Taliban Tidak Mengurangi Kekerasan, Itu Alasan AS Menyerang Balik
Serangan balik AS terhadap Taliban sebagai peringatan terhadap kelompok itu karena terus-menerus melakukan serangan dalam 48 jam terakhir sejak kesepakatan damai AS-Taliban diteken di Doha, Qatar, Sabtu (29/2/2020).
Oleh
Mahdi Muhammad
·4 menit baca
Nota kesepahaman damai antara Pemerintah Amerika Serikat dan kelompok Taliban sudah ditandatangani di Doha, Qatar, beberapa hari lalu. Namun, serangan pejuang Taliban terhadap pemerintah dan militer Afghanistan di lapangan masih terus terjadi dan bahkan diyakini akan terus meningkat.
Perbedaan persepsi tentang isi nota kesepahaman damai membuat serangan dan serangan balasan terus terjadi.
Sekretaris Kementerian Pertahanan Amerika Serikat Mark Esper kepada panel Senat AS, Rabu (4/3/2020) waktu setempat atau Kamis (5/3) waktu Indonesia, mengatakan, sejauh ini Taliban menghormati kesepahaman Doha dengan tidak menyerang militer Amerika Serikat dan pasukan koalisi.
Namun, masih menurut Esper, jika dinilai dalam kerangka pengurangan tindak kekerasan (RoV), seperti yang terjadi sebelum penandatanganan nota kesepahaman damai, tindakan Taliban sekarang tidak masuk di dalamnya.
Dalam pandangan Esper, pimpinan kelompok Taliban kesulitan mengonsolidasikan diri atas tindakan anggota-anggotanya di lapangan. ”Menyatukan semua orang di dalam satu persepsi (atas nota kesepahaman damai) adalah sebuah tantangan bagi Taliban. Kelompok ini memiliki faksi garis keras hingga lunak dan mereka juga bergulat dengan hal itu,” kata Esper.
Militer AS yang berada di Afghanistan juga terus bersiap melakukan serangan defensif kepada para pejuang Taliban. Kesepakatan untuk mengurangi tindakan kekerasan (RoV) yang diharapkan tetap terjaga meski nota kesepahaman damai sudah ditandatangani, militer AS juga tidak sepakat untuk menghentikan tindakan counterterrorism di Afghanistan.
Seorang pejabat resmi militer AS di Afghanistan menyatakan bahwa Jenderal Scott Miller, komandan militer AS di negara tersebut, memiliki kewenangan untuk memerintahkan serangan terhadap Taliban jika dipandang perlu.
Serangan balik terhadap pejuang Taliban, menurut seorang pejabat Pemerintah AS, sebagai peringatan terhadap kelompok tersebut yang terus-menerus melakukan serangan dalam 48 jam terakhir.
Ketika peringatan itu diabaikan, militer AS di Afghanistan memiliki kewenangan untuk melakukan tindakan balasan yang diperlukan guna membela militer Afghanistan.
Esper mengatakan, tindakan militer AS membela militer Afghanistan sebagai sebuah tindakan yang sah menurut dokumen nota kesepahaman damai. ”Hal itu merupakan komitmen saya kepada orang-orang Afghanistan ketika berada di sana, Sabtu (29/2). Kami akan terus membela rakyat Afghanistan,” kata Esper.
Perbedaan persepsi
Nota kesepahaman damai antara AS dan Taliban menyerukan gencatan senjata yang komprehensif di seluruh wilayah Afghanistan untuk dirundingkan di dalam perundingan intra Afghanistan dan para pihak yang terlibat.
Nota kesepahaman damai juga menyatakan, AS harus memulai penarikan 4.000 anggota militernya dari Afghanistan sepekan setelah penandatanganan.
Namun, di dalam nota kesepahaman itu tidak disebutkan dengan jelas bahwa kepatuhan para pihak atas isi dari perjanjian tersebut adalah prasyarat bagi penarikan militer AS di Afghanistan.
Sebaliknya, di dalam nota kesepahaman tersebut hanya disebutkan bahwa AS dan koalisi akan menarik pasukannya dari Afghanistan apabila kelompok Taliban ikut serta dalam perundingan intra Afghanistan secara bersungguh-sungguh.
Selain itu, nota kesepahaman menyaratkan bahwa Taliban benar-benar tidak melindungi kelompok teroris lain, seperti Al Qaeda dan sejenisnya.
Beberapa pejabat AS yang enggan disebut namanya tampaknya bersepakat bahwa peningkatan kekerasan yang dilakukan Taliban terjadi karena Presiden Afghanistan Ashraf Ghani menolak untuk membebaskan 5.000 anggota Taliban yang ditahan di fasilitas milik pemerintah.
Mereka juga menilai, tindakan yang dilakukan Taliban tidak harus membatalkan nota kesepahaman yang sudah disepakati. Tantangan pelaksanaan perdamaian di negara ini akan selalu ada, menurut mereka.
Di sisi lain, Taliban menganggap bahwa kesepakatan damai hanya terjadi antara AS dan Taliban. Adapun perlawanan terhadap pemerintah dan militer Afghanistan akan terus berlanjut.
Jubir Taliban di Afghanistan, Zabihullah Mujahid, mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa pembebasan tawanan merupakan salah satu poin penting yang memakan waktu lama untuk disepakati oleh negosiator AS dan Taliban.
Serangan demi serangan yang terjadi membuat Nadir Naiw, salah satu anggota Majelis Tinggi Afghanistan, mengkhawatirkan kondisi negaranya ketika militer AS dan koalisi hengkang dari negara tersebut.
”Ketidakpastian masa depan Afghanistan menjadi perhatian kami saat ini,” kata Naim, dikutip dari The New York Times.
Pemerintah AS berencana mengirimkan Zalmay Khalilzad, juru runding AS, ke Kabul, Afghanistan, untuk mencari terhadap kondisi terkini di Afghanistan. ”Dia diharapkan bisa membuat para pihak bertikai menahan diri,” kata Esper. (AP/REUTERS)