Langkah menutup sekolah untuk sementara seperti yang dilakukan Perancis itu sudah dilakukan oleh hampir semua negara di dunia yang telah melaporkan kasus positif Covid-19.
Oleh
Luki Aulia
·3 menit baca
PARIS, RABU — Begitu kasus virus Covid-19 positif ditemukan di sejumlah daerah di Perancis, pemerintah segera meliburkan 120 sekolah dasar dan menengah yang berada di sekitar wilayah terinfeksi. Penghentian kegiatan belajar mengajar ini ditetapkan hingga satu pekan ke depan.
Menteri Pendidikan Perancis Jean-Michel Blanquer, Selasa (3/3/2020) waktu setempat, menyatakan hanya itu cara terbaik untuk mengantisipasi penularan di antara anak-anak. Apalagi mengingat di Perancis sudah ada 191 kasus positif Covid-19 dan tiga orang di antaranya meninggal.
Langkah menutup sekolah untuk sementara seperti yang dilakukan Perancis itu sudah dilakukan oleh hampir semua negara yang melaporkan kasus positif Covid-19, seperti China, Hong Kong, Jepang, Korea Selatan, Iran, Irak, Lebanon, Inggris, Australia, Meksiko, Kuwait, Pakistan, dan Italia. Ada sekolah yang baru diliburkan satu pekan. Ada yang sudah diliburkan selama 2 pekan.
Sekolah yang ditutup tidak lantas berarti tidak belajar sama sekali. Siswa tetap diimbau belajar di dalam rumah saja. Bahkan, sekolah-sekolah di Italia utara tetap menjalankan kegiatan belajar mengajar seperti biasa. Hanya saja, kelasnya memanfaatkan platform digital, seperti Skype, Microsoft Teams, atau Google Classroom.
Di Italia, siswa sudah masuk ruang kelas digital sejak dua pekan lalu. Materi-materi pelajaran disampaikan dengan mengirim soal-soal untuk dikerjakan sebagai pekerjaan rumah. Terkadang guru juga membuatkan permainan (games) Matematika untuk dikerjakan bersama-sama. Guru mengirimkan materi ajar kepada siswa melalui aplikasi WhatsApp.
”Cara itu berjalan sangat baik sampai sekarang,” kata Lucia Balzarini, guru agama di sebuah kampus teknik pertanian di Codogno, kota yang dikarantina karena menjadi ”zona merah” di mana lima anak diketahui positif Covid-19.
Sekolah Balzarini ditutup sejak 22 Februari lalu dan lima hari kemudian kelas digital/virtual dimulai. Sekolah-sekolah di daerah Lombardia, Veneto, dan Emilia Romagna ditutup sampai akhir pekan ini. Namun, dengan jumlah kasus positif Covid-19 di Italia yang bertambah menjadi lebih dari 2.000 kasus, belum bisa dipastikan kapan sekolah bisa berjalan normal.
Kini semua sekolah di Italia mempunyai e-mail atau kelompok pesan elektronik seperti di WhatsApp. Dengan aplikasi ini, guru, siswa, bahkan orangtua murid bisa tetap berkomunikasi.
”Sebelum mulai belajar, siswa harus registrasi dulu untuk memastikan dia betul siswa sekolah itu. Baru kemudian nanti tugas-tugas sekolah saya kirim lewat e-mail dan WhatsApp,” kata guru SMA di Bologna, Flavia Santonico.
Untuk memperlancar pembelajaran, operator jaringan telekomunikasi TIM menyediakan layanan data tanpa batas khusus di 10 kota yang masuk ”zona merah” di wilayah Lombardia dan kota Veneto.
Marco De Rossi, Kepala WeSchool, perusahaan Italia yang mengembangkan platform pendidikan, mengatakan, lalu lintas penggunaan platform mereka naik tiga kali lipat pada pekan lalu dengan 590.000 pengguna aktif.
Kementerian Pendidikan Italia meminta sekolah-sekolah itu berbagi pengalaman selama menggunakan cara itu ke sekolah yang lain. Sistem pembelajaran itu dinilai efektif membantu siswa meski daya tangkap setiap siswa bisa saja berbeda. Sistem belajar jarak jauh seperti ini, menurut rencana, jika berhasil, akan menjadi sistem nasional.
”Awalnya memang ada saja masalahnya. Tetapi, sekarang sudah tidak ada masalah karena sudah terbiasa,” kata Federico Vita (11), siswa Sekolah Ungaretti di Melzo.
Berbagi pengalaman belajar jarak jauh dan kelas virtual ini penting karena isolasi seluruh kota akibat masuk dalam ”zona merah” dikhawatirkan bisa membuat siswa dan orangtua stres. Bahkan, orangtua merasa khawatir jika anaknya terlalu sering berkutat dengan telepon genggam atau komputernya.
”Kita harus memastikan mereka tidak seharian melihat telepon seluler saja. Memang banyak pekerjaan rumah (PR) yang dikasih lewat telepon seluler, tetapi lebih baik belajar di kelas virtual saja karena ada interaksi dengan orang lain,” kata Susan, ibu satu anak di Bologna.
Monica Boccoli, guru Matematika di Cremona yang mengajar dengan teknik-teknik digital, membenarkan Susan karena interaksi komunikasi antarsiswa, siswa dengan guru, dan antarguru tetap penting. ”Apalagi untuk jenjang pendidikan dasar,” ujarnya. (REUTERS/AFP/AP)