Jerman dan Perancis akan Evakuasi Warganya dari Wuhan
jumlah korban jiwa akibat virus korona baru terus bertambah. Sedikitnya, hingga Selasa siang tercatat 106 orang meninggal akibat virus itu, dan lebih dari 4.515 orang terjangkit virus tersebut.

Seorang pekerja medis dengan pakaian pelindung memeriksa suhu tubuh seorang penumpang mobil di sebuah pos pemeriksaan di luar kota Yueyang, Provinsi Hunan, dekat perbatasan dengan Provinsi Hubei, China, Selasa (28/1/2020.
Shanghai, Selasa - Merebaknya infeksi virus korona tipe baru membuat otoritas China, Selasa (28/1/2020) meminta warga China menunda perjalanan ke luar negeri. Kantor Administrasi Imigrasi Nasional mengatakan, langkah itu untuk mencegah dan mengendalikan penyebaran virus tersebut.
Hingga saat ini sedikitnya 106 telah menjadi korban virus itu. Otoritas kesehatan di China mencatat, ada 4.515 kasus terkait virus korona tipe baru itu.
Sejumlah negara, termasuk Amerika Serikat telah memperingatkan warga mereka untuk tidak melakukan perjalanan ke China. Tak hanya itu, saham global jatuh, harga minyak mencapai posisi terendah dalam tiga bulan terakhir, dan nilai mata uang yuan merosot ke level terlemah pada tahun 2020 karena investor khawatir tentang kerusakan ekonomi dari larangan perjalanan selama periode liburan Tahun Baru Imlek.
Baca juga: Virus Korona "Menginfeksi" Ekonomi Dunia, Bagaimana Nasib Indonesia?
Secara resmi, virus baru itu dikenal sebagai \'2019-nCoV\', dan diduga dapat menyebabkan pneumonia, tetapi masih terlalu dini untuk mengetahui seberapa berbahayanya dan seberapa mudah penyebarannya.
Selain di China, virus ini telah menyebar ke 17 negara. Yang paling besar adalah di Wuhan, China, yang merupakan sumber virus tersebut. Sementara ke-17 negara lainnya, para korban umumnya baru saja berkunjung ke Wuhan atau warga Wuhan yang pergi ke negara-negara tersebut. Ke-17 negara tersebut, yakni Kanada, Jepang, Singapura, Malaysia, Korea Selatan, Taiwan, Thailand, Amerika Serikat, Vietnam, Nepal, Perancis, Australia, Kamboja, Jerman, Sri Lanka, Hong Kong, dan Macau

Senin lalu, Perdana Menteri China Li Keqiang mengunjungi Wuhan untuk mendukung kerja tim medis. Ia pun menjanjikan bala bantuan. Presiden A.S. Donald Trump, Senin, juga menawarkan bantuan kepada China.
Pembatasan
Terkait dengan merebaknya virus korona tipe baru itu, pemerintah Filipina, Selasa, untuk sementara waktu menghentikan pemberian visa on arrival kepada warga China. "Kami mengambil langkah proaktif ini untuk memperlambat perjalanan, dan mungkin membantu mencegah masuknya 2019-nCov," kata Jaime Morente, komisaris Biro Imigrasi Filipina.
Morente menegaskan, tidak ada larangan bagi warga China memasuki Filipina. Menurutnya, warga negara China masih dapat mengajukan visa di kedutaan Filipina atau konsulat di tempat mereka tinggal.
Sementara itu, Jerman berencana mengevakuasi warganya dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China, yang kini terjangkit virus corona. Angkatan udara Jerman akan memulangkan 90 orang warga Jerman yang tinggal di Wuhan. Majalah Der Spiegel melaporkan mengenai rencana pemulangan warga Jerman tersebut pada hari Senin (27/1/2020).
Baca juga: Mewaspadai Virus Korona
Perancis juga akan mengevakuasi warga Perancis yang ingin meninggalkan Wuhan.Pemulangan mereka dengan menggunakan pesawat langsung ke Perancis dapat dilakukan pada pertengahan minggu ini dengan izin dari pemerintah China, serta di bawah pengawasan para ahli medis.
Menteri Kesehatan Perancis Agnes Buzyn mengatakan hal tersebut pada Minggu (26/1/2020) malam setelah pertemuan kabinet darurat yang dipimpin Perdana Menteri Perancis Edouard Philippe.
Menurut Buzyn, jumlah warga Perancis yang dievakuasi kemungkinan puluhan hingga ratusan orang. Otoritas Konsuler Perancis di Wuhan kini sedang melakukan perhitungan jumlah warga yang akan dievakuasi.
Buzyn mengatakan bahwa sekembalinya mereka, warga negara Perancis yang dipulangkan akan "tinggal di tempat penampungan selama 14 hari", yang merupakan perkiraan masa inkubasi virus.

