Ada dorongan bagi perusahaan-perusahaan dunia untuk memenuhi target emisi yang ambisius dengan berinvestasi pada teknologi rendah karbon
Oleh
Benny D Koestanto
·3 menit baca
Minyak dan energi bersih menjadi perdebatan dalam Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss, 21-24 Januari. Isu minyak seolah berada di ujung tanduk, terutama dalam tarikan di antara perubahan iklim, masa depan dunia, termasuk dengan cara apa dan di mana ekonomi harus dilaksanakan.
Reuters menyebut, ada dorongan bagi perusahaan-perusahaan dunia untuk memenuhi target emisi yang ambisius dengan berinvestasi pada teknologi rendah karbon. Di satu sisi, mereka harus memuaskan investor besar yang menghargai perusahaan dengan kebijakan iklim progresif. Di sisi lain, mereka tidak bisa mengambil risiko memotong dividen untuk para pemegang saham.
Kemampuan perusahaan energi untuk bisa ”bermanuver” di antara dua kutub itulah yang akan menentukan apakah ia akan menjadi pemenang atau pecundang. Capaian itu pula yang akan menentukan apakah dunia dapat mengendalikan pemanasan global atau sebaliknya.
Sebagai pertemuan tahunan WEF 2020—yang mengusung tema ”Para Pemangku Kepentingan untuk Dunia yang Kohesif dan Berkelanjutan”—diklaim penyelenggara sebagai forum yang melibatkan para pemimpin top dunia dalam kegiatan kolaboratif untuk membentuk agenda global, regional, dan industri.
Forum yang mempertemukan 3.000 peserta dari seluruh dunia itu disebut bertujuan memberikan makna konkret kepada ”pemangku kepentingan kapitalisme”, membantu pemerintah dan lembaga internasional dalam melacak kemajuan menuju Perjanjian Paris dan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Forum itu juga memfasilitasi diskusi tentang teknologi dan tata kelola perdagangan.
”Orang-orang memberontak melawan ’elite’ ekonomi yang mereka yakini telah mengkhianati mereka, dan upaya kita untuk menjaga agar pemanasan global terbatas pada 1,5 derajat celsius bisa terlewati,” kata Profesor Klaus Schwab, Pendiri dan Ketua Eksekutif WEF.
”Dengan dunia di persimpangan yang kritis seperti ini, tahun ini kita harus mengembangkan ’Davos Manifesto 2020’ untuk menata kembali tujuan dan tanggung jawab untuk perusahaan dan pemerintah. Itulah tujuan pendirian WEF 50 tahun lalu dan itulah yang ingin kami kontribusikan untuk 50 tahun mendatang.”
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres prihatin, dunia seakan kalah melawan perubahan iklim. Ia meratapi kurangnya kemauan politik untuk mencapai aneka target-target iklim dan pembangunan berkelanjutan. Ia pun mendesakkan kembali perubahan paradigma investasi dari bahan-bahan pencemar ke dalam ekonomi hijau.
Tanpa tindakan yang cepat, bumi dan manusia dapat menuju kehancuran. ”Planet ini tidak akan hancur. Apa yang akan dihancurkan adalah kemampuan kita untuk hidup di planet ini,” katanya, memperingatkan bahwa umat manusia perlu bertindak sekarang agar tidak ”dikutuk”.
Apa yang tersaji di WEF tahun ini cukup rumit. Ada perbedaan arah dan pandangan, selain juga sifat keras kepala dari para pihak. Sementara para aktivis iklim, terutama Greta Thunberg, menyerukan agar semua produksi bahan bakar fosil dihentikan untuk mencegah bencana, Presiden AS Donald Trump justru mengatakan sebaliknya. Ia memuji kepentingan ekonomi minyak dan gas.