Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman atau MBS telah mengotorisasi rencana rahasia untuk membungkam pembangkang Saudi, dengan cara pengawasan, penculikan, penahanan, dan penyiksaan. Rencana ini telah berjalan selama setahun sebelum pembunuhan kolumnis The Washington Post, Jamal Khashoggi.
Hal itu diungkapkan sejumlah pejabat AS dan juga Saudi yang telah membaca laporan intelijen rahasia kepada The New York Times (18/3/2019). Semua sumber tidak bersedia diungkapkan identitasnya.
Kelompok pelaksana misi rahasia itu disebut Kelompok Intervensi Gerak Cepat Saudi, yang sejak 2017 telah melakukan belasan operasi. Salah satunya adalah secara paksa memulangkan warga Saudi dari negara-negara Arab, juga menahan dan menyiksa tahanan yang disekap di sejumlah istana milik Pangeran MBS.
Otoritas Saudi juga menahan puluhan ulama, intelektual, dan aktivis yang dianggap ”mengancam”, ataupun warga biasa yang sekadar menulis komentar kritis di Twitter.
”Kami tak pernah melihat operasi dengan skala seperti ini. Kalau dulu, pembangkang seperti Khashoggi tidak akan diperhatikan,” kata Bruce Riedel, mantan analis CIA, yang kini bekerja di Brookings Institution.
Khashoggi dibunuh di Konsulat Saudi di Istanbul. Intelijen Turki mengungkapkan video dan rekaman audio pembunuhan itu, juga mengidentifikasi para pelaku, dan membocorkannya kepada media.
Menurut Riedel, tim gerak cepat Saudi melakukan kecerobohan yang mungkin tidak menjadi masalah ketika dilakukan di Arab Saudi, tetapi menjadi masalah besar ketika berurusan dengan intelijen Turki.
Otorisasi MBS
Kelompok gerak cepat ini diotorisasi Pangeran MBS. Ada sejumlah tokoh penting dalam kelompok ini, yaitu Maher Abdulaziz Mutreb dan Thaar Ghaleb al-Harbi, yang kini dikaitkan dengan pembunuhan Khashoggi. Keduanya sedang diadili di pengadilan Saudi.
Operasi kelompok gerak cepat itu baru terungkap setelah kematian Khashoggi. Baik Mutreb maupun Harbi berada di konsulat Saudi ketika Khashoggi dibunuh.
Menurut The New York Times, badan-badan intelijen AS tidak memiliki bukti konklusif bahwa Pangeran MBS telah memerintahkan pembunuhan, tetapi mereka menemukan pola dengan operasi-operasi serupa yang dilakukan kelompok gerak cepat dan diotorisasi MBS.
Badan Keamanan Nasional AS dalam laporannya menyatakan, pada tahun 2017 Pangeran MBS mengatakan kepada pejabat Saudi bahwa dirinya akan menggunakan ”peluru” jika Khashoggi tidak mau kembali ke Saudi dan tidak mengakhiri kritiknya kepada pemerintah.
Laporan CIA itu telah menciptakan ketegangan antara Riyadh dan Washington, juga dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang memiliki hubungan dekat dengan Kerajaan Saudi.