Lolos dari Pemakzulan, Trump Lanjutkan Kampanye Pilpres 2020
Setelah selamat dari upaya pemakzulan, Presiden AS Donald Trump tancap gas melanjutkan kampanye menjelang Pilpres 2020. Namun, proses pemakzulan dan skandal di Ukraina dapat menjadi catatan gelap bagi rekam jejak Trump.
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·3 menit baca
WASHINGTON DC, KAMIS — Presiden Amerika Serikat Donald Trump memberi sinyal untuk melanjutkan kampanye untuk Pemilihan Presiden AS pada 3 November 2020. Langkah itu diambil setelah Senat, Rabu (5/2/2020), memutuskan dirinya tidak bersalah dalam persidangan pemakzulan terkait skandal di Ukraina.
Trump sebelumnya didakwa DPR telah menyalahgunakan kekuasaan dan merintangi penyelidikan. Pada Juli 2019, Trump meminta Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyelidiki kandidat presiden Demokrat, Joe Biden, dan putranya, Hunter, setelah menunda pengiriman bantuan Ukraina senilai 391 juta dollar AS yang telah disetujui Kongres AS.
”Sepanjang proses (upaya pemakzulan) yang korup ini, Presiden Trump berhasil memajukan kepentingan AS dan tetap fokus pada masalah yang penting bagi rakyat. Demokrat, sekali lagi, tidak memiliki apa-apa untuk menunjukkan penipuan mereka,” ujar Gedung Putih melalui pernyataan setelah vonis.
Gedung Putih melanjutkan, Trump dengan senang akan melupakan upaya pemakzulan presiden oleh Demokrat pada masa lalu. Selain itu, Trump juga berharap melanjutkan pekerjaannya sebagai presiden bagi rakyat AS pada 2020 dan seterusnya.
Setelah mendapati dirinya tidak bersalah, Trump mengunggah sebuah video editan halaman depan majalah Time berisi spanduk yang bertuliskan ”Trump 2024” hingga ”Trump 90.000” di Twitter. Video itu berakhir dengan tulisan ”Trump 4EVA” atau ”Trump Selamanya” yang menunjukkan Trump ingin menjadi presiden selama beberapa dekade mendatang.
Trump mengunggah video berisi spanduk yang bertuliskan ”Trump 2024” hingga ”Trump 90.000”. Video itu berakhir dengan tulisan ”Trump 4EVA” atau ”Trump Selamanya”.
Secara konstitusi, Presiden AS hanya dapat terpilih untuk dua masa jabatan. Selama persidangan pemakzulan di Senat, Trump telah dituduh sebagai sosok yang pro-autokrasi.
Trump berencana memberikan pernyataan umum terkait pemakzulan pada Kamis (6/2/2020), pukul 12.00, waktu setempat. Sebuah sumber yang dekat dengan Trump menyebutkan, pidato Trump akan berisi pernyataan pembersihan nama baik. Setelah itu, Trump akan membahas tujuan politik dan kebijakannya mengingat dirinya tengah berkampanye untuk pemilihan ulang.
Tim kampanye kemenangan Trump menyambut baik keputusan Senat. Hal ini karena putusan tersebut akan membersihkan nama Trump.
”Pembebasan berarti pembersihan nama total. Keputusan Demokrat untuk bergerak maju dengan pemakzulan akan jatuh sebagai kesalahan perhitungan politik terburuk dalam sejarah AS,” kata Tim Murtaugh, Direktur Komunikasi Tim Kampanye Trump.
Trump berencana melakukan kampanye di New Hampshire pekan depan. Dia diperkirakan meningkatkan kampanye dalam beberapa bulan mendatang.
Jajak pendapat Reuters/Ipsos terbaru pada pekan ini menunjukkan, 42 persen orang dewasa AS puas dengan performa Trump sebagai presiden, sedangkan 54 persen tidak puas. Hasil ini hampir sama dengan survei yang dilakukan ketika DPR mengumumkan penyelidikan pemakzulan pada September 2019, yaitu 43 persen puas dan 53 persen tidak puas.
Selama ini, tingkat kepuasan publik atas kinerja Trump cukup konsisten selama masa pemerintahannya, termasuk proses pemakzulan. Trump memperoleh banyak dukungan dari pendukung konservatifnya.
Tingkat kepuasan publik atas kinerja Trump cukup konsisten selama masa pemerintahannya, termasuk proses pemakzulan. Trump memperoleh banyak dukungan dari pendukung konservatifnya, yaitu warga kulit putih, perdesaan, Kristen evangelis, dan Katolik konservatif.
Pengaruh persidangan
Hasil pemungutan suara di Senat menyebutkan, Trump tidak menyalahgunakan kekuasaan dengan hasil 52-48 dan Trump tidak merintangi penyelidikan dengan skor 53-47. Demokrat membutuhkan dua pertiga suara untuk menjatuhkan Trump. Pembebasan Trump bukanlah hal yang mengejutkan sebab Republik menguasai suara mayoritas Senat.
Meskipun bebas, proses pemakzulan dan skandal di Ukraina dapat memengaruhi elektabilitas Trump. Beberapa senator mengakui tindakan Trump salah. Apalagi, satu senator Republik, Mitt Romney, ikut memilih bahwa Trump melakukan penyalahgunaan kekuasaan.
Keputusan Romney meruntuhkan argumen bahwa upaya pemakzulan tersebut merupakan upaya partisan dari Demokrat untuk menjegal Trump dalam Pilpres 2020. ”Pemakzulan itu akan menjadi bagian dari warisan pemerintahan Trump,” kata Ketua DPR Nancy Pelosi.
Trump merupakan presiden ketiga AS yang lolos dari upaya pemakzulan. DPR AS berupaya memakzulkan Presiden Andrew Johnson pada 1868 dan Bill Clinton selama 1998-1999, tetapi Senat pada waktu itu menyatakan mereka tidak bersalah.
Para pendukung Trump harus terus mengantisipasi kemungkinan Demokrat terus melakukan penyelidikan. ”Saya pikir Presiden Trump dan semua sekutunya sangat menyadari fakta bahwa Demokrat akan terus meningkatkan serangan ini hingga Pilpres 2020,” kata Jason Miller, penasihat kampanye Trump pada 2016. (Reuters)