Rabat, Kamis -- Di tengah upaya Eropa menekan gelombang migran yang datang ke wilayahnya, kecelakaan maut yang menimpa perahu-perahu migran di Laut Mediterania terus terjadi. Uni Eropa juga kini bergulat dengan krisis migran di Bosnia, negara yang menjadi pintu masuk ke Eropa Barat.
Tujuh orang tewas di perairan Mediterania, Rabu lalu, setelah perahu yang membawa puluhan migran terbalik. Penjaga pantai Yunani berhasil menyelamatkan 57 orang. Menurut The Guardian, Senin (10/5/2019), pada 2019 sudah 17.000 migran memasuki Eropa melalui laut. Jumlah ini berkurang 30 persen dibandingkan tahun lalu. Menurut Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM), sejak Januari hampir 500 orang tewas di laut.
Gelombang migran mencapai puncaknya pada 2015, yaitu hampir 1juta migran memasuki Eropa melalui Yunani. Gelombang ini baru bisa ditekan setelah Uni Eropa membangun kesepakatan dengan Turki pada 2016. Dalam kesepakatan itu, para migran yang tiba di Turki akan ditampung di kamp-kamp penampungan di Turki.
Perjanjian UE-Turki kemudian mengubah rencana para migran yang mayoritas berasal dari negara-negara sub-Sahara Afrika. Mereka kemudian mengubah rute keberangkatan melalui pantai-pantai Libya menuju Italia dan pantai-pantai di Maroko menuju Spanyol. Ribuan orang juga menempuh rute yang disebut ”rute Balkan”, yaitu Macedonia. Montenegro, Serbia, Bosnia, dan Kroasia, untuk masuk ke Eropa Barat.
Krisis Bosnia
Palang Merah Bosnia kemarin mengeluarkan pernyataan mengenai krisis di negeri itu. Puluhan ribu migran asal Pakistan, Bangladesh, Irak, Suriah, dan Afghanistan kini terdampar di kota-kota di Bosnia, khususnya di Bihac, Velika Kladusa, dan Cazin. Para migran ini berjalan dari Yunani menelusuri rute Balkan.
Bosnia yang perekonomiannya tidak pernah pulih lagi sejak Perang Balkan 1992-1995 kini menampung sekitar 35.000 pendatang, 9.000 orang di antaranya datang dalam lima bulan terakhir. Mereka bertekad menyeberang ke Eropa Barat melalui Kroasia, tetapi negeri itu telah meningkatkan penjagaan di perbatasan. Uni Eropa telah mengalirkan dana sebesar 2 juta euro kepada Bosnia, tetapi Bosnia hanya sanggup menerima 3.500 migran di kamp penampungan.
Keberhasilan Maroko
Gelombang migran yang datang melalui pintu Spanyol turun sampai 40 persen dibandingkan tahun lalu berkat keberhasilan Maroko mencegah arus migran menyeberang melalui wilayah barat Laut Mediterania.
Otoritas Maroko menegaskan, sejak awal 2019, pasukan keamanan Maroko berhasil membubarkan sekitar 60 jaringan penyelundup migran dan menghentikan sekitar 30.000 kali upaya penyeberangan ke Spanyol yang sejak tahun lalu menjadi pintu masuk utama ke Eropa.
Gelombang migran yang datang melalui pintu Spanyol turun sampai 40 persen dibandingkan tahun lalu.
Namun, Rabat juga mengatakan bahwa negara itu tidak bisa terus-menerus menjadi ”polisi migran” untuk UE, terlebih dengan keterbatasan sumber daya di Maroko.
Pemerintah Spanyol dilaporkan telah meminta 50 juta euro kepada Brussels untuk membantu penanganan krisis di Maroko, dari dana 150 juta euro yang dijanjikan. ”Maroko telah membantu kami,” kata Menlu Spanyol Josep Borrell.
Meski demikian, kelompok-kelompok pembela HAM di Maroko mengecam tindakan tak manusiawi pihak keamanan kepada para migran. Sebaliknya, warga Maroko mengeluhkan gangguan akibat kehadiran migran yang tinggal dan mengemis di jalan-jalan di Maroko. (AP/MYR)