Evakuasi
Evakuasi yang dilakukan Jerman mengikuti keputusan beberapa negara yang mengevakuasi warganya dari Wuhan, seperti Perancis, Portugal, Spanyol, Inggris dan Amerika Serikat yang juga berencana untuk mengevakuasi staf dan warga negara mereka.
Majalah Der Spiegel mengatakan, Jerman dan China telah mendiskusikan mengenai apakah Jerman dapat mengerahkan pesawat militer untuk melakukan evakuasi, sementara China menginginkan agar evakuasi menggunakan pesawat sipil.
"Tim krisis telah memutuskan bahwa pemerintah pada prinsipnya siap untuk mengevakuasi warga Jerman yang tidak sakit," kata seorang pejabat Kementerian Luar Negeri Jerman. Pertanyaan operasional masih perlu diselesaikan, termasuk dengan pihak China. Sumber-sumber militer Jerman mengatakan bahwa sebuah pesawat angkut pasukan telah tersedia jika warga Jerman akan diterbangkan pulang dari Wuhan.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri junior Perancis Jean-Baptiste Lemoyne mengatakan kepada radio France Info bahwa warga Eropa lainnya akan pulang melalui Perancis karena Perancis juga membantu warga Eropa lainnya yang ada di Wuhan untuk bisa kembali ke Eropa.
Perancis dan Inggris adalah satu-satunya dua negara Eropa yang memiliki konsulat di Wuhan. Sekitar 500 warga Perancis telah terdaftar di konsulat, namun Lemoyne memperkirakan jumlah total warga Perancis di Wuhan sekitar 1.000 orang, termasuk staf yang bekerja di pabrik mobil PSA dan keluarganya, serta para mahasiswa. PSA mengatakan pada hari Sabtu (25/1/2020) bahwa mereka akan memulangkan staf ekspatriat dan keluarga mereka yang jumlahnya total 38 orang dari Wuhan.
Pemerintah China telah menutup Wuhan dan kota-kota tetangga Wuhan, sehingga tak ada orang yang bisa masuk atau keluar kota-kota tersebut baik menggunakan transportasi darat maupun udara.

Seorang perawat menunggu sarana transportasi saat akan memasuki lagi kota Wuhan untuk kembali bertugas di Rumah Sakit Umum Wuhan Yaxin melalui jalan yang diblokade aparat kepolisian. Pemerintah China membatasi pergerakan warga Wuhan, Provinsi Hubei, China bagian tengah, Sabtu (25/1/2020), guna mencegah penyebaran virus korona tipe baru. Wuhan adalah kota tempat virus korona tipe baru itu pertama kali terdeteksi.
Jepang dan Maroko
Dari Tokyo, Jepang, dilaporkan bahwa penerbangan charter keluar dari Wuhan untuk membawa pulang warga Jepang tidak jadi beroperasi pada hari Selasa (28/1/2020) seperti yang semula direncanakan karena ada pengaturan lebih lanjut dari pemerintah China.
Pemerintah Jepang mengatakan Jepang telah bekerja secepat mungkin dengan pihak berwenang di Wuhan untuk membantu memulangkan warga negara Jepang yang ingin kembali dari Wuhan.
Baca juga: Pelaku Pasar Cemaskan Penyebaran Wabah Virus Korona
Sementara itu, Raja Mohammed VI dari Maroko pada hari Senin (27/1/2020) memerintahkan pemulangan 100 warga negara Maroko, sebagian besar pelajar yang belajar di Wuhan.
Raja Mohammed VI juga memerintahkan langkah-langkah untuk mencegah penyebaran penyakit akibat virus corona di bandara dan pelabuhan serta rumah sakit. Sejauh ini tidak ada kasus virus corona yang ditemukan di Maroko.

