Komunitas dunia dikejutkan oleh digelarnya pertemuan antara PM Israel Benjamin Netanyahu dan Ketua Dewan Transisi Sudan Mayjen Abdel Fattah al-Burhan selama dua jam di kota Entebbe, Uganda, Senin kemarin.
Oleh
Musthafa Abd Rahman dari Kairo, Mesir
·3 menit baca
KAIRO, KOMPAS — Hanya beberapa hari setelah proposal damai Amerika Serikat diumumkan dan mendapat penolakan luas dari Palestina dan dunia Arab, tiba-tiba kini komunitas dunia dikejutkan oleh digelarnya pertemuan antara Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Ketua Dewan Transisi Sudan Mayor Jenderal Abdel Fattah al-Burhan selama dua jam di kota Entebbe, Uganda, Senin (3/2/2020).
Kantor PM Israel dalam keterangan pers seperti diberitakan stasiun televisi Al Jazeera, Netanyahu dan Al-Burhan membahas di Entebbe tentang kerja sama Israel-Sudan yang mengantarkan ke arah normalisasi hubungan kedua negara.
Pertemuan tersebut atas undangan dan diatur oleh Uganda. Namun, pejabat Palestina yang tak menyebut namanya—seperti dilansir televisi Al Jazeera—mengatakan, Uni Emirat Arab turut mengatur pertemuan Israel-Sudan itu. Pihak Palestina mengecam keras pertemuan Netanyahu dan Al-Burhan itu.
Kantor PM Israel mengungkapkan, Al-Burhan meminta Israel membantu melakukan modernisasi Sudan dengan cara mengakhiri isolasi Sudan dan memperbaiki posisi Khartum dalam peta pergaulan dunia. Al-Burhan juga meminta Israel membantu Sudan menjadi mediator untuk mengakhiri blokade AS atas Sudan dan menghapus nama Sudan dari daftar negara pendukung teroris.
Sebaliknya, Netanyahu meminta Sudan membuka teritorial udaranya untuk maskapai penerbangan Israel yang terbang menuju dan dari Amerika Latin sehingga bisa mempersingkat waktu penerbangan hingga tiga jam dan mengurangi biaya penerbangan.
Impian Israel selama ini adalah maskapai penerbangan Israel, El Al, mendapat akses teritorial udara Sudan agar bisa memangkas biaya dan waktu penerbangan ke Amerika Latin.
Selama ini penerbangan maskapai penerbangan Israel menuju Amerika Latin melalui Laut Tengah dan Laut Atlantik kemudian belok ke kiri menuju Amerika Latin atau melalui Laut Merah, lalu Samudra Hindia, kemudian belok ke kanan menuju Amerika Latin.
Strategis
Secara geopolitik, pertemuan Israel-Sudan itu semakin memperkuat akses Israel ke Benua Afrika sebagai bagian aksi pertarungan Israel, Iran, dan Turki di benua itu.
Israel dengan berpijak di Sudan semakin memiliki akses luas untuk memantau lumbung gerakan radikal di Afrika, seperti Somalia dan wilayah Sahel Afrika.
Israel diduga berusaha menembus Sudan sejak era Presiden Omar Hassan al-Bashir dengan berbagai cara, tetapi selalu gagal.
Pertemuan Netanyahu dan Al-Burhan tersebut juga hanya beberapa hari setelah Menteri Luar Negri AS Mike Pompeo melayangkan surat undangan kepada Al-Burhan untuk segera berkunjung ke Washington DC. Diberitakan, Arab Saudi dan UEA juga turut membantu melobi AS agar Sudan segera dicabut dari daftar negara teroris.
Selama ini AS memasukkan Sudan—pada era Presiden Omar Hassan al-Bashir—dalam daftar negara-negara pendukung teroris yang berhak mendapat sanksi AS.
Sudan pernah menampung pemimpin Al Qaeda Osama bin Laden pada tahun 1990-an dan terlibat perang berdarah di Darfur, Sudan Barat, yang membawa tragedi kemanusiaan sehingga menimbulkan kecaman masyarakat internasional.
Kecaman Palestina
Pertemuan Israel-Sudan tersebut segera mendapat kecaman dari Palestina. Salah seorang pemimpin PLO, Saeb Erekat, kepada stasiun televisi Al Jazeera mengatakan, pertemuan Netanyahu dan Al-Burhan seperti menusuk Palestina dari belakang dan hal itu sudah keluar dari garis inisiatif perdamaian Arab.
Salah seorang pemimpin Hamas, Hazem Qasem, juga mengatakan, pertemuan Netanyahu dan Al-Burhan hanya akan mendorong Israel terus melancarkan tindakan kriminalnya terhadap rakyat Palestina.
Di Khartum, juru bicara Pemerintah Sudan, Faisal Saleh, mengungkapkan, pertemuan Netanyahu dan Al-Burhan tanpa sepengetahuan Pemerintah Sudan dan dewan transisi yang berkuasa di Sudan setelah rezim Presiden Omar Hassan al-Bashir tumbang pada April 2019. Saleh mengatakan, Pemerintah Sudan menunggu kepulangan Al-Burhan ke Khartum untuk menjelaskan alasan menggelar pertemuan dengan PM Netanyahu.
Menlu Sudan Asma Mohamed Abdallah kepada stasiun televisi Al Jazeera juga mengaku tidak mengetahui perihal pertemuan Netanyahu dan Al-Burhan di Uganda dan mendapat informasi tentang pertemuan itu dari media massa.