Keluarga dua imigran yang tewas di perbatasan Turki-Yunani mendukung langkah Ankara menggugat Athena. Ankara juga membantah tudingan bahwa Yunani membuka perbatasan sebagai upaya pemerasan terhadap Eropa.
Oleh
Kris Mada
·3 menit baca
ANKARA, KAMIS — Turki mempertimbangkan untuk menggugat Yunani di Pengadilan Hak Asasi Manusia Eropa. Ankara menilai, Athena tidak berperikemanusiaan dalam penanganan pengungsi di perbatasan Turki-Yunani.
Menteri Dalam Negeri Turki Suleyman Soylu, Rabu (4/3/2020), mengatakan, persiapan untuk gugatan ke European Court of Human Rights (ECHR) sedang disusun. Keluarga dua imigran yang tewas di perbatasan Turki-Yunani mendukung langkah Ankara.
Soylu mengumumkan hal itu di tengah persiapan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan bertemu sejawatnya di Eropa, Rabu. Erdogan membahas krisis pengungsi yang berlangsung beberapa pekan terakhir di perbatasan Turki-Yunani.
Soylu menyebutkan, sedikitnya 135.000 orang berusaha melintasi perbatasan kedua negara. Jumlah itu dinyatakan berdasarkan pengamatan kepolisian Turki di perbatasan. Soylu mencuplik data berbeda dengan perhitungan Eropa yang memprakirakan 25.000 pengungsi berada di perbatasan Turki-Yunani.
Sejak beberapa tahun lalu, Ankara mendesak Eropa berbagi beban atas aliran pengungsi ke Turki. Para pengungsi tidak mau ke Turki. Mereka hanya singgah di sana sebelum ke Eropa.
Kini, 3,6 juta pengungsi Suriah berada di Turki dan Ankara harus menanggung sendiri biaya pengurusannya. Selain pengungsi Suriah, Turki juga masih harus mengurus pengungsi Afghanistan, Somalia, dan sejumlah negara lain di Afrika.
Jumlah pengungsi dari Suriah dikhawatirkan bertambah seiring pertempuran yang meningkat di Idlib. Di provinsi terakhir yang dikuasai kubu oposisi Suriah itu, Damaskus yang dibantu Moskwa tengah meningkatkan gempuran.
Turki, yang secara terbuka menyokong sejumlah kubu oposisi dan mengerahkan tentara pendudukan ke Idlib telah kehilangan puluhan prajurit di tengah pertempuran terbaru itu.
Juru bicara kepresidenan Turki, Ibrahim Kalin, menyebut Eropa belum melakukan hal berarti dalam penanganan pengungsi di Suriah. Padahal, Ankara dan Brussels pernah menyepakati kerja sama penanganan pengungsi pada 2016.
Presiden Komisi Eropa Charles Michel dinyatakan tidak tegas dalam pertemuan dengan Erdogan. ”Kami berharap ada rencana jelas persoalan ini dan bisa segera diwujudkan,” ujar Kalin.
Kalin juga membantah keputusan Ankara membuka perbatasan dengan Yunani sebagai upaya pemerasan terhadap Eropa. Ia balik menuding Brussels menerapkan standar ganda.
”Untuk Yunani, Uni Eropa bisa menggalang ratusan juga euro dalam hitungan hari. Sementara untuk (memenuhi permintaan) Turki, dipakai alasan birokrasi,” ujarnya.
Brussels memang menjanjikan dana darurat 700 juta euro untuk memperkuat perbatasan di Yunani di tengah krisis pengungsi. Yunani adalah anggota UE terdekat dengan Turki dan karena itu menjadi gerbang bagi pengungsi menuju Eropa.
Seperti terhadap Turki, para pengungsi juga tidak mau menetap di Yunani. Mereka hanya mau lewat negara itu untuk menuju negara lain di Eropa Barat..
Selain untuk Yunani, Brussels juga menjanjikan 60 juta euro untuk program kemanusiaan di Idlib. Dana itu untuk membantu hampir 1 juta orang yang berusaha lari dari kepungan pertempuran di Idlib. (AP/REUTERS)