Kesepakatan Dagang Ditandatangani, AS-China Belum Tentu Membaik
Perjanjian perdagangan "fase satu" antara Amerika Serikat dan China telah ditandatangani oleh Presiden Donald Trump dan Wakil Perdana Menteri China Liu He di Washington. Kesepakatan itu membuka harapan baru untuk dunia.
Oleh
Benny D Koestanto
·6 menit baca
WASHINGTON, RABU — Pemerintah Amerika Serikat dan China pada Rabu (15/1/2020) akhirnya menandatangani kesepakatan perdagangan awal yang akan menurunkan beberapa tarif dan mendorong pembelian produk-produk AS oleh China. Kesepakatan yang disebut fase satu itu memang meredakan pertikaian 18 bulan antara dua negara dengan perekonomi terbesar dunia, tetapi masih meninggalkan sejumlah persoalan yang belum terselesaikan termasuk perang dagang di antara keduanya.
Beijing dan Washington menggembar-gemborkan perjanjian itu sebagai langkah maju—setelah berbulan-bulan memulai dan diwarnai penghentian pembicaraan. Investor menyambut berita itu dengan rasa lega.
Meski begitu, ada skeptisisme bahwa hubungan perdagangan AS-China sekarang sudah membaik.
Kesepakatan fase satu itu dinilai gagal mengatasi masalah ekonomi struktural yang menyebabkan konflik perdagangan, tidak sepenuhnya menghilangkan tarif yang telah memperlambat ekonomi global, dan menetapkan target pembelian yang sulit dicapai. Hal-hal itu dikatakan sejumlah analis dan para pelaku aneka industri.
Dipuji
Meski mengakui perlunya negosiasi lebih lanjut dengan China untuk menyelesaikan sejumlah masalah lain, Presiden AS Donald Trump memuji perjanjian itu sebagai kemenangan bagi ekonomi AS dan kebijakan perdagangan pemerintahannya. ”Bersama-sama kami memperbaiki kesalahan masa lalu dan memberikan masa depan keadilan ekonomi dan keamanan bagi pekerja, petani, dan keluarga Amerika,” kata Trump dalam sambutannya di Gedung Putih bersama dengan para pejabat AS dan China.
Wakil Perdana Menteri China Liu He membaca surat dari Presiden Xi Jinping. Xi memuji kesepakatan itu sebagai tanda kedua negara dapat menyelesaikan perbedaan mereka melalui jalur dialog.
Inti dari kesepakatan itu adalah janji China untuk membeli setidaknya 200 miliar dollar AS tambahan produk pertanian AS dan barang dan jasa lainnya selama dua tahun. Menurut Gedung Putih, jumlah itu di atas garis dasar pembelian yang ditetapkan pada tahun 2017 lalu senilai 186 miliar dollar AS dalam pembelian pada 2017. Komitmen Beijing itu termasuk 54 miliar dollar AS untuk pembelian energi tambahan, 78 miliar dollar AS dalam pembelian manufaktur tambahan, 32 miliar dollar AS lebih dalam produk pertanian, dan 38 miliar dollar AS pembelian jasa.
Liu mengatakan, perusahaan-perusahaan China akan membeli 40 miliar dollar AS produk pertanian AS setiap tahun selama dua tahun mendatang sesuai dengan kondisi pasar. Beijing telah menolak keras untuk berkomitmen membeli sejumlah barang pertanian AS sebelumnya dan telah menandatangani kontrak kedelai baru dengan Brasil sejak perang dagang dimulai.
Indeks pasar saham utama dunia naik ke rekor tertinggi di tengah harapan kesepakatan itu akan mengurangi ketegangan perang dagang kedua negara dan di pasar global. Sementara itu harga minyak merosot di tengah keraguan pakta itu akan memacu pertumbuhan ekonomi dunia dan mendorong permintaan minyak mentah. Kedelai berjangka, yang diperdagangkan 0,4 persen lebih rendah di tengah acara penandatanganan kesepakatan, merosot lebih jauh setelah munculnya pernyataan Liu. Hal itu menjadi tanda bahwa petani dan pedagang meragukan tujuan pembelian Beijing.
Kesepakatan itu dinilai tidak mengakhiri aneka pembalasan tarif balasan atas ekspor pertanian Amerika, dan membuat petani semakin bergantung pada pembelian yang dikendalikan China, serta tidak membahas ”perubahan struktural besar”. Demikian dikatakan Michelle Erickson-Jones, seorang petani gandum dan juru bicara kelompok Petani untuk Perdagangan Bebas.
