Indonesia Gandeng Perancis dan Turki Kembangkan Senjata
Indonesia menggandeng Perancis dan Turki untuk mengembangkan industri pertahanan nasional. Indonesia ingin menjadi bagian dari rantai produksi persenjataan global.
Oleh
kris mada
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS -- Indonesia menggandeng Perancis dan Turki untuk mengembangkan industri pertahanan nasional. Indonesia ingin menjadi bagian dari rantai produksi persenjataan global.
Duta Besar RI Untuk Perancis Arrmanatha Nasir mengatakan, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto membawa misi itu dalam lawatan ke Perancis, 11-13 Januari 2020. “Perancis sebagai negara pemilik industri pertahanan maju dapat menjadi mitra strategis Indonesia memperkuat alat utama sistem persenjataan dan percepatan pengembangan industri pertahanan nasional,” ujar Arrmanatha dalam siaran pers, Senin (13/1/2020).
Selama di Perancis, Prabowo bertemu dengan Menteri Pertahanan Perancis Florence Parly dan perwakilan industri pertahanan negara itu. Dengan Parly, Prabowo membahas percepatan penyelesaian Kesepakatan Kerja Sama Pertahanan (DCA) Indonesia-Perancis. Dalam DCA, pengembangan teknologi dan industri pertahanan nasional menjadi salah satu fokus.
Prabowo juga bertemu dengan perwakilan produsen pesawat tempur, kapal perang, radar, dan sistem elektronika pesawat, hingga amunisi. Prabowo menjajaki kerja sama industri pertahanan nasional dengan mereka. Selain alih teknologi, kerja sama yang dijajaki adalah peningkatan penggunaan kandungan lokal dan kapasitas SDM dalam produk pertahanan nasional.
Perancis telah mengembangkan industri pertahanan modern sejak abad ke-19. Pada awal abad ke-20, Perancis antara lain memproduksi pesawat-pesawat yang digunakan dalam Perang Dunia II.
Kini, dunia antara lain mengenal pesawat tempur Rafale dan Mirage, kapal selam scorpene, dan rudal mistral dari Perancis. Negara itu juga mempunyai banyak produsen yang membuat peluru pistol hingga peluru kendali, kapal patroli kecil hingga kapal perusak dan kapal selam.
Turki
Sebelum ke Perancis, Prabowo juga menjajaki kerja sama industri pertahanan dengan Turki. Ia lebih dulu melawat ke sana sebelum ke Perancis.
Pakar Turki di Universitas Indonesia Syahroni Rofii mengatakan bahwa Turki bisa menjadi pilihan sumber impor senjata di masa mendatang. “Turki punya beberapa produk unggulan, seperti radar, roket, dan perangkat komunikasi militer. Beberapa perusahaan Turki termasuk 100 besar produsen peralatan militer dunia,” ujarnya.
Indonesia dan Turki juga sudah bekerja sama mengembangkan tank. Jakarta-Ankara menargetkan mulai memproduksi tank menengah itu pada 2020. “Perlu ada alih teknologi dan memanfaatkan pengaruh Turki di kawasan untuk menjual produk pertahanan Indonesia,” kata Rofii.
Belanja produk militer Turki juga bisa dijadikan salah satu alat tawar dalam proses perundingan dagang Indonesia-Turki. Selama beberapa tahun terakhir, proses itu terhambat.
Duta Besar RI di Ankara, Lalu M Iqbal, mengatakan bahwa Indonesia telah menjalin kerja sama industri pertahanan sejak 2010. Tahun ini, Jakarta-Ankara berharap bisa meningkatkan kerja sama pertahanan. Bentuk kerja samanya, antara lain, berupa pelatihan dan pendidikan TNI dengan militer Turki.