Museum Louvre di Paris Tutup Gara-gara Virus Covid-19
Keputusan mendadak itu membuat banyak calon pengunjung tetap antre panjang di luar museum. Mereka tetap menanti di bawah guyuran hujan, sementara pintu museum tetap ditutup.
Oleh
Kris Mada
·3 menit baca
PARIS, SENIN — Museum yang paling banyak dikunjungi di Bumi, yakni Louvre, di Paris, Perancis, ditutup akibat kekhawatiran penyebaran virus Covid-19.
Di berbagai negara, jumlah infeksi dan korban tewas akibat Covid-19 terus bertambah, termasuk warga Australia yang baru dievakuasi dari kapal pesiar Diamond Princess, yang sedang bersandar di Yohohama, Jepang.
Penutupan Louvre didasarkan pada rapat para pekerja museum terkenal di Paris itu. Dalam pemungutan suara, Minggu (1/3/2020), seluruh pekerja sepakat museum ditutup.
”Rapat itu untuk membahas keprihatinan staf. Pengelola tidak bisa meyakinkan karyawan untuk tetap bekerja. Louvre adalah tempat tertutup yang didatangi lebih dari 5.000 orang per hari,” kata perwakilan serikat pekerja museum Louvre, Christian Galani, kepada kantor berita Perancis, AFP.
Keputusan mendadak itu membuat banyak calon pengunjung tetap antre panjang di luar museum. Mereka tetap menanti di bawah guyuran hujan, sementara pintu museum tetap ditutup. Beberapa pelancong marah karena sudah memesan tiket jauh-jauh hari secara daring lalu museum tutup.
Serikat pekerja museum menyebut, penutupan itu juga didasarkan pada langkah penanggulangan Covid-19 yang ditetapkan Pemerintah Perancis. Sabtu lalu, Perancis melarang seluruh kegiatan dalam ruangan yang dihadiri lebih dari 5.000 orang. Kegiatan luar ruang dengan massa banyak, seperti maraton, juga dilarang.
Penyelidikan
Dari Korea Selatan dilaporkan, Pemerintah Kota Seoul meminta Lee Man-hee diselidiki. Lee mendirikan gereja Shincheonji. Selain Lee, 11 pengurus gereja itu juga dilaporkan Pemkot Seoul ke aparat. Para pengurus gereja dituding memicu bahaya, pembunuhan, dan melanggar aturan Pengendalian Penyakit Menular.
Salah seorang jemaah gereja itu diduga memicu peningkatan infeksi di Daegu pada Februari 2020. Wanita itu diketahui menghadiri sejumlah misa di gereja Shincheonji. Saat hadir di misa, perempuan itu diketahui telah terinfeksi. Akibatnya, jumlah orang tertular melonjak dan Korsel dalam krisis korona.
”Kami sangat menyesal telah menyebabkan keadaan ini,” kata salah seorang jemaah gereja, Kim Shin-chang, kepada BBC.
Mereka kini menolak mengungkap identitas mereka kepada orang tidak dikenal. Gereja itu dikenal tertutup dan tidak mau sembarangan membuka diri. Krisis korona membuat gereja membuka daftar jemaah mereka kepada aparat. ”Kami yakin, hal terpenting saat ini adalah bekerja sama dengan pemerintah,” kata Kim.
Seluruh 230.000 anggota gereja telah diperiksa aparat. Dari 3.730 korban terinfeksi di Korsel, separuhnya adalah jemaah gereja tersebut.
Timur Tengah
Dari Iran dilaporkan, jumlah korban tewas akibat Covid-19 melonjak menjadi 54 orang dan yang terinfeksi mencapai 978 orang. ”Ada 385 kasus baru dalam 24 jam terakhir,” kata juru bicara Kementerian Kesehatan Iran, Kianush Jahanpur.
Iran mendesak warganya tetap berdiam di dalam rumah dan hanya keluar apabila sangat diperlukan. Teheran akan mengerahkan ratusan ribu kelompok pemeriksa mulai Selasa (3/3/2020) besok. Mereka akan mendatangi rumah-rumah warga dan memeriksa mereka.
Republik Islam Iran kini menjadi pusat krisis Covid-19 di Timur Tengah gara-gara jumlah korban tewas dan tertular yang tinggi. Garda Revolusi Iran mengumumkan, sejumlah fasilitas unit militer elite itu disediakan untuk penanggulangan Covid-19.
Sementara dari Australia dilaporkan, seorang pria tewas setelah dipastikan terinfeksi Covid-19. Pria itu baru tiba di Australia setelah dievakuasi dari kapal pesiar Diamond Princess.
Kapal pesiar itu diisolasi selama berhari-hari karena banyak penumpang dan awaknya terinfeksi. Sebagian awak kapal itu berasal dari Indonesia dan baru tiba di Tanah Air. (AFP/AP/REUTERS)