Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa AS dan Taliban semakin dekat untuk mencapai kesepakatan damai.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·3 menit baca
WASHINGTON, KAMIS — Amerika Serikat, Kamis (13/2/2020), mengumumkan telah menjalin kesepakatan gencatan senjata secara parsial berupa pengurangan kekerasan selama tujuh hari di Afghanistan. Washington berharap gencatan senjata parsial ini membuka jalan bagi terciptanya kesepakatan antara AS dan kelompok Taliban.
Menteri Pertahanan AS Mark Esper mengumumkan proposal gencatan senjata parsial itu setelah pertemuan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) di Brussels, Belgia. Pengumuman ini disampaikan sehari setelah Presiden Afghanistan Ashraf Ghani melaporkan adanya kemajuan penting dalam negosiasi dengan kelompok Taliban.
Dalam sebuah wawancara radio pada Kamis malam, Presiden AS Donald Trump mengatakan, AS dan Taliban semakin dekat untuk mencapai kesepakatan damai. Belum jelas apakah yang dia maksudkan itu adalah penghentian terbatas dalam permusuhan dengan Taliban atau sesuatu yang lebih luas.
”Saya pikir kita sudah sangat dekat. Saya pikir ada peluang bagus bahwa kita akan memiliki kesepakatan, dan kita akan lihat,” kata Trump. ”Itu tidak berarti kita telah memastikan (bakal mencapai kesepakatan damai itu), tetapi kita akan tahu dalam dua pekan ke depan.”
Esper tidak mengatakan kapan gencatan senjata parsial itu disepakati akan dimulai. Namun, seorang pejabat Taliban sebelumnya mengatakan bahwa kelompok itu akan memulai ”pengurangan serangan” pada Jumat ini.
”Kami telah mengatakan selama ini bahwa solusi terbaik, jika bukan satu-satunya, di Afghanistan adalah kesepakatan politik. Kemajuan telah dibuat di medan itu dan kami akan mendapat lebih banyak laporan tentang hal itu dalam waktu dekat, saya harap demikian,” kata Esper.
”Pandangan kami adalah tujuh hari untuk saat ini sudah cukup, tetapi dalam semua hal pendekatan kami untuk proses ini akan berbasis kondisi, saya katakan sekali lagi, berdasarkan kondisi teraktual. Hal itu akan terus kita evaluasi.”
Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo, saat berbicara kepada wartawan di atas pesawat menuju Konferensi Keamanan Muenchen, mengatakan bahwa pembicaraan telah ”membuat kemajuan nyata selama beberapa hari terakhir”.
Di konferensi itu, Pompeo diperkirakan bertemu Ghani, ”Kami berharap, kami bisa sampai ke tempat di mana kami bisa mendapatkan pengurangan kekerasan secara signifikan, tidak hanya pada selembar kertas, tetapi juga menunjukkan sebuah kemampuan untuk benar-benar memberikan pengurangan serius dalam kekerasan di Afghanistan,” katanya.
”Jika kita bisa sampai di sana, jika kita dapat memegang postur itu untuk sementara waktu, kita akan dapat memulai diskusi yang serius, di mana semua orang Afghanistan duduk di meja, menemukan rekonsiliasi sejati, sebuah jalan ke depan.”
Washington dan kelompok Taliban telah terlibat dalam perundingan selama lebih dari setahun. Proses itu menjadi upaya untuk mengakhiri perang terpanjang Amerika.
Penarikan pasukan
Mengutip pejabat Afghanistan dan AS, media The New York Times melaporkan bahwa Trump telah memberikan persetujuan bersyarat bagi tercapainya kesepakatan dengan Taliban, yakni penarikan pasukan AS dari Afghanistan. Amerika Serikat saat ini memiliki 12.000-13.000 tentara di Afghanistan.
”Hal itu akan menjadi rangkaian percakapan yang sulit, yang sudah lama tertunda,” kata Pompeo. ”Itu juga akan memberi kita kesempatan mengurangi jejak tidak hanya pasukan Amerika di sana, tetapi juga atas semua pasukan.”
Satu-satunya waktu gencatan senjata dengan Taliban sejak tergulingnya rezim pemerintahan Taliban adalah pada tahun 2018, yakni selama tiga hari pertama hari raya Idul Fitri. Kala itu terjadi sejumlah interaksi yang menyentuh di antara kedua pihak. Muncul swafoto, misalnya, seorang warga Afghanistan berbagi es krim dengan pejuang Taliban.
Namun, setelah itu kekerasan berlanjut. Laporan sebuah lembaga pengawas Pemerintah AS menunjukkan jumlah pertempuran antara kaum pemberontak dan pasukan pemerintah yang didukung AS melonjak ke tingkat rekor tertinggi pada triwulan IV-2019. (AFP)