Penyebaran Virus Korona Baru Merambah ke Kapal Pesiar
Penyebaran virus korona semakin bertambah di luar China. Virus ini bahkan menyebar di sejumlah kapal pesiar yang tengah berlabuh di Jepang dan Hong Kong.
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·4 menit baca
SHANGHAI, KAMIS — Di tengah terus bertambahnya kematian, penyebaran virus korona baru di luar China terus meluas. Virus korona bahkan menyebar di sejumlah kapal pesiar yang tengah berlabuh di Jepang dan Hong Kong. Jumlah kasus terinfeksi di kapal pun bertambah.
Komisi Kesehatan Nasional China, Kamis (6/2/2020), melaporkan, kematian akibat virus korona baru atau penyakit pernapasan akut 2019-nCoV mencapai 563 kasus dan warga yang terinfeksi sebanyak 28.018 orang. Adapun kasus kematian kebanyakan terjadi di Provinsi Hubei, pusat epidemi, diikuti oleh Heilongjiang dan Guizhou.
Penyebaran virus korona baru telah mencapai 27 negara. Filipina dan wilayah otonom China, Hong Kong, masing-masing telah melaporkan satu kematian di luar China.
Di Jepang, pemerintah telah melakukan karantina sebuah kapal pesiar bernama Diamond Princess berisi 3.700 orang di Pelabuhan Yokohama, Jepang. Kapal itu tiba pada Senin, 3 Februari, setelah melakukan perjalanan selama dua minggu. Mereka mendapati seorang laki-laki Hong Kong (80) telah terinfeksi virus korona.
Kementerian Kesehatan, Perburuhan, dan Kesejahteraan Jepang, Kamis, menemukan kasus terinfeksi baru di kapal tersebut. Sebanyak 10 orang yang berada di sebuah kapal pesiar ditemukan positif terinfeksi. Dengan demikian, jumlah kasus di kapal pesiar ini menjadi 20 kasus.
”Saya selalu dapat mendengar batuk orang dari kamar-kamar terdekat. Tentu saja saya khawatir tentang diri saya sendiri. Saya takut bahwa kru membawa makanan dan membersihkan kamar ke kamar secara berurutan,” ujar penumpang dengan nama akun @daxa_tw melalui Twitter.
Penumpang lainnya mengatakan, kapal berlabuh di Yokohama untuk mengambil suplai. Namun, distribusi logistik berjalan lambat, terutama pengantaran makanan ke kamar.
”Tentu saja, kekhawatiran terbesar kami adalah telah terinfeksi. Kami berharap Pemerintah Amerika Serikat akan mengirimkan transportasi untuk warganya di atas kapal. Lebih baik bagi kami untuk melakukan perjalanan selagi sehat dan jika sakit dirawat di rumah sakit Amerika Serikat,” tutur Gay Courter (75), seorang warga AS.
Dengan bertambahnya kasus terinfeksi di kapal tersebut, jumlah keseluruhan warga yang terinfeksi virus korona baru di Jepang saat ini mencapai 45 kasus.
Adapun kasus penyebaran virus korona di kapal pesiar juga terjadi di wilayah otonom China, Hong Kong. Sebanyak 3.600 penumpang dan awak dikarantina di kapal yang berlabuh di Hong Kong. Karantina terjadi setelah tiga orang yang berada di kapal terkonfirmasi terinfeksi virus korona.
Hong Kong akan mengarantina seluruh pengunjung dari China selama dua minggu. Otoritas Hong Kong menolak permintaan warga untuk menutup perbatasan total dengan China karena dianggap bersifat diskriminatif.
Penyebaran lokal
Penyebaran virus korona baru meluas secara internasional hanya dalam beberapa bulan sejak kasus pertama ditemukan di Wuhan, Hubei, China, pada Desember 2019. Kondisi ini diperparah setelah virus juga dapat menyebar secara lokal, ketika warga dapat tertular tanpa harus pergi ke China.
Jerman dan Hong Kong telah melaporkan kasus warga terinfeksi secara lokal. Singapura juga mengonfirmasi empat kasus pertama dengan warga yang terinfeksi secara lokal.
Salah satu kasus di Singapura menimpa satu pekerja migran perempuan asal Indonesia. Mengutip situs Kementerian Kesehatan Singapura, pekerja migran (44) tersebut tidak memiliki catatan berkunjung ke China dalam waktu baru-baru ini. Dia bekerja sebagai pembantu rumah tangga dan tinggal di Jalan Bukit Merah, Singapura.
Pekerja migran tersebut melaporkan gejala sakit pada 2 Februari dan masuk ke Singapore General Hospital pada 3 Februari. Pekerja migran Indonesia itu diduga tertular dari majikan perempuannya (28), seorang pemilik toko kesehatan yang telah dirawat terlebih dahulu. Majikan itu juga tercatat tidak mengunjungi China belakangan ini, tetapi tokonya melayani banyak wisatawan China.
Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia Kementerian Luar Negeri Judha Nugraha, ketika dikonfirmasi, Rabu, mengatakan, KBRI di Singapura telah berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan Singapura mengenai pekerja migran tersebut. ”Yang bersangkutan berada dalam kondisi stabil. Biaya karantina atau isolasi dan pengobatan akan ditanggung oleh otoritas Singapura,” ucap Judha.
Identitas pekerja migran tersebut belum dapat disampaikan. Hal ini berdasarkan aturan yang tertera dalam Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi di Singapura.
Direktur Eksekutif Migrant Care Wahyu Susilo menambahkan, Pemerintah Indonesia perlu meningkatkan sosialisasi bagi pekerja migran di negara atau wilayah yang memiliki tingkat interaksi tinggi dengan China, seperti Singapura, Makau, Hong Kong, dan Taiwan. ”Pemerintah perlu memastikan pekerja migran Indonesia menyadari ancaman virus tersebut sangat tinggi,” kata Wahyu, secara terpisah. (REUTERS)