Kasus Covid-19 Terus Bertambah, Australia Tutup Sekolah Pertama
Pemerintah Negara Bagian New South Wales memerintahkan penutupan Sekolah Menengah Umum Epping Boys (Epping Boys High School) guna memastikan virus penyebab Covid-19 tidak menyebar di wilayah negara bagian itu.
Oleh
HARRY BHASKARA (DARI BRISBANE, AUSTRALIA) & MH SAMSUL HADI
·5 menit baca
BRISBANE, KOMPAS — Australia memerintahkan penutupan sekolah untuk pertama kali, Jumat (6/3/2020), setelah seorang siswa berusia 16 tahun di Sydney dikonfirmasi positif terinfeksi virus SARS-Cov-2 penyebab penyakit Covid-19. Guna mengatasi meluasnya penularan wabah itu, Perdana Menteri Scott Morrison menyiapkan anggaran lebih dari 1 miliar dollar Australia atau sekitar Rp 9,4 triliun.
Australia telah mencatat adanya 60 kasus Covid-19, dua orang di antaranya yang berusia lanjut meninggal. Kasus terbaru menimpa seorang laki-laki berusia 16 tahun di Sydney, kota terbesar di negara itu. Pemerintah Negara Bagian New South Wales (NSW) memerintahkan penutupan Sekolah Menengah Umum Epping Boys (Epping Boys High School) guna memastikan virus tidak menyebar.
Sekolah di bagian utara kota Sydney tersebut merupakan sekolah pertama di Australia yang ditutup sebagai dampak meluasnya wabah Covid-19. Penutupan sekolah tersebut dilakukan setidaknya untuk satu hari. Beberapa pejabat kesehatan setempat mengatakan, hampir 1.200 siswa dan staf di SMU Epping Boys diminta agar mengarantina diri sendiri.
”Para siswa sekolah itu disarankan untuk tetap tinggal di rumah dan mengisolasi diri sendiri hingga akhir pekan,” ujar pejabat pemerintah NSW dalam pernyataan yang dikirim melalui surat elektronik. ”Staf juga diminta tetap tinggal di rumah dan mengisolasi diri. Sekolah akan memberikan informasi lebih lanjut pada akhir pekan ini mengenai langkah-langkah berikutnya.”
Menteri Kesehatan NSW Brad Hazzard mengungkapkan, remaja laki-laki yang positif terinfeksi virus penyebab penyakit Covid-19 itu diyakini tertular melalui kontak langsung dengan penderita lainnya, sekaligus menjadi kasus lain penularan antarwarga setempat.
PM Morrison mengatakan, dirinya telah menulis surat kepada pemerintah-pemerintah negara bagian guna menyiapkan anggaran 1 miliar dollar Australia untuk menangani para pasien Covid-19. Pada akhir Februari lalu, ia menyebut pandemi global Covid-19 diperkirakan bakal terjadi. Data soal anggaran untuk menangani wabah tersebut baru diungkapkan pada Jumat ini.
Kebanyakan warga Australia yang terinfeksi virus penyebab Covid-19 saat ini tertular saat berada di luar negeri. Saat ini, penyebaran wabah Covid-19 di negara tersebut meluas secara lokal.
”Kami mengestimasi (anggaran) berdasarkan saran yang kami miliki saat ini bahwa (anggaran) ini bisa mencapai sekitar 1 miliar dollar Australia,” kata Morrison. ”Saya berharap, anggaran itu tidak akan sebanyak itu. (Namun) bisa juga lebih banyak dari itu.”
Kebanyakan warga Australia yang terinfeksi virus penyebab Covid-19 saat ini tertular saat berada di luar negeri. Saat ini, penyebaran wabah Covid-19 di negara tersebut meluas secara lokal.
Kertas toilet ludes
Sementara itu, ketakutan terhadap penyakit Covid-19 telah memicu sebagian warga Australia dalam beberapa hari terakhir ini memborong barang-barang persediaan, terutama kertas toilet, secara berlebihan. ”Breaking news: Besok koran ini terbit dengan sisipan delapan halaman kertas toilet seandainya Anda belum sempat membeli,” demikian bunyi laman NT News, Kamis (5/3/2020).
