NEW DELHI, KOMPAS — India mempererat hubungan dengan Indonesia lewat berbagai cara, salah satunya siaran berbahasa Indonesia. Siaran berbahasa Indonesia ini disiarkan All India Radio selama satu jam saban hari, yakni pukul 15.45-15.45 WIB. Selain disiarkan lewat frekuensi 157.70, 175.10, dan 178.75, siaran juga bisa diakses lewat streaming di aplikasi ponsel.
Director External Services Division All India Radio (AIR) Amlanjyoti Mazumdar, Senin (19/8/2019), mengatakan, siaran berbahasa Indonesia menjadi cara bagi pihak India memberikan sudut pandang Asia dalam setiap peristiwa dan isu yang berkembang di dunia.
”Perspektif India ini penting dalam melihat isu internasional sekaligus menginformasikan apa yang mesti diketahui negara-negara tetangga,” kata Amlan dalam wawancara kepada sejumlah wartawan asal Indonesia.
Salah satu tujuan siaran ini adalah menyampaikan sudut pandang India atas berbagai macam isu yang berkembang di dunia, termasuk isu ekonomi. Selain siaran dalam bahasa Indonesia, AIR, radio yang dimiliki Pemerintah India, juga menyiarkan berita dalam 15 bahasa asing dan 13 bahasa lokal di India.
Kedekatan
Kepala Seksi Bahasa Indonesia AIR Kishor Kumar Das mengatakan, kedekatan wilayah membuat hubungan Indonesia-India menjadi penting. Salah satu bentuk diplomasi yang dikembangkan lewat siaran berbahasa Indonesia yang sudah berlangsung sejak 1947.
Dalam sejumlah kesempatan siaran, kata Kishor, pihaknya mengisi dengan wawancara bersama pejabat Indonesia yang tengah berada di India.
Lalu, ada sejumlah kesamaan isu yang menjadi perhatian kedua negara, antara lain isu pemberantasan terorisme dan perdagangan. Kerja sama kedua negara terkait terorisme juga terlihat dalam upaya menjaga keamanan Selat Malaka yang menjadi jalur perdagangan kedua negara.
Di tengah kelesuan ekonomi saat ini, lanjut Kishor, relasi ekonomi kedua negara menjadi amat penting. Apalagi, kedua negara memiliki jumlah penduduk yang besar sehingga potensial dari segi ekonomi. Hubungan perdagangan kedua negara, kata Kishor, juga menjadi kepedulian India.
”Untuk bisa menarik hubungan dengan negara Indonesia, perlu kekuatan soft diplomacy agar orang Indonesia mengerti apa yang India mau, begitu juga sebaliknya,” katanya sambil menyebut pariwisata sebagai salah satu peluang potensial yang perlu dikembangkan bersama.
”Sayangnya, saat ini tidak ada penerbangan langsung dari Indonesia ke India. Dulu pernah ada, tetapi kini sudah berhenti. Mudah-mudahan dalam waktu dekat penerbangan lintas negara ini bisa dibuka kembali,” ucapnya.
Duta Besar Indonesia untuk India Sidharto Reza Suryodipuro mengatakan, ada sekitar 600.000 wisatawan India yang berkunjung ke Indonesia atau naik 15-20 persen dalam kurun 3-4 tahun terakhir. Dari catatan Kementerian Pariwisata, pada 2016, tercatat ada 376.802 wisatawan India berkunjung ke Indonesia. Pada tahun yang sama, tercatat 35.084 wisatawan Indonesia mengunjungi India.
Peluang
Sidharto juga menganggap penting penerbangan langsung India-Indonesia untuk meningkatkan hubungan dagang dan pariwisata kedua negara. Terkait perdagangan, Sidharto mengatakan, Indonesia membuka peluang bagi India untuk memasok aneka barang kebutuhan yang masih dibutuhkan di Indonesia.
“Travel agent Indonesia juga gencar memasarkan destinasi wisata ke berbagai pihak di India. Sejauh ini, ‘Bali’ sudah menjadi brand yang diingat masyarakat India secara luas. Kami mencoba menawarkan destinasi wisata lain di luar Bali,” katanya.
Sidharto juga menganggap penting penerbangan langsung India-Indonesia, untuk meningkatkan hubungan dagang dan pariwisata kedua negara.
Terkait perdagangan, Sidharto mengatakan, Indonesia membuka peluang bagi India untuk memasok aneka barang kebutuhan yang masih dibutuhkan di Indonesia. Adapun Indonesia masih menjadi pemasok batubara dan minyak sawit serta produk turunannya.
Data dari Kementerian Perdagangan RI, nilai perdagangan Indonesia pada tahun 2018 masih surplus 8,7 miliar dollar Amerika dari India. Total perdagangan kedua negara 18,7 miliar dollar Amerika. Ekspor barang dari Indonesia 13,7 miliar dollar Amerika, sedangkan impor ke Indonesia 5 miliar dollar Amerika.
“Salah satu potensi yang masih penting dikembangkan Indonesia untuk diekspor ke India adalah produk olahan,” kata Sidharto.