Suasana sebuah jalan di kota Wuhan, Provinsi Hubei, China, Minggu (26/1/2020). Kota ini merupakan pusat penyebaran virus yang telah menewaskan sedikitnya 106 orang. Sejumlah negara dilaporkan menyusun rencana untuk mengevakuasi warga mereka dari Wuhan.
Mahasiswa Indonesia
Sehubungan dengan penyebaran virus Corona di Wuhan dan banyaknya informasi yang beredar, Ketua PPIT Wuhan, Nur Mussyafak dan Sekretaris PPIT Wuhan Rifqa Gusmida mengabarkan tidak ada laporan WNI di kota Wuhan yang terjangkit virus korona. Semua mahasiswa rata-rata tinggal di asrama dan selalu dalam pantauan kampus. Hampir seluruh kampus di Wuhan melakukan tindakan pencegahan dengan memberikan masker, sabun cair dan termometer gratis kepada tiap mahasiswa.
Melalui pernyataan yang disampaikan melalui layanan pesan pendek, disebutkan, PPIT Wuhan selalu berkoordinasi dengan KBRI Beijing, Direktorat Perlindungan WNI dan BHI dan telah bergabung dengan group wechat untuk mempermudah komunikasi dan konsultasi. WNI di Wuhan dimonitor oleh KBRI Beijing setiap saat dan KBRI telah meminta untuk tidak panik.
Akses transportasi memang di tutup sementara baik kereta, pesawat, bus dari Wuhan maupun menuju Wuhan untuk mengurangi resiko penyebaran Virus Corona.Pemerintah memastikan supply ke Wuhan tidak terganggu dan supermarket akan menambah stok makanan.
PPIT Wuhan juga sangat menyayangkan adanya berita yang simpang siur yang beredar di media-media tanah air. Berita-berita tersebut tidak mencerminkan kebenaran yang terjadi.
Salah satu contohnya adalah berita yang mengatakan bahwa mahasiswa di Wuhan “tidak boleh keluar kamar”. Berita tersebut tentu saja membuat para orang tua di rumah khawatir. Apalagi kata tersebut dikutip dari pernyataan salah seorang mahasiswa yang berada di Wuhan. Tentu saja menggemparkan. Bukan saja warga di Indonesia, mahasiswa di Wuhan juga ikut gempar.
"Belakangan, setelah dikonfirmasi, ternyata tidak ada statement yang menyatakan “tidak boleh keluar kamar.” Kawan yang menjadi nara sumber mengatakan “nggak berani keluar kamar” . Kata boleh dan berani sangat berbeda artinya . Dan sudah pasti beda pemahamannya," papar Nur Mussyafak.
"Dengan sejujurnya saya menyatakan bahwa kondisi kami di Wuhan baik-baik saja. Semua mahasiswa dalam keadaan sehat. Ketersediaan bahan pangan tercukupi. Kalaupun menipis, masih ada supermarket yang buka. Seandainyapun kekurangan dana, kami masih memiliki dana di PPITW yang bisa digunakan untuk berbelanja," tulis Nur Mussyafak.
(AFP/REUTERS)