Islam Nusantara Tidak Mengubah Esensi Ajaran Islam
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·2 menit baca
DOK. KBRI BERLIN
Guru Besar Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Azyumardi Azra memperkenalkan konsep Islam Nusantara Berkemajuan Indonesia kepada 26 imam dan pemimpin kelompok-kelompok agama Islam di Berlin, Jerman. Foto diterima pada Jumat (2/11/2018).
JAKARTA, KOMPAS — Islam Nusantara telah terbukti tidak mengubah esensi ajaran Islam di Indonesia. Islam Nusantara bahkan berperan sebagai kunci bagi persatuan bangsa Indonesia.
Guru Besar Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Azyumardi Azra mengatakan, karakter Islam Indonesia pada prinsipnya merupakan implementasi dari Islam Wasatiyah atau Islam Jalan Tengah. Dalam beberapa tahun terakhir, konsep ini lebih populer dikenal sebagai Islam Nusantara Berkemajuan.
”Salah satu penelitian menyebutkan, persentase laki-laki Muslim yang rutin shalat Jumat di Indonesia jauh lebih banyak ketimbang negara-negara Timur Tengah,” kata Azyumardi melalui keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Jumat (2/11/2018).
Ia melanjutkan, hal yang sama terjadi pada bulan Ramadhan. Muslim di Indonesia lebih serius menjalankan ibadah Ramadhan daripada Muslim di Timur Tengah.
Azyumardi sedang berada di Jerman untuk memenuhi undangan Kedutaan Besar RI di Berlin. Tujuan dari acara tersebut adalah mempromosikan Islam Nusantara kepada berbagai kalangan di Jerman.
Azyumardi memperkenalkan konsep Islam Nusantara Berkemajuan Indonesia kepada 26 imam dan pemimpin kelompok-kelompok agama Islam di Berlin. Imam dan ulama tersebut berasal dari Turki, India, Pakistan, Ukraina, Brunei Darussalam, Malaysia, Maroko, dan Mesir.
Karakter dari Islam Nusantara Berkemajuan adalah ajaran Islam yang dipengaruhi oleh budaya lokal. Hal itu yang membuat Islam dapat berkembang baik dan diterima oleh masyarakat Indonesia.
”Berbeda dengan beberapa negara lain, agama sering menjadi faktor pemicu konflik. Namun, di Indonesia, Islam justru menjadi faktor pemersatu bangsa Indonesia,” ujarnya.
Semangat persaudaraan Islam atau ukhuwah Islamiyah mampu menyatukan tidak kurang dari 714 etnis yang tersebar di seluruh kepulauan Indonesia. Muslim di Aceh, misalnya, menganggap Muslim di Bugis sebagai saudara meskipun mereka hidup dalam lingkungan budaya yang sangat berbeda.
Duta Besar RI untuk Jerman Arif Havas Oegroseno menambahkan, masih banyak masyarakat Jerman yang belum mengetahui keunikan dan kemajuan Islam Nusantara Berkemajuan. ”Ini baru langkah awal. Kami akan pertajam kerja sama untuk promosi Islam Indonesia di Jerman,” ucapnya.