LONDON, MINGGU— Perdana Menteri Inggris Theresa May mendapat tekanan besar dari anggota Partai Konservatif yang menginginkan agar ia tidak memperpanjang lagi tenggat Brexit pada 12 April dan berani mengambil opsi keluar dari Uni Eropa tanpa kesepakatan.
Menurut harian The Sun, sebanyak 170 anggota parlemen Konservatif (dari total 317 orang) yang pro-hard Brexit telah menulis surat kepada PM May dan mendesak agar May tidak memperpanjang tenggat Brexit 12 April karena akan membuat Inggris wajib ikut serta dalam pemilu legislatif Eropa 23-26 Mei.
May diminta untuk membawa kembali kesepakatan Brexit ke parlemen dan meminta parlemen melakukan voting yang keempat kalinya. May didesak untuk mengeluarkan ancaman percepatan pemilu jika kesepakatan itu kembali ditolak.
Sebagian besar anggota Konservatif khawatir akan opsi percepatan pemilu karena ada kemungkinan dukungan rakyat akan makin melorot. The Sunday Telegraph yang mengutip anggota parlemen Konservatif mengatakan, Konservatif bakal ”dihabisi” dalam pemilu.
Tekanan kepada May juga datang dari kubu Konservatif pro-Eropa yang mengancam akan menarik dukungan apabila May mengisyaratkan akan mengambil opsi Brexit tanpa kesepakatan. Sedikitnya ada enam menteri kabinet pro-Eropa yang mengancam akan mengundurkan diri.
Gagal total
Upaya May untuk membawa Inggris keluar dari Eropa sesuai aturan gagal total setelah kesepakatan Brexit yang ditandatangani dengan UE ditolak untuk ketiga kalinya pada Jumat lalu dengan suara 344 berbanding 286 (selisih 58 suara).
Hasil ini membaik dibandingkan ketika ditolak pertama kali (selisih 230 suara) pada Januari dan kedua kali (selisih 149 suara) pada pertengahan Maret.
Masih belum jelas opsi mana yang akan diambil dalam waktu dua pekan sampai 12 April. Menurut rencana, parlemen akan kembali melakukan indicative votes, yaitu mencari opsi-opsi yang kemungkinan didukung secara mayoritas oleh parlemen.
Pekan lalu, atas inisiatif sendiri, parlemen memilih delapan opsi dan kemudian memvotingnya. Namun, tidak ada satu pun yang meraih suara mayoritas.
Meski demikian ada dua opsi yang nyaris didukung mayoritas, yaitu Inggris tetap berada dalam pabean Uni Eropa dan referendum terhadap pilihan terakhir. Senin ini, direncanakan parlemen kembali akan melakukan voting putaran kedua untuk opsi-opsi itu. Selanjutnya, ada kemungkinan opsi pilihan parlemen yang memperoleh suara mayoritas diadu dengan kesepakatan Brexit May, Selasa (2/4/2019).
Hillary Benn dari Partai Buruh menolak kecaman atas kegagalan parlemen memilih opsi Brexit yang dapat didukung mayoritas. ”Dibutuhkan waktu hampir tiga tahun bagi pemerintah untuk melakukan negosiasi dengan Uni Eropa yang kemudian ditolak tiga kali. Sementara parlemen baru memulai upaya ini pada pekan lalu. Jadi, cukup masuk akal apabila kita butuh waktu lebih lama untuk menemukan jalan keluar,” kata Benn. (AP/AFP/REUTERS/MYR)