Alumni Amerika dan Permias Menggelar Seminar di Jakarta
Jakarta, Kompas – Alumni Amerika Serikat yang tergabung dalam Diaspora IDN-U dan Perhimpunan Mahasiswa Indonesia di Amerika Serikat (PERMIAS) menggelar seminar dan pameran pendidikan serta layanan sosial di Jakarta, Sabtu (4/12). Direktur Eksekutif IDN-U Hamdan Hamedan yang bermukim dan menempuh pendidikan di Amerika Serikat tahun 2003 – 2016 menegaskan, pihak Diaspora Indonesia dan PERMIAS berkomitmen berkarya bagi bangsa di Indonesia dan di manca negara dalam berbagai bidang kehidupan.
“Ini yang terbaru ada yang mempersiapkan Restoran Indonesia di Georgia. Berbagai kegiatan juga terus dilakukan di bidang Buruh Migran, Teknologi dan Enerji, Pendidikan, Pariwisata, Kuliner, dan Busana, hubungan Diaspora dengan Diaspora, Kewarganegaraan Ganda, Media, hingga sektor Kesehatan,” kata Hamdan yang pernah magang di Dewan Keamanan PBB dan mendalami bidang terorisme serta persenjataan nuklir.
Menurut Hamdan, berbagai kerja nyata dilakukan Diaspora Indonesia di Amerika Serikat dan alumni Amerika Serikat semisal dengan memberikan bantuan bagi kasus wabah penyakit di Asmat, Papua.
Perwakilan PERMIAS di Bay Area, San Fransisco, California, Arman Masagung menceritakan, saat ini ada sekitar 750-an pelajar Indonesia di Bay Area yang umumnya tersebar di University of California (UC) Davis, San Fransisco State University, Diablo Valley College, University of San Fransisco, De Anza College, Foothil College, University of California Berkeley, Academy of Art University, dan HULT Indonesian Student Association.
“Kami aktif dalam berbagai kegiatan seperti promosi seni dan budaya Indonesia dalam berbagai kesempatan. Teman-teman juga menekuni berbagai bidang di tempat mereka kuliah,” kata Arman yang mengambil jurusan bisnis.
Pada booth lain, ditampilkan program bantuan sosial yang dilakukan para pelajar, alumni Amerika Serikat dan Alumni Australia berupa pendampingan warga miskin di kawasan Tanjung Priok, Jakarta. Program tersebut diberi nama Second Chance Initiative yang melakukan berbagai kegiatan seperti pendidikan bagi anak dan remaja hingga bantuan permodalan bagi orang tua mereka yang tinggal di daerah perkampungan dan sekitar kolong jalan layang Tanjung Priok.
Rendi, humas Second Chance Initiative mengatakan, saat ini fokus bantuan dan pendampingan mereka masih berada di Jakarta terutama di sekitar Tanjung Priok. Berbagai program lain seperti pembangunan karakter, pusat rehabilitasi mental, pelatihan pendidikan, serta pembangunan kapasitas bagi pemimpin setempat sudah berjalan.
Dalam berbagai foto, terlihat ratusan orang warga perkampungan di Tanjung Priok mengikuti berbagai kegiatan yang dilakukan Second Chance Initiative. Mereka juga menerima donasi untuk menjadi sponsor bagi anak-anak, tutor mingguan, dan pendanaan mikro.
Mendekatkan Indonesia - Dunia
Saat ini IDN-U sudah memiliki cabang di 10 negara di seluruh dunia. Menurut Hamdan Hamedan, jaringan kerjasama terus diperluas dengan membuka cabang baru. Kerjasama antara Diaspora Indonesia di antara negara-negara tempat mereka bermukim juga terus dikembangkan dan diperkuat.
Salah satu pembicara, Menteri Komunikasi dan Informasi, Rudiyantara mengingatkan, saat ini 23 persen Produk Domestik Kotor (GDP) Indonesia habis untuk biaya logistik. Untuk itulah dibangun jejaring Tol Laut hingga jaringan tol untuk menekan biaya logistik barang dan transportasi manusia di Indonesia. “Itu disinerjikan dengan Palapa Ring yakni koneksi komunikasi dan IT seluruh Indonesia. Biaya 23 persen GDP itu setara Rp 240 trilyun yang dapat digunakan untuk hal lain jika dapat ditekan pengeluaran bidang logistik dengan ketersediaan sarana dan prasarana yang efisien,”kata Menkominfo.
Terkait upaya memperkuat hubungan Indonesia dan dunia, berbagai acara dilakukan komunitas diaspora seperti Konvensi Diaspora di Chicago bulan lalu.
Evy Aryati Arbay salah seorang fotografer seni – budaya ikut dalam acara tersebut dengan memamerkan foto-foto terkait peringatan 120 tahun Java Village di Expo Chicago. Pada akhir tahun 1890-an memang pernah dilakukan pameran dan misi budaya dari Jawa di jaman Hindia Belanda di Amerika Serikat.
Secara terpisah Cindy Kristanto seorang diaspora Indonesia di Chicago berharap adanya layanan administrasi kependudukan yang semakin efisien bagi WNI di Konsulat Jenderal Republik Indonesia. “Supaya pelayanan berbagai dokumen WNI bisa lebih cepat dilayani KJRI sesuai semangat perubahan yang didorong Presiden Joko Widodo,” kata Cindy. (Iwan Santosa)