JAKARTA, KOMPAS — Aparat Taiwan terus menyelidiki penyebab kecelakaan kereta cepat di Yilan yang menewaskan 18 orang, Minggu (21/10/2018) sore. Investigasi atas kecelakaan terparah dalam 30 tahun terakhir itu fokus pada kecepatan dan kondisi rem kereta yang mengangkut 366 orang itu.
Selain merenggut belasan korban jiwa, kecelakaan juga menyebabkan 187 orang terluka. ”Pada saat yang sangat menyedihkan ini, masyarakat Taiwan berdiri bersama dengan mereka yang terkena dampak kecelakaan di Yilan. Pemerintah saya berupaya sebaik mungkin membantu keluarga korban dengan segala cara,” kata Presiden Taiwan Tsai Ing-wen dalam akun Twitter-nya, Senin (22/10/2018).
Tsai hadir di lokasi kejadian dan menyampaikan dukacita kepada keluarga korban. Ia bergabung dengan biksu Buddha serta teman dan keluarga korban dalam kegiatan doa di dekat rumah sakit setempat.
Hingga Senin sore ini, ke-366 penumpang telah dievakuasi. Beberapa korban jiwa merupakan anak-anak berusia di bawah 18 tahun. Delapan korban jiwa lainnya berasal dari keluarga yang sama dan baru kembali dari pesta pernikahan di kota Taipei Baru.
Sopir kereta api telah dievakuasi dan kini dalam perawatan intensif. Kondisinya belum stabil. ”Kami akan tanya dia, apa yang terjadi setelah kondisinya stabil,” kata Liu Can-huang, Kepala Unit Pemeliharaan Kereta Api.
Lu Chieh-shen dari administrasi kereta api Taiwan mengungkapkan, kereta api itu mulai beroperasi pada 2011 dan baru melalui proses pemeliharaan. Kecepatan kereta api menjadi salah satu faktor dugaan penyebab kecelakaan.
Lai Sui-chin dari Kementerian Transportasi mengungkapkan, 20 menit sebelum kecelakaan, sopir juga melaporkan bahwa tekanan udara pada rem kereta terlalu rendah. Ada kemungkinan remnya tidak stabil sebelum kecelakaan.
Pengelola kereta api setempat memublikasikan video selama 12 detik dalam akun Youtube-nya yang menunjukkan momen di saat kereta itu tergelincir saat melintasi jalur rel dengan tikungan ke arah kanan. Dengan kecepatan yang tampak tinggi, kereta yang terdiri dari 12 gerbong itu keluar dari jalur rel saat hendak melintasi belokan dan menabrak tiang-tiang listrik.
”Kereta itu berjalan dengan sangat cepat. Saya pikir, kenapa kereta tidak melambat saat di tikungan,” ujat Henry Tseng (30), salah satu penumpang kereta api yang menderita luka mata, seperti dikutip dari pemberitaan Reuters, Senin.
”Saya terpukul tembok saat kereta terbalik. Ada lima hingga enam orang terlempar dari pintu kereta. Tidak ada waktu untuk memikirkan apa yang terjadi. Semua terburu-buru keluar,” lanjut Henry.
Bloomberg mencatat beberapa kecelakaan kereta api lainnya di Taiwan. Pada April 2011, kecelakaan yang diakibatkan oleh pohon yang jatuh di rel mengakibatkan lima korban jiwa. Pada Juni 2007, kereta api yang sedang diuji coba bertabrakan dengan kereta lain karena tidak memperhatikan rambu berhenti.
Kecelakaan itu mengakibatkan lima korban jiwa dan 16 korban luka. Pada Maret 2003, kereta api yang tergelincir dekat resor gunung populer mengakibatkan 17 korban jiwa dan lebih dari 100 korban luka. (CNN/BLOOMBERG/REUTERS)