Trump dan penasihat ekonominya telah berjanji untuk menyerang praktik lama Beijing dalam menopang perusahaan-perusahaan milik negara dan membanjiri pasar internasional dengan barang-barang berharga murah ketika perang perdagangan memanas. Meskipun kesepakatan itu bisa menjadi pendorong bagi petani, produsen mobil, dan produsen alat berat AS, beberapa analis mempertanyakan kemampuan China untuk mengalihkan impor dari mitra dagang lain ke AS.
”Saya tidak menemukan perubahan radikal atas belanja China. Saya memiliki harapan rendah atas pemenuhan memenuhi tujuan sebagaimana dinyatakan,” kata Jim Paulsen, kepala strategi investasi di Leuthold Group di Minneapolis. ”Tapi, saya pikir seluruh negosiasi telah memajukan posisi AS dan China.”
Respons domestik AS
Trump, yang telah menganut kebijakan ”Amerika Pertama” yang bertujuan untuk menyeimbangkan kembali perdagangan global demi perusahaan dan pekerja AS, mengatakan China telah berjanji untuk menghadapi masalah barang bajakan atau barang palsu dan mengatakan kesepakatan itu mencakup perlindungan yang kuat terhadap hak kekayaan intelektual.
Namun, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat AS Nancy Pelosi mengatakan, strategi Trump terkait China justru telah menimbulkan kerusakan jangka panjang yang parah pada pertanian Amerika dan mengguncang ekonomi negeri itu dengan imbalan lebih banyak janji yang telah dilanggar Beijing selama bertahun-tahun.
Sebelumnya, penasihat ekonomi penting Gedung Putih Larry Kudlow mengatakan kepada Fox News bahwa perjanjian itu akan menambah 0,5 poin persentase ke pertumbuhan produk domestik bruto AS pada tahun 2020 dan 2021. Sumber-sumber industri penerbangan mengatakan Boeing Co diperkirakan akan memenangi pesanan besar untuk jet berbadan lebar dari China, termasuk model 787 atau 777-9, atau campuran keduanya.
Kesepakatan semacam itu dapat mengurangi tekanan pada seri 787 Dreamliner, yang telah menderita dari penurunan permintaan yang luas untuk jet besar, sekaligus memaksa produsen pesawat itu untuk memangkas produksi akhir tahun lalu. CCTV, media televisi milik pemerintah China, mengatakan kesepakatan itu akan memuaskan konsumen China yang semakin banyak menuntut dengan memasok produk-produk, seperti susu, unggas, daging sapi, babi, dan daging olahan dari Amerika Serikat.
Tarif tetap ada
Kesepakatan fase satu, yang dicapai pada bulan Desember tahun lalu, membatalkan tarif AS yang direncanakan untuk telepon seluler buatan China, mainan dan laptop, serta mengurangi separuh dari tarif menjadi 7,5 persen atas barang-barang China bernilai sekitar 120 miliar dollar AS. Hal itu termasuk televisi layar datar, headphone bluetooth dan alas kaki.
Namun, kesepakatan itu menyatakan tetap akan diberlakukannya tarif 25 persen untuk sejumlah barang industri dan komponen China sebesar 250 miliar dollar AS yang digunakan oleh produsen AS, dan tarif pembalasan China atas lebih dari 100 miliar dollar AS barang-barang AS.
Dana Moneter Internasional pada Oktober tahun lalu menyatakan gejolak pasar dan berkurangnya investasi yang terkait dengan perang perdagangan telah memangkas pertumbuhan global pada tahun 2019 ke tingkat terendah sejak krisis keuangan 2008-2009. Tarif impor China menelan biaya perusahaan AS senilai 46 miliar dollar AS. Bukti semakin meningkat bahwa tarif telah menaikkan biaya input untuk produsen AS, sekaligus mengikis daya saing mereka.
Trump, yang telah menggembar-gemborkan kesepakatan fase satu itu sebagai pilar kampanye pemilu 2020, mengatakan dirinya setuju untuk menghapus tarif yang tersisa begitu kedua pihak telah menegosiasikan perjanjian menuju fase dua. ”Mereka semua akan lepas begitu kita menyelesaikan fase dua,” kata Trump, yang menambahkan bahwa dia akan mengunjungi China dalam waktu yang tidak terlalu lama.
Trump menambahkan bahwa negosiasi tersebut akan segera dimulai. Namun, dalam wawancara dengan Fox Business Network yang disiarkan pada Rabu malam, Wakil Presiden Mike Pence mengatakan: ”Kami sudah memulai diskusi mengenai kesepakatan fase dua.” (REUTERS)