Intelijen AS Ingatkan Campur Tangan Rusia di Pemilu 2020
Keterlibatan Rusia dalam pemilu presiden AS 2016 membuat komunitas intelijen AS berselisih dengan Presiden Donald Trump. Menjelang pemilu presiden AS 2020, komunitas intelijen kembali mengingatkan campur tangan Rusia.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·2 menit baca
WASHINGTON, JUMAT — Para pejabat intelijen Amerika Serikat telah memperingatkan parlemen bahwa Rusia kembali ikut campur tangan dalam kampanye pemilihan 2020 untuk membantu Presiden Donald Trump terpilih kembali. Peringatan itu menimbulkan pertanyaan terhadap integritas kampanye presiden, dan apakah pemerintahan Trump mengambil langkah yang tepat untuk memerangi gangguan seperti itu sebagaimana pernah dialami AS pada pemilihan 2016.
Tiga pejabat intelijen AS yang tidak ingin disebutkan namanya, Kamis (20/2/2020), mengatakan, mereka mengikuti pengarahan yang khusus membahas upaya Rusia memengaruhi pemilu 2020 dan memecah belah AS. Pengarahan itu digelar pada Kamis (13/2/2020).
Peringatan intelijen tersebut pertama kali dipublikasikan oleh TheNew York Times (NYT) dan The Washington Post. NYT melaporkan bahwa peringatan itu membuat Trump marah. Dia mengeluh bahwa Demokrat akan menggunakan informasi itu untuk melawannya. Selama masa kepresidenannya, Trump telah menolak penilaian komunitas intelijen soal campur tangan Rusia dalam pemilu 2016 sebagai konspirasi untuk merusak kemenangannya.
Badan-badan intelijen AS menyatakan, Rusia ikut campur dalam pemilihan 2016 melalui kampanye media sosial dan mencuri serta mendistribusikan surat elektronik (surel) dari akun Demokrat. Mereka mengatakan, Rusia sedang berusaha untuk meningkatkan kampanye Trump dan menambah kekacauan pada proses politik Amerika.
Penasihat khusus Robert Mueller menyimpulkan bahwa campur tangan Rusia ”menyapu dan sistematis”. Namun, Mueller tidak menemukan adanya konspirasi kriminal antara Rusia dan kampanye Trump.
Keras
Anggota parlemen dari Republik, Shelby Pierson, mencatat bahwa Trump telah bersikap keras terhadap Rusia, seperti menjatuhkan sanksi ekonomi yang berat terhadap Rusia. Sebaliknya, Rusia telah menarik pasukannya dari daerah-daerah seperti Suriah. Trump juga menunda bantuan militer kepada Ukraina yang merupakan musuh Rusia pada tahun lalu.
Satu hari setelah pengarahan 13 Februari itu, Trump memarahi direktur intelijen nasional saat itu, Joseph Maguire, dan mengumumkan bahwa Maguire akan diganti oleh Richard Grenell, seorang loyalis Trump.
NYT juga menyatakan bahwa Trump marah karena pengarahan intelijen tersebut digelar di hadapan ketua panel Adam Schiff yang memimpin proses pemakzulan dirinya.
Pada Kamis (20/2/2020), Trump akhirnya secara resmi menunjuk Grenell, Duta Besar AS untuk Jerman, untuk menggantikan Maguire sebagai pelaksana tugas direktur intelijen nasional. Di bawah hukum federal, Maguire diminta untuk segera mundur.
Mengutip dua pejabat pemerintah, NYT menyatakan bahwa waktu penggantian Maguire dan pengarahan intelijen yang berdekatan merupakan kebetulan. Grenell tidak memiliki banyak latar belakang di bidang intelijen seperti Maguire. Ia berlatar belakang politik dan urusan media massa.
Penunjukan Grenell oleh Trump tidak memulihkan hubungan Trump dengan komunitas intelijen. Pemerintahan Trump selama ini berselisih dengan komunitas intelijen dalam urusan campur tangan Rusia dalam pemilu 2016 dan pemakzulan. (AP)