Impian maskapai penerbangan Israel memangkas waktu tempuh dalam mencapai destinasi di Asia dan Amerika Latin akan menjadi kenyataan. Berbicara di hadapan para duta besar Israel untuk mancanegara di Jerusalem, Senin (10/12/2018), Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengklaim, maskapai penerbangan Israel, El Al, telah mendapat izin terbang di atas wilayah teritorial udara Kesultanan Oman. Dalam waktu dekat, lanjut Netanyahu, El Al juga akan mendapat izin terbang di atas wilayah teritorial udara Sudan.
Jika bisa melewati wilayah teritorial udara Sudan, pesawat El Al bakal lebih cepat 2-3 jam untuk mencapai negara-negara Amerika Latin, seperti Argentina dan Brasil.
Selama ini, El Al terbang menuju Amerika Latin melalui dua jalur, yaitu lewat Laut Tengah menuju Laut Atlantik, kemudian belok ke selatan menuju Amerika Latin. Jalur kedua adalah lewat Laut Merah menuju Afrika Selatan, lalu belok ke barat menuju Amerika Latin. Biaya penerbangan melalui dua jalur itu mahal karena menempuh penerbangan lebih lama.
Pesawat El Al saat ini tidak bisa menempuh jalur lebih cepat ke Amerika Latin melalui wilayah teritorial udara Mesir, kemudian Sudan atau Libya, karena Sudan ataupun Libya tidak mengizinkan El Al terbang di atas wilayah udara mereka.
Demikian pula saat menuju destinasi di Asia, seperti India, El Al harus menempuh perjalanan lebih lama, sekitar delapan jam. Secara bisnis, itu menyebabkan harga tiket menjadi lebih mahal.
Selama ini, pesawat El Al yang menuju Asia tak bisa menempuh jalur lebih pendek, lewat wilayah udara Arab Saudi dan Oman, karena kedua negara Arab itu tidak mengizinkan pesawat komersial Israel terbang di atas wilayah teritorial udara mereka. Jika pesawat Israel diizinkan lewat udara Arab Saudi dan Oman, waktu tempuhnya ke India hanya 5-6 jam.
Bagi Israel, jika nanti pesawat komersial El Al bisa terbang di atas wilayah udara Oman dan dalam waktu dekat juga Sudan, seperti yang diklaim Netanyahu, itu merupakan keuntungan besar secara politik dan ekonomi. Israel sudah sejak lama melalui berbagai jalur dan lobi berupaya mendapat akses kepada Pemerintah Sudan. Harapan mereka, Sudan bersedia membuka wilayah udaranya untuk pesawat komersial Israel.
Melobi Omar al-Bashir
Netanyahu mendapat peluang emas ketika menerima kunjungan Presiden Chad Idriss Deby ke Israel pada 25 November lalu. Ia pun meminta Deby membantu melobi Presiden Sudan Omar al-Bashir agar Sudan membuka wilayah udaranya untuk pesawat komersial Israel, El Al, yang menuju Amerika Latin.
Deby langsung menyanggupi permintaan Netanyahu. Netanyahu kemudian mendapat kabar dari Deby bahwa Sudan sedang mempelajari permintaan Israel dan akan memberi respons positif dalam dekat.
Terkait penerbangan menuju Asia, Netanyahu juga mencoba berbagai cara, termasuk melalui jaringan lobi Yahudi di AS (AIPAC). Itu dilakukan untuk membujuk Presiden AS Donald Trump agar menekan Arab Saudi membuka wilayah udaranya bagi pesawat komersial Israel, El Al, yang menuju Asia.
Salah satu motif Netanyahu mendukung Arab Saudi terkait kasus pembunuhan wartawan senior Jamal Khashoggi di Istanbul pada 2 Oktober lalu tak lepas dari harapan suatu saat nanti mendapat imbalan berupa kesediaan Arab Saudi membuka wilayah udaranya untuk pesawat komersial Israel.
Bagi Israel, izin Oman membuka wilayah udaranya untuk pesawat komersial Israel belum sempurna tanpa kesediaan Arab Saudi mengizinkan wilayah udaranya bagi pesawat komersial Israel. Ini karena untuk menuju wilayah udara Oman, pesawat Israel harus melewati dulu wilayah udara Arab Saudi.