Greta Thunberg, Remaja Pejuang Isu Perubahan Iklim
Greta Thunberg, remaja aktivis lingkungan hidup, berhasil mengubah kegelisahannya menjadi gerakan untuk mendukung isu perubahan iklim dan pemanasan global.
Oleh
Luki Aulia
·4 menit baca
REUTERS/CARLO ALLEGRI
Remaja aktivis iklim asal Swedia, Greta Thunberg, berpidato di hadapan para pemimpin dunia pada Pertemuan Puncak Aksi Iklim PBB 2019 di Markas Besar PBB, New York, AS, Senin (23/9/2019).
”Orang meremehkan kekuatan anak-anak yang marah dan frustrasi,” kata Greta Thunberg (16), remaja aktivis lingkungan asal Swedia. Ungkapan kegemasan itu dia tumpahkan awal Desember 2019 di Lisabon, Portugal.
Selama 16 bulan terakhir, Thunberg tak henti-hentinya gigih mengampanyekan isu-isu perubahan iklim hingga kerap membuat merah telinga para pemimpin dunia. Khawatir dengan ancaman pemanasan global dan geregetan dengan para pemimpin dunia yang seakan tidak berbuat apa-apa, Thunberg mulai protes dan berunjuk rasa di depan gedung Parlemen Swedia.
Setiap hari Jumat, Thunberg bolos sekolah dan berunjuk rasa sendirian. Ia menuntut Pemerintah Swedia cepat memenuhi target pembatasan emisi karbon. Protes Thunberg ini dalam waktu cepat diikuti jutaan orang yang turun ke jalan mendukung perjuangan Thunberg mengingatkan dunia akan bencana pemanasan global.
AFP/ALASTAIR PIKE
Aktivis lingkungan Swedia, Greta Thunberg (memegang mikrofon), berbicara dalam unjuk rasa terkait iklim di luar Gedung Putih di Washington DC, AS, Jumat (13/9/2019).
Penghargaan
Atas inisiasi gerakannya yang kemudian menginspirasi jutaan anak muda untuk bertindak memperjuangkan isu perubahan iklim, Thunberg ditahbiskan menjadi ”Tokoh Tahun 2019” oleh majalah TIME, Kamis (12/12/2019). Thunberg merupakan tokoh pilihan TIME paling muda yang pernah ada.
”Wow, sulit dipercaya! Penghargaan ini untuk semua orang yang ikut gerakan #FridaysForFuture dan aktivis lingkungan di mana saja,” tulis Thunberg di media sosial Twitter-nya setelah pengumuman majalah TIME.
TIME VIA REUTERS
Sampul majalah TIME menampilkan aktivis lingkungan Greta Thunberg yang ditetapkan sebagai ”Tokoh Tahun 2019”.
Suaranya yang lugas, lantang, dan tegas menarik perhatian para tokoh dunia. Thunberg sudah berbicara dengan banyak pemimpin negara di PBB, bertemu Paus, berdebat dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump, dan menginspirasi 4 juta orang untuk ikut bergabung dalam protes iklim global.
Video Thunberg yang memandang Trump dengan tajam saat pertemuan iklim di New York, September lalu, menjadi viral di media sosial. Thunberg kerap emosional kepada para pemimpin negara. ”Saya mestinya tidak ada di sini. Saya seharusnya kembali ke sekolah. Anda semua merampas impian saya dan masa kanak-kanak saya dengan janji-janji palsu,” kata Thunberg dalam salah satu pidatonya.
Thunberg yang memiliki sindrom Asperger sering keras mengingatkan masyarakat dunia, melalui majalah TIME, bahwa kita tidak bisa hanya menjalani hidup seakan tidak ada hari esok karena kenyataannya masih ada esok hari.
Majalah TIME menyebutkan kepentingan politik di balik isu iklim itu rumit dan kompleks dan Thunberg memang tidak menawarkan solusi sakti. Meski demikian, Thunberg berhasil mengubah sikap masyarakat dunia yang selama ini berdiam diri.
AP PHOTO/EDUARDO MUNOZ ALVAREZ
Greta Thunberg berjabat tangan dengan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres dalam Youth Climate Summit di Markas Besar PBB di New York, AS, 21 September 2019.
Hanya dalam hitungan bulan sejak protes ”Demonstrasi Sekolah untuk Iklim” atau ”Hari Jumat untuk Masa Depan” di luar gedung Parlemen Swedia, Thunberg memulai gerakan protes anak muda dunia dan menuntut aksi lingkungan dari para pembuat kebijakan di dunia.
Thunberg berhasil mengubah kegelisahannya di malam hari menjadi gerakan dunia yang menuntut perubahan.
”Saya mau Anda panik. Saya mau Anda merasakan ketakutan yang saya rasakan setiap hari. Dan, saya mau Anda melakukan sesuatu,” kata Thunberg kepada para pemimpin perusahaan dan dunia di pertemuan Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss, Januari 2019.
Ucapannya itu lalu menyebar cepat di media sosial. Namun, perjalanan putri dari seorang penyanyi opera dan aktor serta produser itu tidak mudah. Ia sering diserang kecaman, baru-baru ini dari Presiden Brasil Jair Bolsonaro yang menyebut Thunberg ”berandalan”.
Bahkan, ada yang mendiskreditkan Thunberg karena memiliki sindrom Asperger yang membuat ia berbeda. Orang dengan sindrom itu disebutkan tidak suka keramaian, selalu berbicara terus-terang, lugas, dan tidak suka basa-basi. ”Thunberg tidak bisa dipuji dan perhatiannya tidak akan bisa dialihkan. Ini yang membuatnya menjadi sensasi dunia,” tulis TIME.
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO
Sejumlah remaja menggelar aksi damai tentang bahaya bencana perubahan iklim di depan gedung Balai Kota DKI Jakarta, Jumat (15/3/2019). Aksi mereka itu terinspirasi dari gerakan yang dilakukan aktivis remaja asal Swedia, Greta Thunberg.
”Saya tidak paham kenapa orang dewasa memilih menghabiskan waktu dengan mengancam dan menghina anak-anak dan remaja yang memperjuangkan ilmu pengetahuan. Padahal, mereka seharusnya bisa melakukan hal baik lainnya. Dan, menjadi berbeda itu bukan penyakit,” tutur Thunberg.
Thunberg tidak pernah menerima bantuan uang dari siapa pun. Namun, dengan 12 juta pengikut di akun media sosial Instagram, Twitter, dan Facebook miliknya, ia berhasil menggalang dukungan dari tokoh-tokoh dunia, seperti Barack Obama, Dalai Lama, dan Arnold Schwarzenegger.
”Siapa saja, semuda apa pun usia, bisa memberikan dampak dan mengubah dunia,” tulis The Obama Foundation dalam Twitter seusai pengumuman TIME itu.
Menurut mantan Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton, pilihan Tokoh Tahun 2019 TIME sudah tepat. ”Tidak ada orang lain lagi yang lebih pantas,” kata Hillary sambil berterima kasih kepada Thunberg karena ”gigih berbicara lugas dan keras mendorong kebenaran”. (REUTERS/AFP/AP)