Selain tentang islamofobia, pidato PM Mahathir Mohamad juga fokus pada hal-hal seperti persepsi global terhadap Islam, peradaban Islam, serta pemerintahan, reformasi, dan transformasi pemerintahan.
Oleh
Benny D Koestanto
·2 menit baca
KUALA LUMPUR, KAMIS —Muslim di seluruh dunia didorong menghindari tindakan kekerasan. Apa pun bentuk kekerasan tidak berguna untuk melawan islamofobia. Penegasan itu dikatakan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad dalam pembukaan Konferensi Tingkat Tinggi Kuala Lumpur, Kamis (19/12/2019).
”Kita marah dan frustrasi. Kita tidak bisa mengobarkan perang konvensional. Tidak ada negara yang akan membantu kita. Namun, apa yang kita dapatkan dari tindakan kekerasan yang membabi buta? Tidak ada sama sekali,” kata Mahathir sebagaimana dikutip oleh kantor berita Malaysia, Bernama.
Konferensi itu dibuka oleh Yang Dipertuan Agong Al-Sultan Abdullah Ri’ayatuddin al-Mustafa Billah Shah. Hadir dalam KTT itu antara lain Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad al-Thani, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, dan Presiden Hassan Rouhani dari Iran. Kegiatan itu akan berlangsung hingga Sabtu (21/12).
Mahathir mengatakan, umat Islam dapat menyatakan bahwa Islam tidak menganjurkan kekerasan. Namun, hal itu akan dinegasikan jika tindakan-tindakan mereka justru didorong oleh kemarahan.
Selain tentang islamofobia, pidato Mahathir juga fokus pada hal-hal seperti persepsi global terhadap Islam, peradaban Islam, serta pemerintahan, reformasi, dan transformasi pemerintahan. Mahathir, antara lain, menyoroti negara-negara dengan mayoritas penduduk Muslim. Menurut dia, tidak ada satu pun negara Muslim yang diklasifikasikan sebagai negara maju.
Presiden Rouhani dalam sambutannya mengecam pengaruh global Amerika Serikat. Ia mendorong persatuan negara-negara Muslim untuk bersatu, termasuk dalam bidang ekonomi. ”Rezim ekonomi AS dan dollarisasi ekonomi nasional dan global telah memberi peluang AS memperluas hegemoni di bawah ancaman sanksi dan terorisme ekonomi,” katanya.
Secara terpisah, Sekretaris Jenderal Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) Yousef al-Othaimeen mengkritik KTT Kuala Lumpur. Kegiatan itu dinilainya justru memecah belah umat Islam. Pelemahan platform OKI dinilai melemahkan Islam. Arab Saudi dan Pakistan, meski diundang ke KTT itu, memilih tidak hadir.