Netanyahu Galang Dukungan atas Proposal AS untuk Perdamaian Palestina-Israel
Presiden Rusia Vladimir Putin menjadi pemimpin pertama yang ditemui PM Israel Benjamin Netanyahu untuk menggalang dukungan terhadap proposal damai perdamaian Palestina-Israel, yang dirancang Presiden AS Donald Trump.
Oleh
ELOK DYAH MESSWATI
·2 menit baca
MOSKWA, KAMIS -- Pasca-mengunjungi Washington, Amerika Serikat, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menggalang dukungan untuk proposal damai yang diajukan AS. Pemimpin pertama yang ditemuinya adalah Presiden Rusia Vladimir Putin, Kamis (30/1/2020), di Moskwa.
Netanyahu mengatakan kepada Putin ketika mereka melakukan pembicaraan di Kremlin bahwa dia ingin membahas rencana perdamaian Timur Tengah dan ingin mendengar pendapat Putin tentang hal itu.
”Anda adalah pemimpin pertama yang saya ajak bicara setelah kunjungan saya di Washington untuk bertemu Presiden Donald Trump. Saya pikir ada peluang baru di sini, bahkan mungkin peluang unik, dan saya ingin membahasnya dengan Anda dan mendengar wawasan Anda,” kata Netanyahu kepada Putin.
Sebagaimana diberitakan, Presiden Trump mengumumkan proposal perdamaian Timur Tengah yang disebut ”Transaksi Abad Ini”. Trump mengharapkan Palestina menyerahkan wilayah penting di Tepi Barat kepada Israel.
Namun, sebagaimana diketahui—terkait isu perdamaian di Palestina—AS lebih berpihak pada Israel, terutama terkait isu-isu utama, seperti soal perbatasan, status Jerusalem, dan permukiman Yahudi. Dengan kondisi seperti ini, tak mungkin bagi Palestina untuk bisa segera membentuk sebuah negara.
Trump menyebut rencananya bagi Israel dan Palestina itu sebagai solusi ”menang-menang” dan mendesak Palestina untuk tak melewatkan kesempatan mereka untuk meraih kemerdekaan. Namun, Presiden Palestina Mahmoud Abbas menolak rencana itu dan menyebutnya ”omong kosong”.
Selain membicarakan isu Timur Tengah, khususnya terkait perdamaian Palestina, Netanyahu juga hendak membawa pulang Naama Issachar (26), seorang perempuan keturunan Israel-AS. Ia dijatuhi hukuman penjara 7,5 tahun oleh otoritas di Rusia karena kasus narkoba.
Issachar dibebaskan setelah memperoleh pengampunan dari Putin. Kunjungan Netanyahu hari Kamis terjadi sehari setelah Putin memaafkan Issachar yang ditangkap pada April 2019 di Bandara Sheremetyevo, Moskwa, ketika dia berada di zona transit dalam perjalanan dari India menuju Israel.
Pihak berwenang Rusia mengatakan, Issachar ditangkap karena di dalam kopernya ditemukan lebih dari 9 gram ganja. Issachar pun dijatuhi hukuman 7,5 tahun penjara. Pada bulan Desember 2019, Issachar kalah dalam persidangan banding atas hukumannya yang, menurut Netanyahu, tidak proporsional. Selama persidangan banding, Issachar telah menyatakan diri tidak bersalah dan mengecam tuduhan terhadapnya sebagai hal yang tidak masuk akal.
Issachar dipenjara di Moskwa. Setelah awalnya menolak untuk memohon permintaan pengampunan pada Putin, pada hari Minggu lalu, Issachar menandatangani permintaan kepada Putin untuk memperoleh pengampunan.
"Saya ingin mengucapkan terima kasih atas nama semua warga Israel kepada Presiden Putin yang telah memberikan pengampunan kepada Naama Issachar. Kami semua tersentuh oleh (pengampunan) ini," kata Netanyahu.