Pesawat Airbus A330-300 milik Batik Air diberangkatkan ke Wuhan di Provinsi Hubei, China, untuk menjemput 250 warga negara Indonesia, Sabtu (1/2/2020).
Oleh
Erika Kurnia
·3 menit baca
KOMPAS/ERIKA KURNIA
Direktur Jenderal Perhubungan Udara Novie Riyanto (keempat dari kanan) dan Presiden Direktur Lion Air Group Edward Sirait (kanan) berfoto bersama kru pesawat Batik Air yang akan menjemput WNI dari Wuhan, Hubei, China, Sabtu (1/2/2020).
TANGERANG, KOMPAS — Pesawat Airbus A330-300 milik Batik Air diberangkatkan ke Wuhan, Provinsi Hubei, China, untuk menjemput 250 warga negara Indonesia, Sabtu (1/2/2020). Penerbangan untuk evakuasi di kota pusat penyebaran wabah virus korona jenis baru itu dipastikan memenuhi persyaratan keamanan operasional.
Pesawat berkapasitas 392 kursi itu diberangkatkan sekitar pukul 13.00 WIB dari Bandara Soekarno-Hatta, di Tangerang, Banten. Pesawat akan menempuh sekitar 6 jam perjalanan ke Wuhan untuk menjemput 250 warga negara Indonesia (WNI), termasuk 5 orang tim aju (persiapan awal evakuasi).
Sebanyak 42 orang dari unsur Tentara Nasional Indonesia (TNI), Kementerian Luar Negeri, dan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) ikut dalam penerbangan itu. Termasuk di dalamnya lebih dari 9 kru pesawat yang melayani penerbangan tersebut dengan pakaian khusus untuk proteksi diri.
Presiden Direktur Lion Air Group Edward Sirait menyebutkan, penerbangan tersebut adalah misi kemanusiaan yang dijalankan di bawah pengawasan dan arahan sejumlah kementerian, termasuk Kementerian Perhubungan (Kemenhub) sebagai regulator operator perhubungan udara.
KOMPAS/ERIKA KURNIA
Interior pesawat Airbus A330-300 milik Batik Air yang digunakan untuk mengevakuasi WNI di Wuhan, Hubei, China.
”Prosedur kru dan penerbangannya telah diarahkan oleh instansi terkait, seperti Kemenkes, bagaimana meng-handle wabah ini. Kru kami akan berpakaian khusus, baik di dalam ketika melakukan proses penerbangan dan selama penerbangan,” ujarnya saat mempersiapkan penerbangan bersama Kemenhub di Terminal I Bandara Soekarno-Hatta.
Edward mengatakan, pesawat buatan Perancis itu pada dasarnya sudah didesain untuk mencegah penyebaran virus dan bakteri di dalam kabin. Hal itu berkat sistem penyaring udara high efficiency particulate air (HEPA). Namun, Lion Air akan tetap melakukan observasi dan pengawasan pada pesawat seusai penerbangan tersebut.
”Ketika pulang, pesawat dan kru akan di bawah pengawasan. Pesawat akan dirawat selama 14 hari. Kami semprot disinfektan dan sterilisasi pesawat sebelum digunakan kembali. Kru juga akan dimonitor oleh semua instansi terkait,” tuturnya.
Ditemui pada kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Perhubungan Udara Novie Riyanto menyatakan, pesawat itu sudah memenuhi persyaratan penerbangan yang berlaku.
KOMPAS/ERIKA KURNIA
Pesawat Airbus A330-300 milik Batik Air yang digunakan untuk mengevakuasi 250 WNI dari kota pusat penyebaran virus korona jenis baru Wuhan, Hubei, China.
Kerja sama dengan Lion Air Group dilakukan karena operator itu memiliki rute penerbangan ke Wuhan dan pesawat yang lebih besar daripada pesawat milik Sriwijaya yang juga membuka rute sama.
”Kami berterima kasih sekali dengan ini. Dalam proses ini, kontrol dilakukan tidak hanya oleh Kemenhub, tapi juga kementerian lain. Saya harapkan kita semua berdoa agar kami bisa memberikan yang terbaik bagi warga Indonesia yang akan pulang,” ujarnya.
Observasi di Natuna
Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto yang melepas penerbangan evakuasi itu menyampaikan, pemerintah telah memilih tempat untuk mengobservasi WNI dari Hubei. Lokasi itu adalah Pulau Natuna di Kepulauan Riau.
”Kita memiliki tempat yang jauh dari penduduk dan terbaik, yaitu Natuna,” katanya dalam konferensi pers yang didampingi Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto.
Panglima Hadi mengatakan, Natuna adalah pangkalan militer yang memiliki fasilitas rumah sakit. Rumah sakit yang dikelola tiga pusat Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara ini dapat menampung sampai 300 orang.
KOMPAS/ERIKA KURNIA
Kapten pesawat dan pramugari Batik Air mengenakan pakaian khusus untuk menjemput 250 WNI di Wuhan, Hubei, China, Sabtu (1/2/2020).
Fasilitas kesehatan itu juga dipastikan memiliki fasilitas lengkap, seperti tempat mandi cuci kakus (MCK), dapur, dan lapangan. Lokasi itu berjarak 5 kilometer dari permukiman penduduk.
”Militer akan terus memantau pergerakan dari pesawat yang dipergunakan sehingga kami mengetahui apa yang sedang terjadi di udara China menuju wilayah udara Indonesia. Kami akan terus pantau sampai pendaratan. Semoga proses yang telah kita rencanakan berjalan dengan baik,” tuturnya.
Pemerintah Indonesia mengambil inisiatif untuk mengevakuasi dan mengarantina WNI sehari setelah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) resmi mengumumkan status darurat dunia akibat penyebaran virus korona jenis baru atau 2019-nCov.
Hingga Jumat (31/1/2020) siang, setidaknya 21 negara telah mengonfirmasi penemuan kasus penyakit tersebut. Laman South China Morning Post melaporkan, hingga Sabtu pagi, terdapat 259 korban meninggal dengan 45 kasus di antaranya terjadi di Provinsi Hubei.