Bantuan Indonesia untuk Repatriasi Pengungsi Rohingya Mulai Bergulir
Indonesia menggulirkan bantuan hibah senilai Rp 7,5 miliar untuk membantu repatriasi pengungsi Rohingya dari Cox’s Bazar, Bangladesh, menuju Rakhine, Myanmar. Bantuan ini komitmen Indonesia dalam soal krisis Rohingya.
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah Indonesia menggulirkan bantuan hibah senilai Rp 7,5 miliar untuk membantu proses repatriasi pengungsi Rohingya dari Cox’s Bazar, Bangladesh, menuju Rakhine, Myanmar. Bantuan ini diharapkan dapat mendukung proses repatriasi yang telah dua kali gagal.
Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Luky Alfirman bersama Wakil Sekretaris Jenderal ASEAN untuk Urusan Masyarakat dan Perusahaan Robert Matheus Michael Tene menandatangani Perjanjian Hibah antara Indonesia dan ASEAN untuk Pelaksanaan Hibah Repatriasi Pengungsi di Rakhine State, Myanmar, di Jakarta, Jumat (20/12/2019). Bantuan ini merupakan bantuan pertama untuk repatriasi yang disalurkan lewat ASEAN.
”Bantuan hibah ini untuk membantu tim pendukung ad hoc memantau implementasi rekomendasi penilaian kebutuhan awal (PNA) repatriasi dari tim ASEAN-ERAT. Indonesia percaya, tim ini akan memperkuat peran ASEAN dalam mendukung repatriasi,” kata Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi seusai menyaksikan penandatanganan bersama Sekretaris Jenderal ASEAN Lim Jock Hoi.
Sekretariat ASEAN membentuk tim pendukung ad hoc yang bertujuan membantu implementasi rekomendasi PNA sehingga repatriasi berjalan sesuai prinsip sukarela, aman, dan bermartabat. Berdasarkan laporan yang diterima Kemlu, tim pendukung ad hoc berkunjung ke Cox’s Bazar pada 27-29 Juli 2019 dan 17-20 Desember 2019.
Rekomendasi dalam PNA menyebutkan, ASEAN dapat membantu dan mempercepat proses repatriasi dalam tiga bidang, yaitu meningkatkan kapasitas pusat penerimaan dan transit, mendukung penyediaan layanan dasar, serta memperkuat diseminasi informasi. ASEAN juga dapat membantu menangani pembangunan kapasitas dan kohesi sosial di area relokasi.
Saat ini, ada sekitar 730.000 warga Rohingya yang terusir dari Rakhine dan kini tinggal di Bangladesh. Investigasi PBB menyebutkan, militer Myanmar telah melakukan kekerasan yang mengarah pada genosida terhadap mereka. Pada November 2017, Bangladesh dan Myanmar menandatangani perjanjian repatriasi.
Upaya repatriasi pertama pada November 2018 dan kedua pada Agustus 2019 gagal. Para pengungsi menolak karena masih mengkhawatirkan keamanan di Rakhine.
Sekjen ASEAN Lim Jock Hoi menyampaikan, dukungan kuat Indonesia terhadap Rakhine akan membangun rasa percaya ASEAN dalam menangani isu kemanusiaan. Niat baik Indonesia akan mendorong negara lain untuk ikut membantu.
”Keberadaan tim pendukung ad hoc akan membantu implementasi rekomendasi PNA. Saat ini, ada tujuh aktivitas prioritas yang harus diimplementasikan dan lebih dari 30 proyek yang direncanakan,” ujar Lim.
Wakil Tetap Myanmar untuk ASEAN U Min Lwin berharap, tim pendukung ad hoc akan membantu pengungsi kembali ke tempat asal. ”Saya berterima kasih atas dukungan Indonesia,” ucapnya.
Mulai kembali
Direktur Jenderal Kerja Sama ASEAN Kemlu Jose Antonio Morato Tavares menambahkan, sebanyak 414 pengungsi telah kembali secara sendiri ke Rakhine sepanjang 2019. Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk membantu proses repatriasi berjalan sesegera mungkin setelah dua kali gagal. ”Kami telah menyusun timeline, tetapi ini kembali bergantung dari keinginan para pengungsi,” katanya.
Retno melanjutkan, diseminasi informasi sangat penting untuk membangun rasa percaya pengungsi yang berada di Cox’s Bazar. Untuk itu, penting agar Myanmar membangun dialog dan komunikasi dengan pengungsi guna menyediakan informasi terbaru.
Selain itu, lanjutnya, pemberian bantuan hibah untuk Myanmar merupakan salah satu bentuk wujud komitmen Indonesia dalam mendukung pembangunan dan perdamaian internasional. Apalagi, Presiden Joko Widodo juga menyoroti, para pengungsi telah menderita selama dua tahun di tempat penampungan.
”Bantuan ini menunjukkan Indonesia walk the talk. Semua komitmen yang disampaikan secara lisan kita tindak lanjuti. Pada awal Desember 2019, Indonesia juga telah menyerahkan bantuan rumah sakit di Rakhine,” kata Retno.