Ghani Tolak Lepas 5.000 Tawanan, Taliban Serukan Akhiri Gencatan Senjata
Presiden Afghanistan Ashraf Ghani hari Minggu (1/3/2020) menolak permintaan Taliban untuk membebaskan 5.000 tahanan Taliban sebagai syarat untuk melakukan pembicaraan dengan Pemerintah Afghanistan.
Oleh
Elok Dyah Messwati
·3 menit baca
KABUL, SELASA — Tak lama setelah Presiden Afghanistan Ashraf Ghani menolak permintaan Taliban untuk membebaskan 5.000 pejuang mereka yang ditahan, Taliban menyerukan diakhirinya gencatan senjata, Senin (2/3/2020). Pertempuran pun pecah di dua distrik di Kandahar, jantung kelompok tersebut.
Ghani menolak pembebasan 5.000 tahanan yang diminta Taliban sebagai syarat untuk melakukan pembicaraan damai dengan Pemerintah Afghanistan (intra-Afghanistan).
Dalam kesepakatan damai yang ditandatangani Amerika Serikat dan Taliban di Doha, Qatar, Sabtu (29/2/2020), kedua belah pihak berkomitmen bekerja secepatnya untuk membebaskan para pejuang dan tahanan politik. Komitmen itu sebagai langkah membangun kepercayaan, dengan koordinasi dan persetujuan dari semua pihak terkait.
Salah satu butir kesepakatan damai itu menyebut akan membebaskan 5.000 tahanan Taliban yang dipenjara. Sebaliknya, sebagai imbalan, 1.000 tawanan di tangan Taliban juga akan dibebaskan. Pembicaraan di antara faksi-faksi Afghanistan, menurut rencana, akan dimulai 10 Maret 2020 di Oslo, ibu kota Norwegia.
Anak-anak Afghanistan merayakan rencana penandatanganan kesepakatan damai antara AS dan kelompok Taliban di Jalalabad, Afghanistan, Jumat (28/2).
Mengenai masalah pertukaran tahanan, Ghani mengatakan bahwa terkait dengan pembebasan tahanan Taliban bukanlah wewenang AS untuk memutuskan karena AS hanya fasilitator.
”Pemerintah Afghanistan tidak membuat komitmen untuk membebaskan 5.000 tahanan Taliban,” kata Ghani kepada wartawan di Kabul sehari setelah kesepakatan itu ditandatangani di Qatar untuk memulai penyelesaian politik yang bertujuan mengakhiri perang terpanjang AS.
Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan, ada pembebasan tahanan dari kedua belah pihak dan dia berharap bahwa negosiasi akan dimulai dalam beberapa hari mendatang antara Pemerintah Afghanistan dan Taliban.
Ghani mengatakan kepada CNN pada hari Minggu bahwa Presiden AS Donald Trump tidak meminta pembebasan tahanan dan bahwa masalah pembebasan tahanan harus dibahas sebagai bagian dari kesepakatan damai yang komprehensif. Konsensus politik untuk langkah besar itu saat ini tidak ada.
Masalah utama
Ghani mengatakan, masalah-masalah utama perlu didiskusikan terlebih dulu, termasuk hubungan Taliban dengan Pakistan dan negara-negara lain yang telah menawarkan perlindungan. Juga hubungan Taliban dengan kelompok teroris dan kartel narkoba, serta tempat pasukan keamanan Afghanistan dan administrasi sipilnya.
”Warga Afghanistan harus percaya bahwa kita telah beralih dari perang ke perdamaian, dan kesepakatan damai itu bukan menjadi kuda Trojan atau awal dari fase konflik yang jauh lebih buruk,” tambah Ghani. Dia mengatakan, diperlukan mekanisme yang dapat diverifikasi untuk memastikan komitmen yang dibuat benar-benar disampaikan.
Kesepakatan damai AS-Taliban itu ditandatangani pada hari Sabtu lalu oleh utusan khusus AS, Zalmay Khalilzad, dan kepala politik Taliban Mullah Abdul Ghani Baradar, disaksikan oleh Pompeo.
Setelah penandatanganan kesepakatan damai, Baradar bertemu para menteri luar negeri dari Norwegia, Turki, dan Uzbekistan di Doha bersama dengan para diplomat dari Rusia, Indonesia, dan negara-negara tetangga. Langkah ini mengisyaratkan tekad Taliban untuk mengamankan legitimasi internasional.
”Para pejabat tinggi yang bertemu Mullah Baradar menyatakan komitmen mereka terhadap rekonstruksi dan pembangunan Afghanistan. Perjanjian AS-Taliban ini adalah sejarah,” kata juru bicara Taliban Zabiullah Mujahid.
Trump menolak kritik terkait dengan kesepakatan damai tersebut dan mengatakan bahwa dirinya akan bertemu para pemimpin Taliban dalam waktu dekat.
Sementara Pompeo mengatakan, Trump akan secara aktif terlibat dalam proses itu. Namun, Pompeo tidak memberikan tanggal kapan pertemuan antara Trump dan para pemimpin Taliban.
Para pembantu Ghani mengatakan bahwa keputusan Trump untuk bertemu Taliban dapat menimbulkan tantangan bagi Pemerintah Afghanistan pada saat penarikan pasukan AS segera terjadi.
Berdasarkan kesepakatan damai tersebut, AS berkomitmen mengurangi jumlah pasukannya di Afghanistan menjadi 8.600 dari 13.000 dalam waktu 135 hari setelah penandatanganan.
AS juga berkomitmen berdasarkan kesepakatan damai tersebut untuk bekerja dengan sekutu untuk secara proporsional mengurangi jumlah pasukan koalisi di Afghanistan selama periode itu jika pasukan Taliban mematuhi jaminan keamanan dan gencatan senjata mereka.
Penarikan penuh semua pasukan AS dan koalisi akan terjadi dalam 14 bulan. Penarikan itu tergantung dari jaminan keamanan oleh Taliban. (AP/REUTERS/AFP)