BPOM Dorong Sekretariat OKI Laksanakan Deklarasi Jakarta
Acara tersebut merupakan upaya BPOM untuk mendukung dan mendorong pelaku usaha obat dan makanan Indonesia agar terus meningkatkan peluang pasar ekspor ke Arab Saudi.
Oleh
Aguido Adri
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Indonesia menjadi tamu kehormatan acara Saudi Food and Drug Authority (SFDA) Annual Conference & Exhibition & Exhibition. Dalam acara tersebut, Badan Pengawas Obat dan Makanan mendorong Sekretariat Organisasi Kerja Sama Islam atau OKI melaksanakan Deklarasi Jakarta beserta rencana aksinya untuk meningkatkan kolaborasi antar-regulator obat negara anggota OKI.
Saat bertemu dengan Asisten Sekretaris Jenderal OKI Musa Kulaklikaya di Markas OKI, Jeddah, Arab Saudi, Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Penny K Lukito menyampaikan, ada beberapa pekerjaan rumah terkait rencana aksi untuk meningkatkan kolaborasi antar-regulator obat negara anggota OKI dalam mewujudkan kemandirian obat dan vaksin serta amanat Deklarasi Jakarta yang perlu segera diimplementasikan.
”Pelaksanaan pertemuan kedua regulator obat negara anggota OKI, pembentukan komite pengarah, kelompok kerjaobat palsu dan substandar, pembentukan forum komunikasi Islamic Advisory Group terkait vaksin halal, serta peningkatan kapasitas regulator obat negara anggota OKI,” kata Penny dalam keterangan tertulis, di Jakarta, Sabtu (5/10/2019).
BPOM membahas pertemuan dengan Sekretariat Jenderal OKI dengan tujuan membahas tindak lanjut implementasi Deklarasi Jakarta dan rencana aksi yang merupakan hasil The First Meeting of the Heads of National Medicine Regulatory Authorities (NMRAs) from Organization Islamic Cooperation (OIC) Member States.
Penny mengatakan, sudah hampir setahun forum regulator obat negara anggota OKI tersebut berlalu sehingga perlu segera disiapkan rencana pertemuan kedua pada 2020.
”Sekjen OKI diingatkan untuk segera berkonsultasi dengan negara anggota OKI dalam kaitan ini agar terdapat kesepakatan negara yang akan menjadi tuan rumah berikutnya,” ujar Penny.
Sementara itu, Musa mengatakan, Sekretariat Jenderal OKI sangat mengapresiasi inisiatif dan kepemimpinan Kepala BPOM yang sangat gigih dalam menggagas penyelenggaraan forum regulator obat negara anggota OKI.
Setelah pertemuan ini, baik BPOM maupun Sekretariat Jenderal OKI sepakat untuk melakukan upaya bersama guna mewujudkan kemandirian serta akses obat dan vaksin yang aman, berkhasiat, dan bermutu di negara anggota OKI.
Pada kesempatan ini, Musa juga mengusulkan untuk menambahkan topik pengembangan dan pemanfaatan obat herbal atau tradisional sebagai terapi komplemen.
Menanggapi hal tersebut, Penny menyambut baik usulan itu karena Indonesia merupakan negara dengan biodiversitas terbesar kedua di dunia.
Selain itu, pengembangan obat herbal berbasis riset di Indonesia sudah dilakukan beberapa industri farmasi dan BPOM telah memiliki sistem regulatori obat herbal atau tradisional. Sejalan dengan prioritas pengembangan industri obat herbal, jamu, dan fitofarmaka di Indonesia, maka Indonesia siap untuk di depan mendorong inisiatif ini dalam forum NMRAs OKI.
Kunjungan BPOM ke markas besar Sekretariat OKI ini merupakan komitmen untuk mewujudkan visi Indonesia 2019-2024 yang telah disampaikan pada pidato pertama Presiden Joko Widodo.
”Kami berharap, peningkatan kerja sama BPOM dengan otoritas obat dan makanan sejumlah negara dan organisasi internasional akan meningkatkan peran strategis Indonesia serta meningkatkan akses pasar atau ekspor obat dan makanan ke pasar internasional,” ujar Penny.
Undangan kehormatan yang disampaikan oleh CEO SFDA kepada Kepala BPOM menunjukkan hubungan baik kedua institusi regulatori obat serta bentuk penghargaan atas keberhasilan penyelenggaraan pertemuan pertama Kepala Regulatori Obat Negara Anggota OKI yang diinisiasi oleh BPOM. SFDA menjadi salah satu wakil ketua biro pertemuan.
Penny mengatakan, acara tersebut merupakan upaya BPOM untuk mendukung dan mendorong pelaku usaha obat dan makanan Indonesia agar terus meningkatkan peluang pasar ekspor ke Arab Saudi.
Sekitar 200 peserta dari sejumlah produsen obat, makanan, dan alat kesehatan, termasuk dari Indonesia, ikut dalam pameran tersebut. Perusahaan nasional di bidang obat, obat tradisional, kosmetik, suplemen kesehatan, dan pangan yang mengikuti pameran dan konferensi itu adalah PT Sanbe Farma, PT Kimia Farma, PT Kalbe Farma, PT Konimex, PT Indofood, Mensa Grup, PT. Mahkotadewa Indonesia, PT Hassana Boga Sejahtera (Nayzfood), PT Citra Kosmetika, PT Dexa Medica, PT Biofarma, dan PT Mersifarma.
”Keikutsertaan Indonesia dalam Konferensi dan Pameran Tahunan SFDA ini adalah tahapan lanjut dari kerja sama kedua institusi regulatori obat dan makanan untuk mendorong peningkatan kerja sama perdagangan dan isu-isu bilateral di bidang obat dan makanan,” kata Penny.
Ia melanjutkan, berbagai upaya strategis terus dilakukan BPOM guna meningkatkan kualitas produk obat dan makanan Indonesia agar dapat masuk dan bersaing di pasar internasional, dengan menaati persyaratan dan peraturan agar memenuhi standar keamanan, khasiat, dan mutu, termasuk standar internasional.
Ekspansi industri nasional
Pit Hoi, perwakilan PT Dexa Medica yang baru pertama kali mengikuti pameran SFDA, berterima kasih atas dukungan penuh dari Atase Perdagangan KBRI Riyadh dan BPOM sebagai perwakilan pemerintah yang telah mendukung percepatan ekspor sektor nonmigas.
”Dexa Medica hadir di Riyadh untuk memperkenalkan produk Dexa di pasar Timur Tengah, khususnya Arab Saudi. Dengan mengikuti pameran ini, kami berharap dapat mengenali potensi pasar, kebijakan, dan persyaratan regulasi untuk obat dan herbal atau suplemen serta mendapatkan mitra potensial di bidang farmasi sebagai distributor produk Dexa di pasar Arab Saudi,” tuturnya.
Sementara itu, perwakilan Kimia Farma yang sudah lebih dulu mengekspor produknya ke Arab Saudi mengatakan, keikutsertaannya di pameran SFDA adalah untuk mengembangkan bisnis produknya di pasar potensial Arab Saudi dan jemaah Indonesia.
”Alhamdulillah, kami mendapatkan kemudahan dalam proses registrasi karena adanya kesepahaman antara SFDA dan BPOM. Kami juga difasilitasi untuk tatap muka dan berbagi informasi dengan SFDA dan pelaku usaha Arab Saudi,” ujar perwakilan Kimia Farma.