Sejumlah mahasiswa dari beberapa berbagai latar belakang yang mengambil program bahasa Indonesia di University of Washington di Seattle, Amerika Serikat, Jumat (4/11) petang waktu setempat atau Sabtu (5/11) waktu Indonesia bagian barat, melihat-lihat koran berbahasa Indonesia yang ada di perpustakaan Suzallo di University of Washington. Membaca koran menjadi salah satu cara mereka untuk memperlancar bahasa Indonesia.
WASHINGTON, SELASA - Jumlah mahasiswa asing yang masuk perguruan tinggi di Amerika Serikat menyusut dua tahun berturut-turut selama pemerintahan Presiden Donald Trump. Kelompok nirlaba Institut Pendidikan Internasional (IIE) menyatakan hal itu pada hari Selasa (13/11/2018), di tengah upaya pemerintahan Trump memperketat warga asing belajar di AS.
Berdasarkan survei tahunan IIE, pada pendaftaran tahun ajaran 2017-2018, jumlah mahasiswa asing merosot 6,6 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Angka itu menyusul penurunan jumlah mahasiswa asing 3,3 persen pada tahun akademik 2016-2017.
Sejumlah analis imigrasi dan pakar di perguruan tinggi mengatakan, ada beberapa faktor yang mendorong penyusutan jumlah mahasiswa asing. Perubahan kebijakan visa dan imigrasi oleh pemerintah menghalangi mahasiswa asing untuk mendaftar.
Dollar AS yang menguat juga mengakibatkan biaya kuliah di AS lebih mahal. Universitas di Kanada dan Eropa juga berupaya keras menarik mahasiswa asing. Presiden IIE Allan Goodman mengatakan, berita penembakan massal di AS memengaruhi penyusutan jumlah mahasiswa asing. ”Semua penting, dari keamanan, biaya, hingga persepsi kebijakan visa,” ucapnya.
Mahasiswa asing menjadi sumber pendanaan penting bagi perguruan tinggi di AS, di tengah tekanan terhadap bantuan dana pemerintah. Sebagian besar mahasiswa S-1 tak memenuhi syarat memperoleh bantuan keuangan berbasis kebutuhan, dan harus membayar hampir seluruh biaya pendaftaran serta kuliah di AS.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, jumlah terbesar mahasiswa berasal dari China, India, dan Korea Selatan. Porsi mereka mencapai 56,1 persen dari semua mahasiswa asing di AS.
IIE tidak melacak jumlah mahasiswa asing baru sebelum tahun ajaran 2004-2005, tetapi Goodman mengatakan, penyusutan jumlah mahasiswa luar negeri dalam pendaftaran baru sebanding dengan periode setelah serangan 11 September 2001.
Survei tahunan IIE terkait pendaftaran mahasiswa asing yang didanai Departemen Luar Negeri. Pakar-pakar kebijakan imigrasi dan administrator perguruan tinggi mengaitkan penyusutan itu dengan pemerintahan Trump yang membatasi imigrasi, dan iklim politik AS yang dinilai memusuhi orang asing.
Tidak ramah
”Ini bukan lingkungan yang ramah,” kata Doug Rand, mantan pejabat Gedung Putih yang mengurusi imigrasi selama pemerintahan Presiden Barack Obama. Menurut dia, Trump telah membatasi penerbitan visa bagi pekerja terampil dan residensi permanen. Visa ini biasanya diajukan para mahasiswa asing setelah lulus kuliah di AS.
Caroline Casagrande, pejabat Departemen Luar Negeri AS, mengatakan, jumlah mahasiswa asing yang mendaftar di AS relatif mendatar sejak 2015-2016, sebelum dimulainya pemerintahan Trump. Pada tahun itu, pendaftaran baru masih meningkat 2,4 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya. ”Deplu berkomitmen memfasilitasi kunjungan legal ke AS untuk mereka yang ingin belajar di lembaga akademik AS,” ujarnya.
Menurut dia, tidak beralasan jika ada yang mengatakan, menyusutnya jumlah mahasiswa asing karena perkembangan politik AS. (REUTERS/LOK)