GHAZNI, JUMAT - Kelompok Taliban, Jumat (10/8/2018), menggempur kota Ghazni. Seratusan orang dilaporkan tewas dan terluka dalam gempuran selama enam jam itu.
Saksi mata mengatakan, serangan hebat dan pertempuran dengan pasukan pemerintah dimulai dini hari sekitar pukul 02.00. Hingga pukul 08.00 dentuman bom dan suara tembakan nyaris tidak ada jeda. Kementerian Pertahanan menyatakan, penyerang dapat diusir, tetapi sebagian masih bertahan di rumah-rumah penduduk. Sekitar 150 penyerang tewas dan luka-luka, kata Kementerian Pertahanan.
Setelah memukul mundur Taliban, polisi menyisir dari rumah ke rumah mencari anggota Taliban. Kepala kepolisian Ahmad Mashal mengatakan, pihaknya menyelidiki bagaimana pemberontak Taliban bisa merangsek masuk ke kota yang terletak 120 kilometer dari Kabul. Puluhan mayat anggota Taliban hingga Jumat siang masih tergeletak di jalan-jalan.
Penyerangan yang cukup mengejutkan ini menghanguskan pos penjagaan polisi serta menghancurkan rumah-rumah dan area bisnis. Taliban sempat menguasai sebagian kota sebelum pasukan pemerintah mengambil kembali kendali kota itu.
Pertempuran digambarkan cukup sengit. ”Taliban menjatuhkan rudal-rudalnya di dekat permukiman dan area bisnis. Selama delapan jam, tidak ada semenit pun suasana senyap,” kata seorang pejabat senior.
Pemerintah meminta warga tidak keluar rumah. Suara tembakan secara sporadis masih terdengar meski pemerintah menyatakan sudah menguasai kota.
Klaim dua pihak
Juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid, mengatakan, serangan bertubi-tubi dilancarkan sejak dini hari. Taliban mengklaim berhasil menguasai sebagian besar gedung pemerintah serta menyatakan telah membunuh dan melukai 140 anggota pasukan keamanan.
Sebaliknya, pemerintah dan pasukan Amerika Serikat mengklaim justru di pihak Taliban jatuh lebih banyak korban. Juru bicara gubernur setempat menyebut satu prajurit tewas dan tujuh luka-luka.
”Ini merupakan kegagalan lain Taliban dalam upaya menguasai wilayah,” kata Letkol Martin O’Donnell, juru bicara pasukan AS di Afghanistan. ”Pasukan AS merespons dengan bantuan udara dan melakukan satu serangan tanpa awak,” lanjut O’Donnell.
Serangan terjadi di tengah munculnya harapan perundingan untuk mengakhiri konflik yang sudah berlangsung 17 tahun. Presiden Ashraf Ghani, Februari lalu, menawarkan gencatan tanpa syarat. Namun, Taliban tidak mengindahkan tawaran ini. Taliban sejak lama justru menghendaki perundingan langsung dengan Washington.