Oposisi Dukungan Turki Rebut Satu Kota di Wilayah Idlib dari Pasukan Suriah
Perebutan wilayah di Idlib, Suriah, antara pasukan pemerintah yang didukung Rusia dan pasukan oposisi yang dibantu Turki terus berlangsung. Hampir 1 juta warga Suriah mengungsi di Idlib menuju perbatasan Turki.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·4 menit baca
ANKARA, RABU — Pasukan oposisi Suriah yang didukung oleh militer Turki merebut kota Nairab di Provinsi Idlib, Suriah, Selasa (25/2/2020). Ini merupakan wilayah pertama yang berhasil direbut kembali dari pasukan Pemerintah Suriah di tengah serangan besar-besaran pasukan Damaskus di wilayah Idlib.
”Dengan bantuan teman kami, Turki, kami telah merebut kembali kota strategis Nairab, gerbang menuju Saraqeb, setelah memukul mundur milisi teroris Rusia,” kata Yusef Hamoud, juru bicara milisi Pasukan Nasional yang didukung Turki.
Pasukan Presiden Suriah Bashar al-Assad, dengan dukungan angkatan udara Rusia, mencoba menguasai kembali Nairab, wilayah terakhir di Suriah yang dikuasai pasukan oposisi setelah sembilan tahun berperang. Hampir 1 juta warga Suriah mengungsi akibat perang ini.
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Mike Pompeo mengkritik serangan tersebut. Ia mengatakan, Pemerintah Suriah tidak bisa menang, dan Washington sedang bekerja sama dengan Ankara untuk menyelesaikan krisis ini.
Turki telah mengirim ribuan personel militer dan peralatan ke wilayah Suriah untuk mendukung oposisi dalam menghadapi serangan pemerintah.
Seorang pejabat keamanan Turki mengatakan, militer turki telah mendukung serangan pemberontak dengan menembaki pasukan pemerintah dan menjinakkan bom di wilayah yang dikuasai pemberontak.
Sejak Turki mengirimkan pasukannya ke wilayah barat laut Suriah untuk membendung serangan pasukan Pemerintah Suriah, sebanyak 17 personel militer Turki tewas. AS memberikan dukungan atas langkah Turki di Idlib.
”Serangan rezim Pemerintah Suriah hanya akan mempertinggi risiko konflik dengan sekutu NATO kami, Turki. Jawabannya adalah gencatan senjata permanen dan negosiasi yang dipimpin oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa di bawah Resolusi Dewan Keamanan PBB 2254,” kata Pompeo.
Target oposisi berikutnya setelah merebut kembali Nairab adalah kota Saraqeb yang strategis. Di kota itu terdapat jalan raya M5, jalan arteri yang memanjang dari utara hingga selatan Suriah penghubung Damaskus dan Aleppo dengan jalan ke arah barat menuju Laut Tengah. Oposisi menyatakan, dengan dikuasainya Nairab, jalan M5 berada dalam jangkauan artileri mereka.
Jatuhnya Nairab telah mengembalikan moral pasukan oposisi dan sasaran serangan berikutnya adalah Saraqeb.
”Jatuhnya Nairab telah mengembalikan moral pasukan oposisi dan sasaran serangan berikutnya adalah Saraqeb,” kata Jenderal Ahmad Rahhal, perwira militer Suriah yang membelot.
Seorang penyelamat dari pasukan pertahanan sipil, Yahya Jaber, mengatakan, sekitar 20 kilometer selatan dari perbatasan, sebanyak 10 warga sipil—termasuk tujuh anak-anak—tewas dalam serangan udara Rusia terhadap penampungan keluarga yang mengungsi di kota yang dikuasai oposisi, Maarat Misrin.
Sementara di daerah lain di Idlib, menurut organisasi Pemantau Hak Asasi Manusia Suriah (SOHR), sumber lokal, dan media pro-Damaskus, pasukan Pemerintah Suriah menguasai kota Kafr Nabl dan sekitarnya sekitar 30 kilometer barat daya Nairab.
Sekolah digempur
Kota Idlib yang dikuasai milisi oposisi juga dihujani serangan. SOHR menyatakan, dua murid dan dua guru tewas ketika artileri menghantam sekolah mereka.
Peperangan ini telah membuat hubungan Turki dan Rusia, yang mendukung pihak yang berbeda dalam perang di Suriah, kian tegang. Namun, kedua negara itu pun berperan untuk menghentikan perang di Suriah.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan, belum ada kesepakatan untuk mengadakan pertemuan tingkat tinggi pada 5 Maret nanti, seperti yang diusulkannya dengan Rusia, Perancis, dan Jerman. Meski begitu, ada kemungkinan dirinya tetap bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin pada tanggal itu.
Erdogan menambahkan, delegasi Rusia dijadwalkan tiba di Turki pada Rabu (26/2/2020) ini untuk membahas situasi terkini di Suriah.
Sabtu lalu, Erdogan mengatakan, setelah berkomunikasi dengan pemimpin tiga negara itu, Turki telah memiliki ”peta jalan” untuk Suriah. Kremlin akan membahas kemungkinan pertemuan tingkat tinggi empat arah.
Turki saat ini menampung hampir 3,7 juta pengungsi Suriah. Ankara menyatakan tak sanggup lagi menampung gelombang pengungsian dan telah menutup perbatasannya.
Sementara pasukan Pemerintah Suriah telah merangsek hingga ke dekat kamp para pengungsi di dekat perbatasan Turki. Para pengungsi khawatir mereka akan ditangkap selama peperangan berlangsung.
Di Geneva, Swiss, Komite Internasional Palang Merah (ICRC) menyerukan kedua belah pihak yang bertikai untuk memberikan jalan aman bagi warga sipil untuk meninggalkan wilayah konflik. ICRC juga mengingatkan bahwa rumah sakit, pasar, dan sekolah dilindungi oleh hukum.
”Kami mendesak semua pihak memberikan jalan bagi warga sipil untuk mencari tempat aman, baik di wilayah yang mereka kuasai maupun melintasi garis depan,” kata juru bicara ICRC, Ruth Hetherington. (REUTERS)