Trump Tidak Berharap Terlalu Muluk
HANOI, KOMPAS —Presiden Amerika Serikat Donald Trump menunjukkan tanda melunak kepada Korea Utara untuk sementara waktu. Sebaliknya, Korea Selatan dan Korea Utara mengharap hasil optimal.
Pertemuan Trump dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un dijadwalkan di Hanoi, Vietnam, Rabu besok dan Kamis lusa (27/2-28/2/2019). Dua hari menjelang pertemuan, wajah Hanoi tampak mulai berhias.
Seperti terlihat di jalan utama yang menghubungkan taman di depan Gedung Opera Hanoi hingga Gereja Katolik Santa Maria Hanoi, Senin kemarin, tampak bendera tiga negara dipasang berdampingan di setiap tiang lampu sepanjang jalan. Bendera AS dan Korut dipasang mengapit bendera Vietnam.
Kim dijadwalkan tiba di Vietnam pada Selasa dini hari setelah naik kereta dari Pyongyang via China sejak Sabtu lalu. Trump, menurut Kementerian Luar Negeri Vietnam, tiba Selasa malam. Ia dijadwalkan bertemu dengan Presiden Vietnam Nguyen Phu Trong, yang juga Sekretaris Jenderal Partai Komunis Vietnam, Rabu pagi.
Menjelang kedatangan Kim, Vietnam mengumumkan penutupan jalan-jalan yang kemungkinan bakal menjadi jalur Kim. Koran Nhan Dan, yang mengutip Departemen Jalan Raya, menyebutkan, penutupan jalur itu akan berdampak pada 169 kilometer jalan, mulai dari Dong Dang di perbatasan dengan China hingga Hanoi.
Tentara Vietnam berjaga-jaga di area sekitar stasiun Dong Dang. Ada kemungkinan, Kim turun dari kereta di Dong Dang, lalu melanjutkan perjalanan ke Hanoi dengan naik mobil.
”Pengamanan akan dilakukan maksimal,” kata Le Hoai Trung, Wakil Menlu Vietnam. Pejabat Kementerian Informasi menambahkan, 3.000 wartawan dari 40 negara diperkirakan meliput pertemuan itu.
Tidak tergesa
Terkait pertemuannya dengan Kim, Trump menyatakan senang jika Korut tak melakukan uji coba persenjataan. Ia mengatakan tak mau tergesa- gesa mencari kesepakatan nuklir lewat pertemuan itu. ”Saya tak mau menggesa siapa pun. Saya hanya tak mau ada uji coba (senjata oleh Korut),” ujar Trump.
Ia juga siap mengurangi sanksi selama ada kemajuan atas proses denuklirisasi Semenanjung Korea. Pernyataan itu berbanding terbalik dengan aneka upaya Trump sejak dilantik, Januari 2017. Pemerintahan Trump terus menekan Korut untuk menghentikan pengembangan rudal dan nuklir secara menyeluruh sebagai syarat pencabutan sanksi.
AS akan menerima jika, untuk sementara ini, Korea Utara cukup menunjukkan keseriusan melaksanakan tahapan denuklirisasi Semenanjung Korea. Sebagian sanksi bagi Korut bisa dicabut dalam kondisi itu.
Trump meyakini, Kim juga ingin denuklirisasi. ”Tanpa senjata nuklir, negaranya berpeluang dengan cepat menjadi kekuatan ekonomi dunia,” tulisnya di akun Twitter-nya.
Korut memang menderita gara-gara ambisi nuklirnya. AS dan banyak negara menjatuhkan sanksi sebagai upaya menekan Korut agar menghentikan program nuklirnya.
Sementara, laman pemantau Korut yang berbasis di AS, 38north.org, melaporkan bahwa tidak ada gejala Pyongyang mengoperasikan reaktor nuklir di Yongbyon. Fasilitas itu terakhir beroperasi pada November 2018. Dalam kesepakatan pertemuan Kim-Trump, penghancuran fasilitas Yongbyon diharapkan menjadi salah satu ukuran denuklirisasi.
Media-media Korea Selatan menerbitkan laporan-laporan soal peluang kesepakatan dalam pertemuan besok. Kim-Trump diperkirakan menyepakati tahapan-tahapan denuklirisasi Korea secara menyeluruh.
Akhir perang
Selain soal denuklirisasi, pertemuan lusa juga diharapkan menghasilkan deklarasi akhir Perang Korea. Secara resmi, perang pada 1950-1953 itu dalam tahap gencatan senjata. Karena itu, Presiden Korea Selatan Moon Jae-in berharap ada deklarasi pengakhiran perang dalam pertemuan Kim-Trump. Moon menyebut pertemuan itu jadi kesempatan penting bagi bina damai di Semenanjung Korea.
”Jika Presiden Trump sukses menyelesaikan satu-satunya sisa permusuhan era perang dingin, akan jadi pencapaian yang diingat sejarah dunia,” ujarnya.
Sepanjang 2018, Moon bolak- balik bersua Kim untuk mengupayakan perdamaian Korut- Korsel. Ia ingin mendorong kedua negara berdamai, lalu meningkatkan kerja sama ekonomi besar-besaran. Kerja sama kedua Korea tidak bisa dilakukan gara-gara sanksi AS kepada Korut. Jika sanksi itu dicabut lewat kesepakatan dalam pertemuan Kim-Trump, terbuka peluang bagi Korut ataupun Korsel. (AP/REUTERS/RAZ)