Warga Arab Saudi antusias saat perusahaan minyak Saudi, Aramco, melepas 1,5 persen sahamnya lewat penawaran saham perdana. Para investor Saudi dan Timur Tengah berinvestasi dan bertransaksi seperti di negara-negara lain.
Oleh
KRIS MADA & BENNY D KOESTANTO
·5 menit baca
Penawaran saham perdana (IPO) Aramco, perusahaan minyak milik Kerajaan Arab Saudi, mengungkap gairah orang Timur Tengah berinvestasi pada saham. Manajemen bursa saham Saudi, Tadawul, sampai membatasi nilai penawaran saham Aramco untuk mengendalikan harga.
”Emiten mana pun yang nilai efeknya telah mencapai atau melebihi ambang batas akan disesuaikan dengan sempadan yang ditetapkan,” demikian pernyataan Tadawul yang disiarkan Arab News, salah satu koran yang dekat dengan Kerajaan Arab Saudi, Senin (2/12/2019).
Mulai 1 Januari 2020, nilai saham akan dibatasi paling tinggi 15 persen dari Indeks Harga Saham Gabungan. Kebijakan itu untuk memastikan indeks berimbang dan menggambarkan kondisi bursa yang sebenarnya. Kebijakan itu juga meningkatkan keterbukaan dan meredam dominasi pihak tertentu.
Tadawul membuat keputusan itu setelah pesanan saham IPO Aramco mengalami kelebihan pesanan (oversubscribe) hingga 1,7 kali. Hari Kamis (5/12), Aramco menetapkan harga sahamnya pada IPO sebesar 32 riyal atau 8,53 dollar AS. Saham Aramco akan mulai diperdagangkan Rabu depan.
Dengan saham yang dilepas saat IPO sebanyak 1,5 persen saham Aramco, nilai IPO perusahaan raksasa minyak Saudi itu mencapai 25,6 miliar dollar AS. Nilai ini melampaui rekor IPO yang dipegang Alibaba Group Holding Ltd (China) pada 2014 di Wall Street sebesar 25 miliar dollar AS.
Warga Arab Saudi bergairah membeli saham Aramco. Arab News, Kamis (6/12), melaporkan, lebih dari lima juta orang —warga Saudi, warga asing di Saudi, dan warga negara-negara Arab Teluk—membeli saham IPO Aramco. Pembeli dari kalangan warga Saudi mencapai 4,95 juta orang.
Samba Capital mencatat, total pembelian saham mereka hampir 13,3 miliar dollar AS. Kebanyakan mereka membeli saham secara daring atau melalui sarana ATM khusus untuk IPO Aramco.
Besarnya gairah warga Saudi membeli saham Aramco dipicu oleh beberapa pertimbangan. Pertama, pada tahun 2020 perseroan direncanakan membagi dividen 70 miliar dollar AS atau lima kali lebih besar daripada yang bisa dibagikan Apple Inc. Sebagai catatan, selama ini Apple Inc disebut sebagai salah satu perusahaan paling menguntungkan dan memiliki uang paling banyak di dunia.
Kedua, ulama Saudi pun terlibat dan mendorong warga berinvestasi di sana. ”Itu pilar ekonomi Arab Saudi. Kami pikir, bahkan ulama akan terlibat (membeli saham Aramco),” ujar penasihat Kerajaan Saudi, Syaikh Abdullah al-Mutlaq.
Itu pilar ekonomi Arab Saudi. Kami pikir, bahkan ulama akan terlibat (membeli saham Aramco).
Ketiga, cara memesannya juga mudah. Sejumlah bank menjadi agen pemasar saham Aramco. Bahkan, beberapa bank menawarkan pinjaman untuk membeli saham Aramco. Nilai utang yang ditawarkan setara empat kali batas maksimal yang lazim dipakai. Agunan untuk pinjaman itu adalah saham yang dibeli dari utang tersebut.
