LONDON, SELASA— Majelis Rendah Inggris mengambil alih kontrol Pemerintah Inggris untuk menentukan opsi Brexit apa yang kemungkinan akan didukung mayoritas anggota parlemen. Langkah itu untuk memecah kebuntuan politik yang telah berlangsung selama berbulan-bulan.
Langkah yang ditentang keras PM Inggris Theresa May itu didukung mayoritas anggota parlemen dengan suara 329 berbanding 302 suara. Parlemen akan memiliki waktu satu hari untuk menentukan opsi yang paling banyak didukung dan kemudian ditawarkan kepada May. Ada kemungkinan, opsi yang tetap membuat Inggris dekat dengan Eropa akan memperoleh dukungan mayoritas.
Langkah itu sekaligus menunjukkan PM May telah kehilangan otoritas meskipun ia menegaskan keputusan yang dihasilkan parlemen tidak memiliki kekuatan hukum dan tidak wajib diikuti pemerintah. ”Tak ada pemerintahan yang memberikan cek kosong dan berkomitmen terhadap hasil yang tidak diketahuinya. Jadi, saya tidak akan komit terhadap hasil yang dikeluarkan majelis rendah,” kata May yang menganggap langkah ini sebagai preseden buruk.
Kesepakatan Brexit yang ditandatangani Inggris-Uni Eropa November lalu ditolak dengan telak oleh parlemen pada 15 Januari dengan suara 432 berbanding 202. Setelah ”direvisi”, kesepakatan itu ditolak lagi oleh parlemen pada pertengahan Maret dengan suara 391 berbanding 242.
May berencana melakukan voting ketiga pekan ini, tetapi dukungan parlemen sepertinya tak berubah. ”Bagaimana mungkin PM May berharap mendapat dukungan dari kami untuk kesepakatan yang dibuat dengan kebohongan,” kata jubir Partai Unionis Demokratis (DUP), Sammy Wilson, kepada BBC. DUP merupakan mitra pemerintahan May dan memiliki 10 kursi di parlemen.
Opsi yang tersedia untuk proses Brexit masih tak berubah, yaitu keluar tanpa kesepakatan, mendukung kesepakatan May, perpanjangan tenggat lebih lama (untuk pemilu ataupun referendum), dan membatalkan Brexit. Setelah dua tahun berunding, Inggris belum bisa menentukan masa depannya. Baik kabinet, parlemen, maupun rakyat Inggris secara keseluruhan telah terbelah, antara pendukung Brexit dan pendukung tetap bersama Uni Eropa. Dinamika politik Inggris juga terus memanas karena semakin banyak politisi Konservatif menarik dukungan terhadap May. Senin kemarin tiga menteri yunior mengundurkan diri karena tak sepakat dengan langkah May. (AFP/REUTERS/MYR)