Dinamika geopolitik kawasan dan perkembangan ekonomi Asia Tenggara mewajibkan Jepang menjadikan Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN) sebagai mitra strategis.
Oleh
Benny D Koestanto dari Tokyo, Jepang
·2 menit baca
TOKYO, KOMPAS— Dinamika geopolitik kawasan dan perkembangan ekonomi Asia Tenggara mewajibkan Jepang menjadikan Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN) sebagai mitra strategis. Tidak hanya dipertahankan, kemitraan itu juga harus ditingkatkan guna mencapai kondisi saling menguntungkan bagi para pihak.
Hal itu disampaikan Masataka Fujita, Sekretaris Jenderal Pusat ASEAN-Jepang, dalam acara ASEAN Journalists Invitation Symposium yang digelar Keizai Koho Center di Tokyo, Kamis (21/11/2019).
Fujita mengatakan, Jepang tidak lagi dapat memperlakukan negara-negara ASEAN sama sebagaimana 40 tahun lalu. Perubahan besar telah terjadi. Di bidang ekonomi, misalnya, produk domestik bruto (PDB) ASEAN tahun ini diperkirakan mencapai 3 triliun dollar AS, mendekati 60 persen dari total PDB Jepang. Padahal, di era 1980-an, PDB gabungan negara-negara ASEAN hanya sepersepuluh PDB Jepang.
”Sudah selayaknya Jepang menjadikan ASEAN sebagai mitra strategis yang setara,” kata Fujita.
Lebih lanjut Fujita menyampaikan sejumlah data, salah satunya adalah data impor. Impor barang dari Jepang oleh negara-negara ASEAN pada tahun 1998 sebesar 18 persen dari total impor ASEAN. Setelah satu dekade berselang, total impor ASEAN dari Jepang hanya 8,4 persen. Sebaliknya, impor Jepang dari ASEAN dalam 10 tahun terakhir relatif tetap, yakni 15 persen.
Naiknya pengaruh China secara ekonomi dan geopolitik, serta pengaruh Korea Selatan secara ekonomi, diakui Fujita turut memengaruhi perubahan lanskap di kawasan Asia, termasuk hubungan tiap-tiap negara dengan ASEAN.
”Kondisi selanjutnya di depan kita menawarkan tantangan sekaligus kesempatan. Bagaimana dapat mendorong kemajuan ekonomi bersama yang seiring dengan rencana pembangunan berkelanjutan. Hal itu membutuhkan kemitraan strategis Jepang-ASEAN,” kata Fujita.
Sebelumnya, secara terpisah, Guru Besar Universitas Jepang Shujiro Urata mengatakan, adalah keharusan bagi Jepang untuk memperkuat kerja sama perdagangan dengan negara-negara di luar Jepang yang ekonominya tumbuh cepat. Langkah itu positif bagi penyelesaian rendahnya pertumbuhan permintaan domestik di Jepang.