Turki kini terus mengerahkan puluhan tank, kendaraan lapis baja, artileri, dan rudal balistik jarak pendek, serta pesawat tempur untuk melindungi gerak maju pasukan darat Turki dan milisi FSA di sejumlah titik di Idlib.
Oleh
MUSTHAFA ABD RAHMAN, DARI KAIRO, MESIR
·3 menit baca
Perkembangan Provinsi Idlib, Suriah, dalam sepekan ini semakin mencemaskan dan memperlihatkan tanda-tanda seperti akan terjadi perang besar antara Turki dan Suriah di wilayah tersebut. Kontak senjata antara pasukan Turki dan milisi Pasukan Pembebasan Suriah (FSA) loyalis Ankara di satu pihak melawan pasukan Pemerintah Suriah yang dibantu Rusia di pihak lain hingga Selasa (25/2/2020) terus berlanjut di beberapa tempat di provinsi itu.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, Sabtu (22/2), seperti dikutip kantor berita Turki, Anadolu, menyampaikan kepada Presiden Rusia Vladimir Putin bahwa nilai penting Provinsi Idlib bagi Turki setara dengan nilai penting Provinsi Afrin dan kawasan Suriah timur laut.
Pernyataan Erdogan itu bisa ditafsirkan bahwa Turki siap terlibat perang besar demi Idlib, seperti halnya Turki telah melancarkan operasi militer besar di Afrin pada Januari 2018 dan di Suriah timur laut pada Oktober 2019. Tujuan Erdogan menyampaikan sikap Turki terkait isu Idlib kepada Putin itu untuk menegaskan bahwa kini hanya Rusia yang bisa mencegah eskalasi konflik senjata Turki-Suriah.
Rusia masih memiliki hubungan baik dengan Turki lewat forum Astana. Negara itu juga pendukung utama rezim Presiden Bashar al-Assad di Damaskus.
Di pihak lain, Eropa juga tampak sangat cemas melihat eskalasi perang Turki-Suriah di Idlib. Perang itu bisa berdampak membanjirnya pengungsi Suriah ke Eropa.
Operasi militer besar Suriah dan Rusia di Idlib, yang dimulai sejak awal Desember lalu, telah menyebabkan sekitar 900.000 warga Idlib mengungsi ke wilayah perbatasan Turki-Suriah. Banyak pula dari pengungsi itu menembus masuk ke wilayah Turki.
Tujuan Erdogan menyampaikan sikap Turki terkait isu Idlib kepada Putin itu untuk menegaskan bahwa kini hanya Rusia yang bisa mencegah eskalasi konflik senjata Turki-Suriah.
Turki kini sudah menampung sekitar 3,7 juta pengungsi Suriah. Erdogan sering menyatakan, Turki tidak mampu menampung lebih banyak lagi pengungsi dari Suriah.
Dengan latar belakang itulah, seperti diberitakan Anadolu, konferensi antara Putin, Erdogan, Presiden Perancis Emmanuel Macron, dan Kanselir Jerman Angela Merkel akan digelar pada 5 Maret nanti dengan agenda membahas solusi krisis Idlib. Menlu Rusia Sergey Lavrov, Selasa kemarin, mengungkapkan, Turki-Rusia sepakat memulai perundingan lagi untuk menurunkan eskalasi konflik senjata di Idlib.
Provinsi Idlib terletak di Suriah barat laut dan berbatasan langsung dengan Provinsi Hatay, Turki. Provinsi itu merupakan wilayah terakhir yang dikontrol oposisi Suriah. Di Idlib juga ditengarai sebagai basis milisi-milisi radikal loyalis kelompok militan Al Qaeda.
Selain itu, Idlib secara geografis terletak di ketinggian. Siapa pun yang menguasai wilayah itu akan mudah mengawasi wilayah sekitarnya.
Turki kini terus mengerahkan puluhan tank, kendaraan lapis baja, artileri, dan rudal balistik jarak pendek, serta pesawat tempur untuk melindungi gerak maju pasukan darat Turki dan FSA di sejumlah titik di Idlib. Pekan lalu, Ankara telah mengerahkan 70 tank, 200 kendaraan lapis baja, dan 80 artileri berat ke bebarapa lokasi di Idlib utara.
Turki dan FSA mengklaim telah menguasai kota kecil Nairab di Idlib tenggara setelah memukul mundur pasukan Suriah dari kota tersebut. Turki kini mulai menggempur posisi pasukan Suriah di kota Saraqib, kota terbesar kedua di Provinsi Idlib setelah Idlib. Pasukan Suriah menguasai kota Saraqib pada pertengahan Februari lalu dari tangan FSA.
Turki segera mengantisipasi kemungkinan terjadi perang lebih luas di Idlib yang dapat melibatkan Rusia. Turki secara resmi meminta Amerika Serikat (AS) menempatkan sedikitnya dua sistem antiserangan udara dan rudal Patriot di perbatasan Turki bagian selatan untuk menangkal kemungkinan serangan udara serta rudal Rusia dan Suriah jika meletus perang besar Turki-Suriah.
Kini menunggu hasil konferensi Putin, Erdogan, Macron, dan Merkel, 5 Maret mendatang.