Pengawasan Menyeluruh untuk Warga Minoritas Uighur
Dokumen-dokumen rahasia yang dirilis Konsorsium Jurnalis Investigatif Internasional (ICIJ) membeberkan strategi Pemerintah China menahan warga etnis minoritas di Xinjiang serta mencuci pikiran dan mengubah bahasa mereka.
Oleh
KRIS MADA DAN MH SAMSUL HADI
·4 menit baca
AP PHOTO/NG HAN GUAN, FILE
Aparat keamanan Uighur berpatroli di dekat Masjid Id Kah di Kashgar, Provinsi Xinjiang, China bagian barat, dalam foto bertanggal 4 November 2017.
Kasus penahanan warga minoritas Uighur di rumah-rumah detensi di wilayah Provinsi Xinjiang, China, kembali menjadi sorotan dunia. Minggu (24/11/2019), Konsorsium Jurnalis Investigatif Internasional (ICIJ) merilis dokumen yang dibocorkan oleh sumber mereka tentang metode dan praktik pengawasan di rumah-rumah detensi itu.
Sebelum dirilis, dokumen itu diverifikasi ICIJ dengan memeriksa laporan-laporan media Pemerintah China, catatan publik saat dokumen itu dibuat, berkonsultasi dengan para ahli, mengecek ulang sejumlah tanda tangan, dan mengonfirmasi isi dokumen itu kepada mantan petugas dan tahanan.
Dokumen-dokumen rahasia tersebut membeberkan strategi Pemerintah China menahan warga etnis minoritas—bahkan sebelum mereka berbuat kejahatan—serta mencuci pikiran dan mengubah bahasa mereka. Terungkap pula bagaimana Beijing menggunakan bentuk kontrol masyarakat dengan data dan kecerdasan buatan.
Dengan memanfaatkan data yang dikumpulkan dengan teknologi pemantauan massal, komputer merilis nama-nama puluhan ribu orang untuk diinterogasi atau ditahan selama seminggu. ”Tidak ada tempat di dunia ini, komputer bisa mengirim Anda ke kamp interniran. Hal ini tak pernah terjadi sebelumnya,” kata Rian Thum, pakar tentang Xinjiang di Universitas Nottingham.
GREG BAKER/AFP/GETTY IMAGES
Anak-anak berjalan di bawah kamera-kamera pemantau di wilayah yang dijaga ketat polisi di Xinjiang, China bagian barat, dalam foto yang tidak disebutkan tanggal pengambilannya.
Berkas yang disiarkan ICIJ adalah kelanjutan dari bocoran soal Xinjiang. Beberapa pekan lalu, ada juga berkas soal Xinjiang yang dibocorkan kepada media massa di Amerika Serikat. Sumbernya dinyatakan tidak diketahui. Walakin, berkasnya dinyatakan terverifikasi.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Geng Shuang, mengatakan, penyiaran soal berkas itu adalah fitnah terhadap China. Ia menegaskan, Xinjiang adalah masalah dalam negeri China. Ia juga menekankan isu Xinjiang tidak pernah dipersoalkan sebelum tiga tahun lalu. Kala itu, banyak serangan teror oleh orang-orang yang berasal dari Xinjiang.
”Sebagian media menggunakan trik-trik licik untuk menjadikan sensasi isu Xinjiang,” ujar Geng. ”Upaya untuk mengganggu dan menebar fitnah tentang langkah antiterorisme dan deradikalisasi China di Xinjiang tak akan berhasil.”
Beijing berkeras menyebut pusat penahanan itu sebagai pusat pelatihan keterampilan untuk mencegah terorisme. Sebutan itu dipakai setelah, untuk beberapa waktu, Beijing menyangkal ada pusat-pusat itu di Xinjiang.
GOOGLE MAP
Provinsi Xinjiang di China barat, merupakan rumah bagi komunitas warga minoritas Muslim Uighur, Kazakhs, dan warga minoritas lainnya di China.
Tanpa henti
Dokumen rahasia yang dirilis ICIJ mengungkap pemberlakuan pengawasan menyeluruh dan tanpa henti kepada orang- orang Uighur. Orang Uighur di pusat penahanan pun tak lepas dari pengawasan tanpa henti demi mencegah mereka kabur.
”Dokumen-dokumen rahasia punya bentuk khusus dan dokumen-dokumen (yang bocor) ini 100 persen sesuai dengan bentuk dokumen rahasia yang pernah saya lihat. Dari pengalaman profesional saya, dokumen-dokumen ini asli. Dokumen rahasia yang sangat serius,” kata James Mulvenon, pakar intelijen berpengalaman.
Sementara Adrian Zenz, peneliti isu Xinjiang, menyebut bocaran terbaru itu merupakan konfirmasi yang penting atas kondisi di Xinjiang. ”(Pemerintah China) tidak jujur tentang fakta bahwa orang-orang tidak secara sukarela di sana. Mereka dipaksa di sana,” ujarnya seraya menyebut pusat penahanan itu bertujuan mengindoktrinasi dan mengubah masyarakat.
(Pemerintah China) tidak jujur tentang fakta bahwa orang-orang tidak secara sukarela di sana. Mereka dipaksa di sana.
Berkas yang bocor itu antara lain disebut sebagai telegram. Berkas itu berasal dari perintah yang ditandatangani pejabat Partai Komunis China di Xinjiang, Zhu Hailun. Dalam perintah Zhu kepada pejabat di Xinjiang tercantum, pengelola pusat penahanan harus menerapkan sistem pengendalian mental dan fisik yang ketat.
Asrama harus dilengkapi berlapis-lapis pintu. Pagar harus mengelilingi asrama dan tembok mengelilingi asrama. Pos polisi dibuat di setiap gerbang asrama, dan penjaga memantau dari menara pengawas.
PHOTO BY GREG BAKER / AFP
Foto tanggal 31 Mei 2019 ini memperlihatkan menara pemantau di sebuah fasilitas yang dilengkapi perangkat keamanan tingkat tinggi di kamp detensi di pinggiran Hotan, Xinjiang, China barat.
Dalam berkas dari Zhu juga disebut, prioritas utama adalah mencegah tahanan kabur. Seluruh bagian pusat penahanan harus diawasi. Pengawasan berlaku
hingga saat tahanan mengantre jatah makan dan masuk kamar kecil. Penindakan terhadap pelanggar jangan sampai menyebabkan kematian yang tidak normal.
Dalam berkas itu juga disebut, setiap orang dalam rumah detensi ditahan minimal setahun sebelum dibebaskan. Dasar pembebasan mengacu pada nilai kepatuhan pada kedisiplinan, pelatihan, pendidikan, dan transformasi ideologi.
Selepas dinyatakan lulus dari semua program pendidikan, tahanan tetap belum boleh dibebaskan. Mereka harus dipindah ke pusat penahanan lain hingga enam bulan lagi untuk pelatihan keterampilan kerja.
Sejumlah orang yang keluar dari pusat penahanan itu menyatakan tak ada pelatihan keterampilan di sana. Apalagi, sebagian yang ditangkap justru para profesional, seperti guru, pengacara, dan tenaga medis.