PARIS, SELASA - Aksi protes yang sudah berlangsung beberapa pekan akan dilanjutkan meski sudah ada respons dari Presiden Perancis Emanuelle Macron. Para pemrotes menilai apa yang ditawarkan Macron seperti ”remah-remah” yang tidak ada artinya.
Pernyataan ini disampaikan sesaat setelah pidato Presiden Macron, Senin (10/12/2018) malam waktu Perancis. Demo besar menurut rencana akan digelar Sabtu mendatang di sejumlah kota. Jika benar dilakukan, ini akan menjadi aksi Sabtu kelima oleh para pemrotes yang menuntut pembatalan kenaikan harga bahan bakar.
Namun, reaksi massa ”rompi kuning” sulit dipastikan karena gerakan tersebut tidak punya pemimpin. Sebagian dari mereka yang pernah ikut aksi protes menilai, Macron sudah membuat ”kelonggaran” meski tidak memadai.
Respons pemerintah dianggap sebagai kemajuan. Namun, banyak yang menyatakan tidak puas dan menuding Macron sekadar bersandiwara dan tidak menangani problem substansial yang dituntut massa. Oleh karena itu, mereka akan kembali ke jalan.
Kurang dari satu jam setelah Presiden Macron berpidato di Istana Elysee, gardu tol dari Spanyol lumpuh total. Di bundaran dekat kota Le Mans, para rompi kuning berkumpul di dalam tenda menonton pidato Presiden. Umpatan-umpatan terhadap Macron dilontarkan.
”Mungkin kalau Macron menyampaikan pidato tiga pekan lalu akan menenangi gerakan, tetapi ini terlalu terlambat,” kata Gaetan (34), salah seorang dari kelompok ’Kelinci Kuning dari Rennes’. Untuk kami, pidatonya omong kosong,” ujarnya. Sebaliknya, rekannya mengatakan, kenaikan 100 euro sesungguhnya tak terlalu buruk.
Protes berkepanjangan, termasuk menutup jalan, telah menimbulkan kerugian ekonomi dan bisnis. Konsumen juga dirugikan dengan adanya kerusuhan di pusat-pusat kota.
Naikkan upah minimum
Merespons aksi yang meletup sejak 17 November, Macron menyampaikan rencana untuk menaikkan upah minimum dan memotong pajak pensiunan.
”Saya menerima beban tanggung jawab,” kata Presiden Macron. ”Saya tahu bahwa saya telah menyakiti sebagian rakyat dengan pernyataan-pernyataan saya,” lanjutnya.
Kendati demikian, Macron menekankan bahwa aksi protes yang kebanyakan dilakukan rakyat berpenghasilan rendah di kota kecil dan perdesaan merupakan akibat dari masalah yang sudah terjadi sekian lama.
Perdana Menteri Edouard Philippe mengemukakan garis besar tentang kebijakan yang dilakukan pemerintah di depan Majelis Nasional. Upah minimum akan dinaikkan 100 euro.
Kenaikan tersebut tentunya akan menambah beban keuangan baru. Presiden Macron, Selasa, bertemu dengan perwakilan sektor perbankan dan perusahaan-perusahaan besar untuk meminta partisipasi mereka secara kolektif. Tindakan sosial yang diumumkan Presiden Macron akan menghabiskan biaya 8 miliar euro-10 miliar euro.(AFP/AP/REUTERS/RET)