Di tengah ketidakpastian dan perlambatan ekonomi global, Presiden Joko Widodo mendorong semua kepala perwakilan RI di luar negeri untuk mengembangkan diplomasi ekonomi dan menjadi duta investasi.
Oleh
Anita Yossihara
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kondisi ekonomi dan politik global yang masih terus bergejolak memaksa pemerintah melancarkan berbagai strategi untuk menjaga perekonomian Tanah Air. Para kepala perwakilan Pemerintah Indonesia di luar negeri pun diminta mulai gencar mengupayakan diplomasi ekonomi.
Permintaan itu disampaikan Presiden Joko Widodo saat membuka Rapat Kerja Kepala Perwakilan Republik Indonesia dengan Kementerian Luar Negeri di Istana Negara, Jakarta, Kamis (9/1/2020). ”Saya ingin kita semua fokus ke diplomasi ekonomi. Sebanyak 70-80 persen fokusnya di situ, di diplomasi ekonomi, karena itulah yang sekarang ini sedang diperlukan oleh negara kita. Oleh sebab itu, penting sekali para duta besar ini sebagai duta investasi,” kata Presiden Jokowi.
Di hadapan 131 kepala perwakilan dan pejabat eselon I Kementerian Luar Negeri, Presiden Jokowi menyampaikan, konstitusi mengamanatkan seluruh perwakilan Indonesia menjadi duta perdamaian. Akan tetapi, di tengah ketidakpastian dan perlambatan ekonomi global, menurut Presiden, sangat penting bagi para kepala perwakilan RI untuk meningkatkan upaya diplomasi ekonomi.
Presiden mengatakan, pemerintah tetap optimistis Indonesia mampu melewati semua tantangan. Untuk itu, Presiden pun meminta para kepala perwakilan RI di luar negeri juga optimistis dan menjadikan diplomasi ekonomi sebagai salah satu fokus di tengah gejolak global.
Pemerintah, tegas Presiden, terus mengupayakan agar angka pertumbuhan ekonomi tetap stabil. Apabila memungkinkan, ditingkatkan. Untuk itulah, Presiden meminta semua kepala perwakilan jeli membaca peluang, terutama untuk meningkatkan perdagangan dan investasi. Sebagai duta investasi, dubes harus mengetahui jenis investasi apa saja yang penting dan menjadi prioritas Indonesia.
Presiden Jokowi menyebut, investasi yang menjadi prioritas salah satunya adalah barang atau produk substitusi impor. Terutama untuk produk yang volume impornya masih tergolong tinggi, seperti petrokimia, minyak bumi, dan gas.
”Kita ingin ekspor kita minimal dalam bentuk barang setengah jadi atau kalau bisa barang jadi. Dengan demikian, bapak ibu sekalian, jadi duta investasi itu yang diincar mana, yang ditembak mana, ngerti,” tuturnya.
Selain duta investasi, Kepala Negara juga ingin para kepala perwakilan menjadi duta ekspor. Sebab, selama ini, ekspor Indonesia hanya terfokus pada pasar-pasar lama dan pasar-pasar tradisional, seperti Amerika, Eropa, dan China.
Indonesia perlu menyasar pasar-pasar baru demi meningkatkan volume ekspor. Para kepala perwakilan didorong bisa mencari peluang pasar baru, terutama negara-negara berkembang di Asia Tengah, Asia Selatan, dan Eropa Timur dengan pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen.
”Banyak sekali pasar-pasar baru. Memang tidak besar, kecil-kecil, tetapi kalau dikumpulkan juga akan menjadi jumlah yang sangat besar,” kata Jokowi.
Dijelaskan, peningkatan investasi dan ekspor penting untuk menutup defisit neraca perdagangan dan transaksi berjalan yang merupakan salah satu persoalan besar bangsa Indonesia. Diperlukan kerja keras semua pihak, termasuk para kepala perwakilan negara, untuk mengupayakan perbaikan neraca perdagangan.
Pembekalan
Seusai pembukaan, Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi menjelaskan, raker dilakukan untuk memberikan bekal kepada para duta besar, konjen, dan lainnya tentang arah kebijakan diplomasi ke depan. Raker kali ini, menurut Retno, memang mengambil tema diplomasi ekonomi.
Meski fokus pada diplomasi ekonomi, bukan berarti diplomasi perdamaian diabaikan. Menurut Retno, misi-misi terkait upaya untuk menjaga perdamaian dunia tidak akan pernah dilepaskan. Sebab, menjaga ketertiban dan menciptakan perdamaian dunia merupakan amanat konstitusi. Apalagi, saat ini Indonesia merupakan anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB.