Kontingen Budaya Indonesia Sabet Medali Perak di Korsel
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Kontingen budaya Indonesia berhasil menyabet medali perak kategori Penghargaan Budaya Dunia dalam Itaewon Global Village Festival 2019 di Seoul, Korea Selatan. Budaya Indonesia mampu tampil memukau di antara 42 negara lain yang menjadi peserta lomba.
Dihelat selama dua hari yakni, 12-13 Oktober 2019, Itaewon Global Village Festival dihadiri 1,5 juta pengunjung. Festival budaya tahunan yang digelar di Seoul sejak 2008 tersebut menjadi salah satu yang terbesar dari 1.330 festival di Korea Selatan.
Itaewon Global Village Festival tahun ini diikuti oleh kontingen Indonesia yang terdiri dari 40 orang diaspora Indonesia. Mereka adalah pelajar, pekerja migran, dan Dharma Wanita Persatuan KBRI Seoul. Mereka kemudian dibagi menjadi tim penampilan budaya, tim promosi kerajinan Nusantara, dan tim promosi kuliner.
“Saya sangat senang penampilan Indonesia sangat diapresiasi bukan oleh dewan juri saja, tetapi juga seluruh pengunjung festival. Kita membuktikan bahwa budaya tidak hanya berhasil menjadi jembatan pemersatu bangsa, tetapi juga mengangkat citra Indonesia di antara bangsa-bangsa dunia,” kata Duta Besar Indonesia untuk Korsel, Umar Hadi, melalui keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Senin (14/9/2019).
Penampilan kontingen Indonesia memperoleh nilai tinggi di berbagai kriteria, yakni pertunjukan budaya, stan promosi, parade, hingga partisipasi duta besar. Khusus tim penampilan budaya, mereka membawakan tarian Poco-Poco dari Ternate, Gemu Famire dari Nusa Tenggara Timur, dan Saman dari Aceh.
Tampil dan menang dalam Itaewon Global Village Festival menjadi suatu kebanggaan bagi Indonesia. Tema festival pada tahun ini adalah Roads to Itaewon yang berarti sebagai tempat budaya berbagai negara bertemu dan berkembang.
Kepala Sektor Pariwisata Itaewon, Cho Min-seong mengatakan, Itaewon diharapkan menjadi muara dan penghubung dari beragamnya budaya dunia dan lintas generasi. “Kita bisa menyaksikan Seoul dan dunia menjadi satu melalui budaya,” tutur Cho Min-seong.