Kematian Dokter Li Wenliang Memicu Kemarahan Warga China
Wuhan benar-benar berutang maaf kepada Li Wenliang. Wuhan dan pejabat Provinsi Hubei juga berutang maaf kepada orang-orang di Hubei dan negara China.
Oleh
Adhitya Ramadhan
·3 menit baca
BEIJING, SABTU — Kematian seorang dokter pengungkap pertama kasus virus korona baru di Wuhan, China, akibat terinfeksi virus yang sama memicu kemarahan publik di dunia maya; sesuatu yang jarang terjadi.
Dokter bernama Li Wenliang (34) itu dan beberapa orang lain sempat berurusan dengan polisi karena memberi peringatan dini adanya kasus virus korona baru.
Li adalah seorang dokter mata di sebuah rumah sakit di Wuhan, ibu kota Provinsi Hubei. Dia termasuk di antara delapan orang yang bulan lalu ditangkap polisi China dengan dugaan ”menyebarkan rumor” soal virus korona tersebut.
Rumah sakit tempat Li bekerja menyatakan dalam akun Weibo, Li meninggal pada Jumat (7/2/2020) pukul 02.58 pagi waktu setempat.
”Dia adalah pahlawan yang memberi peringatan kepada orang lain dengan nyawanya,” tulis seorang dokter di Wuhan dalam aplikasi Weibo.
Kabar kematian Li menjadi topik pembicaraan paling tinggi di aplikasi Weibo dengan 1,5 miliar yang melihat dan menjadi perbincangan yang seru dalam grup-grup percakapan WeChat. Orang-orang mengekspresikan kesedihan sekaligus kemarahannya.
Selain itu, ada indikasi bahwa perbincangan soal kematian Li disensor, terutama bagian di mana publik menyalahkan pemerintah.
Topik dengan tagar ”pemerintah Wuhan berutang maaf kepada dokter Li” dan ”kami ingin kebebasan bersuara” menjadi tren di Weibo, Kamis (6/2/2020) malam. Namun, tagar itu sudah hilang pada Jumat pagi kemarin.
China berutang maaf
Swafoto dokter Li sambil berbaring menggunakan alat bantu napas dan memegang kartu identifikasinya menyebar luas awal pekan ini. Pada Sabtu (1/2/), Li mengatakan, dirinya positif tertular virus krona baru.
”Wuhan benar-benar berutang maaf kepada Li Wenliang. Wuhan dan pejabat Provinsi Hubei juga berutang maaf kepada orang-orang di Hubei dan negara ini,” tulis Hu Xijin, editor tabloid Global Times yang didukung Partai Komunis dalam Weibo.
Pemerintah China akhirnya tidak bergeming terhadap kritik di dunia maya tersebut. Badan antikorupsi Pemerintah Chinga mengumumkan bahwa mereka telah mengirim tim ke Wuhan untuk ”melakukan penyelidikan komprehensif terkait dokter Li Wenliang”.
Kementerian Kesehatan dan Komisi Kesehatan Nasional China pun menyatakan rasa belasungkawa atas meninggalnya dokter Li.
Kematian Li juga menggambarkan betapa tenaga kesehatan yang menangani pasien menjadi kelompok yang sangat berisiko tertular. Risiko ini semakin besar mengingat mereka bekerja seperti tak kenal waktu menangani puluhan ribu orang. Belum lagi Wakil Gubernur Hubei mengakui bahwa tenaga kesehatan kekurangan alat pelindung diri.
Sementara itu, Presiden China Xi Jinping dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump telah berbicara melalui sambungan telepon soal situasi penanganan wabah penyakit pernapasan akut kaibat virus korona baru di China.
Menurut kantor berita Xinhua, Xi mendesak ”AS menanggapi wajar wabah virus korona”.
Sementara Trump, menurut Gedung Putih, menyatakan ”keyakinannya” pada kemampuan China untuk menghadapi epidemi ini.
Hingga kemarin, pasien positif tertular virus korona baru terus bertambah. Di Jepang, jumlah kasus positif dari kapal pesiar Diamond Princess yang lego jangkar di perairan bertambah jadi 61 orang setelah pada Jumat kemarin ada tambahan kasus positif 41 orang.
Bagi 3.600 penumpang kapal pesiar World Dream di Hong Kong, kemarin, merupakan hari ketiga mereka menjalani karantina di kapal menyusul ditemukannya delapan penumpang yang positif terinfeksi virus korona baru.