Laman NT News itu mencerminkan mood sebagian warga Australia. Ahli virus dari Universitas Queensland, Ian Mackay, mengimbau di blognya agar orang tidak menimbun barang kecuali menyediakan secukupnya beberapa bahan pokok, seperti obat-obatan, kertas toilet, tisu, dan makanan kaleng.
Saran sederhana tersebut tampaknya ditangkap lain oleh warga. Walau tidak terlihat kepanikan di Supermarket Coles di bilangan Sunnybank Hill, Brisbane selatan, rak-rak kertas toilet yang nyaris kosong menjadi pemandangan yang tidak umum. Sekalipun sudah kosong, masih terlihat sejumlah orang mendatangi rak-rak tersebut.
Di Supermarket Woolworths, Sydney, juga tak tampak kepanikan warga. Namun, pelanggan tetap menemukan rak-rak kertas toilet yang kosong. Di Supermarket Coles Braodway di Sydney, pelayan toko seolah berlomba dengan pembeli kertas toilet. Segera setelah pelayan menyusun kembali paket-paket kertas toilet di rak-rak yang kosong, pembeli langsung menyerbu dan rak-rak pun kembali kosong. Pembeli juga menyerbu barang-barang lain, termasuk pasta, beras, air dalam kemasan, dan makanan kaleng.
”Saya tertegun. Ini benar-benar gila,” ucap Margaret Widders, seorang pembeli, seperti dikutip laman news.com.au. ”Lihat, semuanya panik, semua membawa kertas toilet. Apa perlu?”
Pembeli lain, Stephanie Manors, yang mendorong keranjang belanja yang penuh barang, termasuk 20 paket kertas toilet, mengatakan tak membayangkan akan berbelanja seperti ini. ”Semua sudah gila, seorang membeli, (pelanggan) lainnya ikut-ikutan,” ujarnya pada laman news.com.au.
Nada yang sama disampaikan Lisa, pembeli yang lain. ”Saya membeli karena semua orang membeli. Lucu, tetapi saya juga panik.”
Fenomena ”ikut-ikutan”
Woolworths membatasi pembelian sebanyak empat paket setiap pelanggan. Sebelumnya pembeli kadang membawa 10 sampai 20 paket kertas toilet.
Psikolog Dr Carol Keane dari Universitas Queensland mengatakan, dorongan membeli kertas toilet terkait dengan kebudayaan yang membedakan antara manusia dan hewan, dan juga terkait dengan konsep malu. ”Urusan toilet bersifat sangat privat dalam peradaban manusia, kegagalan untuk membersihkan diri akan menimbulkan rasa malu,” ujarnya, seperti dikutip 7news.
Namun, menurut pakar pemasaran dan konsumen Dr Rohan Miller, fenomena ini lebih berkaitan dengan mental ikut-ikutan (herd mentality). ”Sudah lama kita kehilangan akal sehat dan sudah terlalu lama menjadi orang kota yang didominasi oleh kenyamanan berdasarkan konsumsi sehingga tak mampu hidup tanpa produk-produk tertentu,” ujarnya pada 7news.
PM Scott Morrison mengimbau warga untuk tidak menimbun kertas toilet karena persediaan dalam negeri mencukupi. Para analis menduga, warga khawatir kertas toilet akan habis karena China, penghasil terbesar kertas toilet di dunia, sedang dilanda wabah virus.
Supermarket Coles dan Woolworths telah meminta tambahan stok dari penyuplai yang pada gilirannya menuntut pabrik kertas toilet bekerja siang-malam. Pabrik-pabrik tersebut termasuk Quilton, Sorbent, dan Kleenex.
Direktur Pemasaran Industry Edge, Tim Woods, seperti dikutip Perth Now, mengatakan, Australia mengimpor 40 persen kebutuhan kertas toilet dari China dan selebihnya diproduksi di dalam negeri.