”Tidak ada yang akan melewatkan kesempatan ini. Tidak ada pilihan lebih baik untuk masa kini,” ujar Ahmed Sanad (37), warga Riyadh, yang mendaftarkan pembelian saham Aramco melalui Saudi British Bank di Riyadh.
Abdullah Al-Faqeeh (29), warga Saudi lainnya, mengaku sudah mempersiapkan dana sejak rencana IPO diumumkan pada 2015. ”Saya akan berinvestasi untuk jangka panjang. Saya akan mendapat bonus, dan dengan keuntungan itu saya akan membeli lebih banyak saham. Ini kesempatan sekali dalam seumur hidup,” kata dokter gigi itu.
Perseroan mengimingi para investor eceran dengan saham bonus untuk setiap pembelian 10 saham yang dipegang selama sedikitnya 180 hari. Beberapa warga Saudi dilaporkan menggunakan nama kerabatnya untuk memaksimalkan jumlah saham yang bisa dibeli.
Aramco bukan saham pertama yang dikenal warga Saudi. Sebelum IPO Aramco, Tadawul sudah bergeliat dengan total kapitalisasi 535,4 miliar dollar AS. Sebagai pembanding, kapitalisasi Bursa Efek Indonesia (BEI) 506 miliar dollar AS.
Sebelum ada Aramco, saham yang paling diminati adalah milik pemasok semen. Pembangunan di berbagai penjuru Saudi, antara lain terkait penerapan Visi 2030, membuat perusahaan konstruksi dan pemasok bahan bangunan ditaksir terus mendulang untung. Dari 10 saham berkinerja terbaik di Tadawul, sebagaimana dikutip dari Bloomberg, enam adalah emiten produsen dan atau penyalur semen. Sepanjang 2019, nilai saham emiten semen di Tadawul naik rata-rata 53 persen.
Bursa lain
Tadawul bukan satu-satunya bursa saham di Timur Tengah. Uni Emirat Arab punya dua bursa di Dubai dan Abu Dhabi. Bahrain, Irak, Iran, Kuwait, Lebanon, Mesir, dan Qatar juga punya. Palestina sekalipun punya bursa saham, yakni Palestine Exchange (Pex), sejak 1995. Selain saham, Pex juga memasarkan obligasi khusus properti (REITs), sukuk, dan obligasi umum. BEI, bursa London, bursa Hong Kong, dan bursa Singapura pun menawarkan produk seperti itu.
Tadawul bukan satu-satunya bursa saham di Timur Tengah. Uni Emirat Arab punya dua bursa di Dubai dan Abu Dhabi. Bahrain, Irak, Iran, Kuwait, Lebanon, Mesir, dan Qatar juga punya.
Seperti di sejumlah bursa lain, dana investor di Tadawul atau Pex dikelola oleh lembaga kustodian (CSD). Di Indonesia, lembaga itu dikenal sebagai Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI).
Seperti di negara lain, calon investor juga harus punya rekening efek di perusahaan sekuritas atau pedagang efek berizin untuk bisa berinvestasi. Uang mereka tidak dipegang oleh sekuritas atau pedagang efek, tetapi oleh CSD.
Pemesanan saham menggunakan nama orang lain, seperti dilakukan beberapa investor dalam kasus Aramco, juga kerap terjadi di sejumlah negara. Taktik itu untuk menyiasati jumlah maksimum pesanan. Kredit pembelian saham juga bukan hal baru di ranah investasi. Sebelum bank-bank Saudi menawarkan fasilitas itu untuk membeli saham Aramco, bank di beberapa negara sudah menawarkannya kepada investor yang mau membeli aneka efek dan komoditas di sejumlah bursa.
Harapan akan potensi keuntungan melalui peningkatan harga saham dan dividen menjadi salah satu pertimbangan para investor Saudi dan Timur Tengah lain membeli saham. Hal itu persis seperti investor di Indonesia atau negara lain.