Monash Akan Gelar Diskusi Mengenai Tionghoa-Indonesia
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Sejak zaman Orde Baru, terjadi perubahan mengenai konsep ras dan etnis di Indonesia, terutama terhadap etnis Tionghoa-Indonesia. Monash Herb Feith Indonesian Engagement Centre di Australia akan menggelar diskusi mengenai tren tersebut dalam Chinese Indonesians: Identities and Histories pada 1-3 Oktober 2019.
Direktur Monash Herb Feith Indonesian Engagement Centre Ariel Heryanto melalui keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Kamis (22/8/2019), mengatakan, diskusi mengenai Tionghoa yang digelar di Indonesia selama ini hanya bersifat satu arah.
“Biasanya diskusi soal Tionghoa hanya dibicarakan dari, oleh, dan untuk sesama orang-orang Tionghoa. Sedangkan diskusi kelompok lain sering tanpa kehadiran orang Tionghoa di sana,” ujar Ariel.
Dalam diskusi tersebut, pembicara utama yang akan hadir adalah dosen antropologi dari Queens College dan CUNY Graduate Center di Amerika Serikat, Karen Strassler, dan Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, Hilmar Farid.
“Para pembicara yang akan hadir adalah kombinasi dari para ahli tentang Tionghoa yang paling terkenal di dunia hingga generasi muda dalam ilmu pengetahuan di bidang ini,” tuturnya.
Secara rinci, beberapa topik yang akan dibahas adalah apa tren terbaru dalam studi Tionghoa-Indonesia serta bagaimana perkembangan terbaru mengenai politik identitas dan populisme di Indonesia dan global memengaruhi pemahaman mengenai ras dan etnis. Selain itu, topik lainnya adalah apakah telah terjadi pergeseran dinamika politik rasial di antara komunitas Tionghoa.
Monash Herb Feith Indonesian Engagement Centre adalah pusat kajian untuk membangun kolaborasi dengan Indonesia. Pusat kajian merupakan bagian dari Monash University.