manila, jumat Menyikapi perkembangan situasi di Pagasa, Presiden Filipina Rodrigo Duterte mencoba mengambil sikap tenang tetapi tegas. Dalam pidato Kamis (4/4/2019), Duterte mengingatkan China akan hubungan baik antara Manila dan Beijing. Namun, jika ada pulau yang dikuasai Filipina di Laut China Selatan terancam, ”semuanya bisa berubah”.
”Saya berusaha memberi tahu China, Pagasa adalah milik kami. Jadi, mari kita berteman, tetapi jangan sentuh Pulau Pagasa dan pulau-pulau lain. Jika tidak, semuanya bisa berubah,” kata Duterte.
Duterte telah mengadopsi pendekatan non-konfrontasi dalam sengketa wilayah dengan Beijing sambil berharap dana infrastruktur, perdagangan, dan investasi China.
Sering kali ia mengecam kebijakan keamanan Amerika Serikat yang merupakan mitra Filipina sambil memuji China dan Rusia. Duterte sering kali bertindak hati-hati ketika membahas langkah China terkait isu Laut China Selatan.
Pagasa
Departemen Luar Negeri Filipina mengirim nota protes terkait kehadiran kapal nelayan China di perairan yang diklaim Filipina di Laut China Selatan. Kehadiran kapal-kapal itu dinilai ilegal. Sejak Januari hingga Maret 2019, militer Filipina telah memantau terdapat lebih dari 200 kapal China di area bernama Sandy Cay dekat Pulau Pagasa yang dikuasai Filipina.
”Ini bukanlah peringatan. Ini hanya nasihat kepada sahabat saya karena China adalah sahabat kami,” ujar Duterte menyikapi isu itu.
”Saya tidak akan meminta atau memohon, tetapi saya hanya mengatakan kepada Anda untuk membiarkan Pagasa karena saya mempunyai pasukan di sana,” ujar Duterte. ”Jika Anda menyentuh pulau itu, cerita akan berbeda. Lalu, saya akan memerintahkan prajurit saya ’bersiap untuk misi bunuh diri’.”
Dilema
Ketika Duterte pertama kali bertemu dengan Presiden China Xi Jinping di Beijing tahun 2016, Duterte menyebutkan, dirinya menyampaikan kepada Xi Jinping ”kami mempertaruhkan klaim zona ekonomi kami dan akan mengebor mencari minyak bumi di wilayah kami”.
Menurut Duterte, Xi Jinping kemudian membalas dengan mengajak berdialog terlebih dulu karena ”jika Anda memaksakan posisimu, ’bisa jadi masalah’”.
”Saya tidak punya pilihan,” ujar Duterte. ”Kalau saya mengerahkan angkatan laut dan prajurit ke sana besok dalam hitungan detik, mereka akan meledak, mereka akan dibantai, dan rudal yang berada di sana akan jatuh di Manila dalam 4 menit. Anda ingin perang terjadi?”
Menurut Duterte, AS akan mematuhi Perjanjian Pertahanan Bersama dengan Manila, tetapi AS butuh persetujuan kongres sebelum memutuskan ikut berperang. ”Apakah saya percaya kepada AS? Iya. Tapi akankah bantuan itu tiba tepat waktu? Itulah masalahnya,” ujar Duterte.
Ia kembali menyampaikan kritik terhadap AS yang dinilainya gagal menghentikan China yang mengubah tujuh terumbu menjadi pulau di Laut China Selatan, beberapa di antaranya memiliki landasan pacu. ”Mengapa itu tak dihentikan Amerika,” kata Duterte. Sejak berkuasa tahun 2016, Duterte menyebut pulau-pulau China itu telah menjadi ”garnisun militer”.