindah ke Jerusalem.”
Menurut dia, banyak orang tidak mengenakan masker. Bahkan, di Israel, para peziarah tetap disambut dengan gembira oleh staf hotel.
Namun, menjelang sore hari, ada kabar bahwa Israel menutup perbatasan. ”Peziarah yang berada di perbatasan tidak boleh masuk,” kata Didik.
Israel mengontrol semua titik masuk ke Tepi Barat. Israel sejauh ini melaporkan ada 16 kasus Covid-19 di negara itu. Otoritas setempat telah memberlakukan langkah-langkah tegas.
Tentara Israel mengumumkan bahwa mulai Jumat siang semua pasukan akan dicegah meninggalkan Israel, baik dalam perjalanan pribadi maupun bertugas.
Kritik
Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus, Kamis (5/3), mengingatkan agar negara-negara serius menangani wabah Covid-19.
Ia mengkritik negara-negara yang kurang sungguh-sungguh menangani wabah itu yang berdampak pada melonjaknya kasus baru di sejumlah wilayah.
Ghebreyesus memperingatkan bahwa ada ”daftar panjang” negara-negara yang tidak menunjukkan komitmen politik yang diperlukan untuk menghadapi ancaman wabah Covid-19 saat ini.
”Ini bukan latihan. Ini bukan saatnya untuk menyerah. Ini bukan saatnya untuk beralasan,” kata Ghebreyesus kepada wartawan. Dia mendesak agar ada ”kesiapan yang agresif” untuk menghadapi virus ini.
Di AS, serikat perawat mengatakan, survei terhadap ribuan perawat di rumah sakit di AS menunjukkan hasil memprihatinkan. ”Survei menunjukkan, sebagian besar rumah sakit di AS tidak siap untuk menangani Covid-19 secara aman,” kata Jane Thomason, seorang spesialis kesehatan.
Direktur National Nurses United Bonnie Castillo mengatakan, perawat bekerja tanpa peralatan perlindungan pribadi yang memadai. Pendidikan dan pelatihan untuk menangani wabah Covid-19 juga kurang.
Dampak
Hingga Jumat petang, dilaporkan jumlah kasus Covid-19 di dunia sebanyak 98.123. Sebanyak 3.385 di antaranya diikuti dengan kematian. Saat ini wabah itu telah tersebar di 87 negara dan wilayah.
Epidemi ini telah mengancam kinerja bisnis internasional, pariwisata, perhelatan olahraga, dan sekolah. Hampir 300 juta siswa di sejumlah negara terpaksa tidak masuk sekolah. Mereka harus belajar secara daring di rumah untuk mencegah penyebaran Covid-19. (AP/AFP/LOK/JOS)