Pemimpin Eksekutif Hong Kong Carrie Lam meminta pengunjuk rasa menyerah untuk mencapai hasil yang damai. Namun belum terlihat tanda-tanda demonstrasi segera berhenti.
Oleh
Adhitya Ramadhan
·3 menit baca
HONG KONG, SELASA — Para pengunjuk rasa yang masih berada di dalam kampus Hong Kong Polytechnic University diminta menyerah setelah terkepung di sana selama tiga hari. Pemimpin Eksekutif Hong Kong Carrie Lam, Selasa (19/11/2019), menyatakan, menyerah adalah satu-satunya jalan untuk mencapai hasil yang damai.
”Target ini hanya bisa dicapai dengan kerja sama yang penuh dari pengunjuk rasa, termasuk para perusuh,” katanya. ”Mereka harus menghentikan kekerasan, menyerahkan senjata, dan keluar dengan damai serta mengikuti instruksi polisi.”
Para pengunjuk rasa tetap berkerumun di dalam kampus Hong Kong Polytechnic University karena khawatir ditangkap atau ditembak polisi. Kampus itu merupakan tempat terakhir dari lima tempat yang diduduki dan dijadikan markas oleh pengunjuk rasa. Dari situ mereka berangkat untuk berunjuk rasa, memblokir transportasi, memaksa pengusaha menutup toko-toko.
Lam mengatakan, sekitar 600 pengunjuk rasa telah meninggalkan kampus itu, termasuk 200 orang di antaranya yang berusia di bawah 18 tahun. Ia berharap bentrokan polisi dan pengunjuk rasa antipemerintah yang berlangsung dalam dua hari terakhir bisa selesai. Ia juga berharap polisi menangani hal ini dengan manusiawi.
Target ini hanya bisa dicapai dengan kerja sama yang penuh dari pengunjuk rasa, termasuk perusuh.
Pernyataan itu disampaikan Lam setelah pimpinan polisi yang baru mendesak semua warga untuk mengakhiri kekerasan. Hong Kong diguncang unjuk rasa antipemerintah selama lebih dari lima bulan. Unjuk rasa itu dipicu ketakutan bahwa pemerintah pusat China akan menghambat otonomi dan kebebasan di Hong Kong.
Setelah tiga hari bentrok dengan polisi, hingga Selasa, sekitar 100 pengunjuk rasa masih bertahan di kampus Hong Kong Polytechnic University. Akibat bentrokan itu, lebih dari 200 orang terluka.
Lam akui reaktif
Lam mengatakan, pemerintahannya sangat reaktif menanggapi unjuk rasa. Namun, ia juga tak mengesampingkan fakta bahwa telah terjadi kekerasan selama proses damai diupayakan. Lam mengaku sangat terkejut mengetahui bahwa kampus itu seolah telah menjadi ”pabrik senjata”.
Juru bicara Kepolisian Hong Kong, Kwok Ka-chuen, mengatakan, sekitar 1.000 orang telah ditangkap dalam 24 jam terakhir. Jumlah ini sekitar 20 persen dari seluruh penangkapan yang dimulai sejak Juni lalu.
Ratusan pengunjuk rasa melarikan diri dari kampus Hong Kong Polytechnic University atau menyerah saat terjadi bentrokan sepanjang malam antara pengunjuk rasa dan polisi. Saat polisi menembakkan gas air mata, meriam air, dan peluru karet, pengunjuk rasa melempari polisi dengan bom molotov dan batu bata.
”Saya hanya ingin pergi. Saya sangat lelah,” kata Thomas (20), mahasiswa universitas lain yang berada di dalam kampus politeknik sejak pengepungan terjadi. ”Saya tidak melempar bom molotov. Saya di sini untuk mendukung protes. Menurut saya, itu tidak salah,” katanya lagi,
Thomas dan 10 rekannya berjalan menuju polisi yang menggeledah mereka dan lalu menangkap para mahasiswa itu.
Di kampus politeknik di area Kowloon, rasa putus asa menyeruak di tengah raungan alarm kebakaran, Selasa sore. Marcus (22) dan dua rekannya duduk di meja kantin kampus untuk membahas pilihan-pilihan yang mereka miliki.
”Kami berusaha berpikir bagaimana caranya keluar. Namun, setiap kali kami memilih satu titik keluar, kami melihat banyak polisi di situ. Jika kami menyerah, selesailah kami,” katanya. (AP/AFP/REUTERS)