Penculikan oleh Kelompok Abu Sayyaf Terus Berulang, Komisi I DPR: Perkuat Patroli Bersama
Untuk mencegah WNI terus diculik oleh kelompok Abu Sayyaf di wilayah perairan Sulu dan Sabah, Komisi I DPR mendorong penguatan patroli bersama Indonesia dan Filipina di wilayah tersebut.
Oleh
DHANANG DAVID ARITONANG
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Penculikan warga negara Indonesia oleh kelompok militan Abu Sayyaf terus berulang sejak 2016. Agar penculikan tak terus terjadi, Komisi I DPR melihat sejumlah langkah bisa diambil oleh pemerintah. Salah satunya, memperkuat patroli bersama dengan Filipina di wilayah perbatasan, khususnya di daerah kelompok Abu Sayyaf biasa beroperasi.
Pada Kamis (16/1/2020), delapan nelayan Indonesia diculik oleh kelompok militan Abu Sayyaf yang berbasis di Filipina, di wilayah perairan Sabah, Malaysia. Hingga Minggu (20/1/2020), tiga nelayan dibebaskan para penculiknya, sedangkan lima orang lainnya masih diculik.
”Saya sangat menyayangkan kejadian ini terus berulang. Oleh sebab itu, kita perlu menawarkan bantuan militer kepada Pemerintah Filipina untuk memperkuat patroli bersama di wilayah perbatasan,” ucap anggota Komisi I DPR dari Fraksi PDI-P, Tubagus Hasanuddin, di Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin (20/1/2020).
Kelompok militan Abu Sayyaf memang telah berulang kali menculik warga negara Indonesia (WNI) di wilayah perairan Sulu dan Sabah pada 2016, 2018, 2019, dan 2020. Pada 23 September 2019, misalnya, tiga nelayan WNI diculik oleh kelompok Abu Sayyaf dan baru berhasil dibebaskan pada Rabu (15/1/2019).
”Oleh sebab itu, Pemerintah Indonesia juga bisa menawarkan kerja sama untuk pelatihan antiteror dengan Pemerintah Filipina. Selain itu, pendekatan diplomasi trilateral antara Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Filipina dan Malaysia perlu diperkuat,” ucapnya.
Sementara itu, Wakil Ketua MPR dari Fraksi Demokrat Syarief Hassan mendorong pemerintah untuk mengevaluasi dan kemudian memperketat titik-titik di perbatasan Indonesia-Filipina yang tak terawasi untuk mencegah peristiwa penculikan terus berulang.
Adapun mengenai motif penculikan oleh kelompok Abu Sayyaf yang hampir selalu berujung pada permintaan uang tebusan, dia meminta pemerintah tegas menolaknya.
”Jangan ada kompromi dengan kelompok militan Abu Sayyaf,” ujarnya.
Sebelumnya, Kepala Komando Militer Mindanao Barat, Filipina, Letnan Jenderal Cirilito Sobejana menjelaskan, terjadi bentrokan antara pihak militer Filipina dan kelompok Abu Sayyaf saat ingin membebaskan WNI yang diculik.
”Tentara Filipina bentrok dengan tersangka militan Abu Sayyaf sekitar pukul 06.00 waktu setempat pada Sabtu (18/1/2020) di Pulau Sulare, Sulu. Seorang tersangka tewas,” kata Sobejana, Minggu (19/1/2020), dikutip dari The Straits Times.
Pengajar hukum internasional Universitas Indonesia, Arie Afriansyah, mengatakan, upaya militer Filipina menyelamatkan nelayan Indonesia patut diapresiasi.
”Telah ada komitmen untuk patroli bersama antara Filipina, Indonesia, dan Malaysia. Namun, masih ada missing coordination area di antara tiga negara ini. Maka, tiga negara itu perlu meningkatkan koordinasi dan kekuatan di wilayah itu. Selain perairan Natuna Utara, keamanan di Laut Sulu juga perlu diperhatikan,” tutur Arie.